Haechan saja memaafkan bejatnya. Kenapa dirinya tidak. Begitu menurut Doyoung yang sekilas dipikirannya. Setelahnya bodomat.

"Abang ayo turun makan" ajak Haechan yang kini dirinya sudah fresh dan Jaemin sudah rapi.

"Adek makan disini. Jaemin makan sendiri".

"Bang".

"Nurut, nanti kamu capek abang gak mau" Doyoung yang keras kepala seperti ini malah membuat Haechan takut.

"Gak papa aku makan sendiri. Kamu disini ya itu udah dibawain sama abang kamu" Doyoung mengelus lengan Haechan memberikan keyakinan bahwa dirinya tak apa makan sendiri.

"Tapi kaka suami aku, masa kaka makan sendiri".

Jaemin paham situasi ini. Dirinya paham apa maksud Doyoung datang sepagi ini. Maksud bahwa Doyoung masih tidak percaya jika Jaemin belum berubah sama sekali. Jaemin akan usahakan untuk mengembalikan kepercayaan Doyoung.

Karena diantara semua kelaurga yang paling susah adalah Doyoung.

Jaemin keluar dengan mengangguk ke arah Doyoung sebagai rasa hormat. Sebelum meninggalkan kamar Jaemin kembali mengarah ke Haechan dan tersenyum.

"Duduk sini" arah Doyoung dengan menepukkan tangannya ditempat tidur.

Haechan menurut. Dirinya takut jika melawan Doyoung dalam sifat yang seperti ini.

"Makan yang banyak, abang suapi. Kamu nurut aja" perkataan Doyoung ketus tapi Haechan suka abangnya seperhatian ini setelah ditinggal bertahun tahun.

Selama makan Haechan dan Doyoung diam. Tidak ada yang berbicara. Mual Haechan juga sudah mendingan. Entah apa yang tadi malam dibisikan Jaemin terhadap anaknya saat Haechan tidur.

"Abang, adek mau ngomong boleh ?" Ijinnya.

Doyoung mengangguk, dia tahu pasti adiknya akan membahas apa yang terjadi pagi ini.

"Abang, adek tahu kalau abang masih belum percaya lagi sama kak Jaemin. Tapi bisa kan kak kasih dia kepercayaan sedikit aja. Dia pasti bakal buktiin itu ke abang".

Doyoung diam tidak mau menjawab karena menurutnya tidak perlu dijawab.

"Abang, mungkin kak Jaemin pernah salah, dan fatal tapi semua ini udah takdir dan mungkin ini kesempatan buat kak Jaemin memperbaiki semuanya bang. Kalau abang kaya gini akses buat kak Jaemin ngluangin waktu buat adek kapan".

Ya Haechan tahu pasti Doyoung akan seharian mengawasi dan menjaganya. Makannya Haechan bingung kapan lagi waktu yang akan dimilikinya dengan Jaemin jika diawasi seperti ini.

Bukan tidak suka, suka tapi ini cara yang salah.

"Bang, abang boleh kesini kapanpun abang mau. Tapi jangan seharian. Adek gak ngelarang tapi nanti waktu buat adek sama kak Jaemin kapan kalau ada kaka. Bukan merasa terganggu tapi gimana ya".

Doyoung diam menatap adiknya. Ada sorot khawatir dan bingung disana.

"Abang gak lama, abang cuma mau sampe kandungan kamu 5 bulan".

Haechan melotot dengan jawaban Doyoung. 5 bulan ? Apa itu tidak terlalu lama. Sangat lama malah.

"Bang".

"Tidak ada penawaran".

Haechan diam. Bingung membujuk Doyoung seperti apa lagi. Dirinya berusaha berfikir keras.

"Abang, ini rumah tangga adek. Jadi tolong abang awasi aja dari jauh jangan kaya gini ya. Adek mohon sama abang. Adek juga pengen liat seberapa usaha kak Jaemin buat nebus salahnya. Adek pengen liat hasil akhirnya nanti bang".

"Bang, kalau abang kaya gini, waktu dan usaha kak Jaemin buat nebus salahnya bisa susah. Karena ada abang. Dia pasti mikir usahanya harus maksimal".

"Iya adek tahu usaha kak Jaemin emang harus maksimal buat nebus salahnya sama adek dan sama bayi disana. Tapi bang, kalau ada abang disini beban kak Jaemin semakin banyak. Adek gak mau itu bang".

"Bang ngertiin adek ya, adek gak mau ngasih tekanan lebih ke kak Jaemin. Dia emang kepala keluarga pasti usahain yang terbaik tapi kalau diawasi dia mungkin bisa ngerasa kalau dia gagal jadi kepala keluarga buat yang kesekian kali".

"Bang, adek mohon" Haechan memegang tangan Doyoung. Membujuknya dengan penjelasan seperti ini sesuai dengan keadaan dan fakta aslinya.

"Oke. Abang coba ngerti. Tapi sewaktu Jaemin pergi ke kantor adek sama abang".

"Bang".

"Iya atau tidak sama sekali" ucapan Doyoung final.

Haechan hanya bisa pasrah tidak bisa melawan lagi. Tapi masih mending ada keringanan.

Jaemin mendengar pembicaraan mereka dari luar kamar. Hatinya hangat mendengar Haechan masih membela dirinya dihadapan keluarganya.

Tapi ada satu perasaan sakit dimana dirinya harus semaksimal mungkin menebus semua kesalahannya. Tidak ada kesempatan lain selain kesempatan ini.

Tolong jangan jadi bodoh dulu. Rumah tanggamu ada ditanganmu. Janjimu sudah disaksikan anakmu diatas, calon anakmu dan suami/istrimu Jaemin.

"Terimakasih sudah menjadi pelengkap hidup saya" Jaemin bersyukur Haechan masih menjaga kokohnya rumah tangga yang sedang dibangun kembali.

--

"Hallo adek, gimana keadaanya, masih muntah gak ? Pusing ?" Taeyeon memeluk Haechan.

"Udah gak mah, cuma agak pusing dikit" Haechan mengeluh dipelukan Taeyeon.

"Istirahat ya, jangan capek. Adek harus sehat. Mamah bawain banyak banget buat".

Buah yang dibawa Taeyeon segera diambil maid dan ditata rapi di kulkas.

"Abang kemana ?" Taeyeon melihat ke sekeliling mencari anak sulungnya.

"Abang lagi bersihin kamar mandi. Semua kamar mandi disini dibersihin abang mah" Haechan sudah melarang Doyoung membersihkan kamar mandi.

Tapi Doyoung sangat kekeh ingin membersihkan sampai bersih takut Haechan terpeleset dikamar mandi.

"Adek tahu kan kenapa abang seperti itu ?". Taeyeon mengelus rambut anaknya.

"Karena sayang sama adek dan ponakannya" Haechan tersenyum dan mengelus perutnya.

"Bener, abang sayang sama kalian. Tapi ini bentuk usaha abang nebus semua salahnya abang".

"Abang salah apa emangnya mah, abang gak salah sama adek. Apa yang harus ditebus".

"Kata abang, waktu buat adek itu udah dia sia-siain. Terus semasa adek hamil abang gak ada. Gak bisa jaga kamu gak bisa awasin kamu. Abang lagi meranin perannya disini nak".

"Tapi abang gak boleh sampe segitunya mah. Adek gak papa".

"Tapi itu mau abang. Jadi hargai usaha abang ya. Sama seperti Jaemin. Jaemin juga lagi usaha nebus salahnya. Dua orang sedang memperbaiki apa yang dulu pernah ia rusak walau kembalinya tak pernah sempurna. Tapi jika diperbaiki atau dibangun kembali setidaknya rasa bersalahnya hilang".

Haechan mengangguk mendengar penjelasan Taeyeon. Sungguh dirinya merasa bersyukur. Tapi itu bukan salah Doyoung. Tapi jika itu kemauannya, Haechan akan menghargainya.

"Adek sayang sama abang mah" Haechan kembali memeluk Taeyeon.

"Coba ngomong didepan abang gini" goda Taeyeon.

"Gak ah mah, malu" Haechan tersenyum.

Kini Haechan harus pandai membagi waktu, ya waktu untuk menghargai Doyoung dan Jaemin.

Selamat berjuang untuk memperbaiki apa yang telah rusak walau tak akan pernah kembali sama.
.
.
.
.

Semesta (NAHYUCK)Where stories live. Discover now