Dua Puluh Empat

4K 410 10
                                    

.

Hujan kenapa ikut menangis menemani jaemin?

Lihatlah, sekarang laki-laki itu hanya bisa menatap kosong dari jendela kamarnya ke luar dimana hanya hujan yang terlihat memutih saking derasnya dia membasahi bumi

Siwon sudah dikebumikan tiga jam yang lalu dengan jaemin yang berakhir pingsan di pemakaman tadi

Ini kenyataan

Jaemin tidak akan bisa lagi melihat kehadiran sosok itu dibelahan bumi manapun

Hanya foto yang apik dalam bingkai

Mata jaemin menoleh, di dinding kamarnya ada banyak sekali foto dirinya bersama siwon dan juga jaehyun dan yoona disana

Ada satu foto dimana terlihat disana jaemin yang digendong sama siwon dengan wajah keduanya yang tampak sangat bahagia dalam foto itu

Ini sakit

Sangat sakit buat jaemin

Mata jaemin sudah bengkak tapi air matanya pun belum habis dan puas untuk keluar

Perlahan tubuh lemah jaemin berjalan mendekati foto itu, tangannya bergetar menyentuh wajah ayahnya yang tercetak jelas disana

Semenjak perceraian kedua orangtuanya jaemin nggak pernah lagi melihat wajah ayahnya tertawa lebar seperti itu

Hanya ada kemarahan dan pukulan setiap kali jaemin bersama ayahnya

Dan terakhir

Hanya ada tubuh kaku tak bernyawa yang jaemin saksikan

"Ayah..... "

Jaemin kehilangan suaranya untuk berucap lirih karena tenggorokannya tercekat

Kepalanya tertunduk dengan mata terpejam menahan gejolak sesak yang semakin memilukan untuk menerima kenyataan ini

Bekas infus di tangannya bahkan belum hilang

"Lihat.... Bahkan nana belum sepenuhnya sembuh, kenapa ayah malah pergi? " Tanya jaemin

Suara suara makian dan sakit karena pukulan siwon dulu kepadanya seolah hilang gitu aja karena kepergian siwon. Kenapa rasa sakit dan dendam itu lenyap karena kematian?

Bukan karena permintaan maaf yang tulus?

"Ini nggak adil" Ucap jaemin 

Kepala jaemin menggeleng, dia nggak pernah menerima setiap apa yang sudah terjadi sampai saat ini

Kenapa hanya sakit yang dia dapatkan selama bertahun-tahun bukannya bahagia?

"Ini nggak adil buat aku" Ucap jaemin lagi

Tangannya mengepal, kepalanya menoleh ke sekeliling kamarnya yang sama sekali tak pernah berubah.

Lagian siapa yang akan merubah semuanya disaat hanya dia dan ayahnya yang selama beberapa tahun terakhir ini tinggal disini?

Kamar gelap

Jaemin beranjak, satu persatu foto dan beberapa barang yang ada di kamarnya mulai hancur berserakan. Seprai kasurnya pun jadi pelampiasan buat jaemin

Dia harus nyalahin siapa?

Tuhan?

Kemana Tuhan itu? Dimana dia? Kenapa semua sakit dan sesak ini selalu diberikan padanya?

"Arrrgghhhhhh" Jaemin menjerit

Dia belum puas

Suara hujan, suara kaca pecah, barang-barang yang dihempasin menjadi beradu diikuti suara geraman jaemin

Happy Ending    •NoMin (END) Where stories live. Discover now