10

1.3K 135 10
                                    

Kegiatan acara pensi atau pentas seni rutin dilaksanakan seusai ujian semester. Diakhir bulan november sebelum menyambut awal dari si pemilik bulan desember.

Setiap ekstrakulikuler tertentu dihimbau oleh pihak sekolah agar dapat menampilkan bakat dan keunggulan masing-masing sebagai pelengkap hiburan.

Oh, jangan lupakan jajaran kios bazar yang menjual beragam minuman, makanan, ramalan sampai setumpuk pakaian. Ya, lebih spesifiknya kita sebut saja dalaman.

Tidak tahu kelas mana.

“XII-IPS 3.”

Lalisa, salah satu anggota klub modern dance sekaligus teman sepermainan Seulgi menyebutkan nama kandang yang sudah tidak asing lagi bagi Jungkook maupun Yeri.

Disisi sebelah kanan lapangan ada sebentang terpal biru tua terhampar indah. Benar-benar mencolok diantara kios normal dengan spanduk merah menawan yang berkibar penuh kebanggaan. Jimin, Yuta, Jaehyun bahkan Taeil si anak irema (Ikatan Remaja Masjid) berteriak memamerkan keahlian untuk bersilat lidah.

Mereka begitu bersemangat mempromosikan barang dagangan. Angkat tinggi-tinggi bandrolan harga tanpa peduli teman perempuan sudah menutupi muka karena kehilangan martabat maupun wibawa.

“AYO BELI CANGCUT UNLIMITED YANG GUE EKSPOR LANGSUNG DARI JEPANG. NIH, YANG PUTIH INI-NIH. BEKAS GOJO SATORU SI JAGOAN DUKUN TOKYO.” Yuta memakai toa hasil curian dari musholla kemarin siang.

Taeil menggeleng khidmat sembari merapihkan sorban juga peci hitam diatas kepala. Sarung wadimor asik dia lipat bagai anak ingusan yang habis disunat.

“Astagfirullah, astagfirullah, astagfirullah.”

Sedang dzikir dia, pakai tasbih pula.

Yeri bergidik jijik, senggol lengan Jungkook sengaja lalu bisikkan pertanyaan berintonasi lirih. “Si dedemit mana? Biasanya dia nempelin kamu.”

“Gak tau.”

“Heran gue sama anak-anak IPS-3, emang siapa sih yang mau beli cangcut kotor begituan? norak, mana ada gambar tengkoraknya lagi.” Lisa berkomentar sarkastik sambil ikat rambut pirang sepundak.

“Udah gak aneh kali, mereka 'kan emang gila.” sahut Seulgi asal-asalan. Total melupakan gebetan terkasih juga asik mengenakan CD berbentuk segitiga diluar pakaian mirip pahlawan bertemakan superman.

Bahkan tiru gaya terbang dengan spanduk merah terikat di leher kemudian berlari menjajakan jualan.

Anggota osis yang berperan sebagai MC senantiasi berceloteh melontarkan lelucon garing. Buat atensi seluruh atensi murid tersebar tanpa niat mendengar.

Ya, tidak sampai nama Taehyung Alviano tersiar.

“Mari beri tepuk tangan untuk kakak kelas kita dari XII-IPS 3 yang akan bernyanyi menggunakan gitar agar menambah kemeriahan.”

Dia berjalan menaiki tangga panggung dengan rambut ash grey tersibak berantakan. Tutupi kulit kening menggunakan headband hitam legam plus kancing kemeja yang setengah terbuka mempertontonkan kaus putih sedikit cemerlang.

Jungkook semakin berdengung bingung ketika figur rupawan Taehyung duduk santai diatas kursi dekat stand mic terpasang. Ia bermaksud menghampiri perlahan-lahan, berdiri gugup sampai berhadapan langsung dipanggung terdepan.

Taehyung angkat dua alis naik-turun seolah menggoda, ukir senyuman manis dan ketuk permukaan mic guna mengetes fungsi keberhasilan.

“Tes, tes.”

Suara baritone Taehyung telak memantul; mengerahkan kesan terbilang tampan.

“Aha, kalian nungguin yaaa.”

Sialan, memang.

“Sorry dori-mori strawberry nih. Sebenernya gue emang gak pernah niat mau nyanyi. Sayang lah, ngamen tapi kagak dibayar.”

Apa?

Seantero SMA bahkan IPS 3 membeo tak paham.

“Jadi gue tipu aja tuh gerombolon panitia tadi pagi. tapi tenang, kedatangan gue disini masih cukup mapan buat sekedar nyatain perasaan.”

Panitia yang dimaksud Taehyung barusan telak menyumpahi kata ‘bangsat’ serentak.

Nafas Jungkook tercekat seketika. Yeri melongo heboh seraya menuding muka Taehyung marah. Beruntung dia dihalangi oleh Seulgi juga Lisa agar tidak menggila. Sial, apa dia baru saja melempar kode ingin merebut chairmate-nya?!

“Wes, pasti banyak dari kalian yang bertanya-tanya 'kan; buat siapa sih gue ngomong ginian? Lo semua, khususnya murid kesayangan bu Jubed pasti tahu, dong maksud tujuan gue. Ya 'kan bu?”

“Dasar anak curut, berani kamu ngajak anak didik saya pacaran?!”

Bu Jubed menyingsing lengan baju seolah siap menentang. Mata dia melotot seram, taruh tangan di pinggang sambil menggerutu; menunjuk pak Burhan selaku wali kelas Taehyung agar bisa bertindak. Enak saja mau menodai murid tersayangnya dengan cinta monyet.

“Duh, bu. Mereka masih muda, biarin ajalah pacaran dulu. Lagian siapa sih yang mau Alvian tembak?” pungkas pak Burhan woles dan beri acungan jempol pada Taehyung bangga.

Si pelaku kericuhan cuma tertawa bodoh, petik senar gitar sebentar. Mata dia berguling menatap paras elok seseorang, kian lebarkan kurva kotak lalu mengatakan sebaris rasa.

“Lo mau liat gue nyanyi, ya dek? Tapi gimana dong. Keliatan murahan, gue maunya yang gak pasaran. Biar lo nerima gue tanpa sanggahan.”

Parah, Jungkook sungguh mau menampar mulut Taehyung agar berhenti mengajukan kalimat rayuan. Telinga dia merah padam, tarik nafas tajam kelabakan sebelum berpaling; menyembunyikan binar kesenangan juga penerimaan.

“Come closer, I'II give you all my love. If you treat me right, baby, I'II give you everything.”

Hanya dua bait lagu milik Trevor Daniel yang terlintas menggerus benak Taehyung. Ia lantunkan merdu diselingi dentingan alat musik.

Banyak siswi perempuan menjerit terpesona, entah mengapa mulai iri dengan adik kelas yang Taehyung maksud sedari awal.

“Jungkook, mau jadi pacar Taehyung gak? Tapi pilihannya cuma ada 2; yes or yes.”

Yes.

Memang siapa yang mampu menolak ajakan manis Taehyung meskipun ia luar biasa malu?

Jungkook sulit mengekang ekstasi menumpah dari Taehyung. Mata dia menyipit karena tawa, anggukan kepala sebagai ganti tanya.



🐰 ᰔᩚ 🐯



“Bukan php?”

“Anjing, serius jadian?!”

“Sejak kapan Taehyung homoan?!”

“Halah, lagak romantis si Al. Paling liat tutorial YouTube buat nembak.”

“FUCK, BANTUIN KELAS LO DAGANG CANGCUT TAEHYUNG!”

Jimin mendesah hambar mendengar semua pengakuan sohib sejak zaman kecebong dengan perasaan acak. Bagaimana bisa dia dapat kekasih duluan sedangkan Jimin masih tersendat penolakan Seulgi yang tak kunjung memberi kepastian meskipun dia sudah mengajak ajuan berulang kali.

Sial, Taehyung homoan tapi malah berakhir menyenangkan.

“Iri gue lama-lama.” kata Jaehyun masam, pasang celana dalam menutupi kepala dan denguskan sinisme perihal perbuatan nekat Taehyung Alviano.

“Dih, lo kira gue kagak iri?” sahut Jimin kesal.

Walau demikian Jimin tetap bertepuk tangan mengisyaratkan selamat pada Taehyung sepenuh hati. Ikhlas lahir-batin diiringi kegalauan status mengambang sendiri.

Hadeh, kapan Jimin bisa bermesraan bersama pacar juga?



















⁀➷。Fin.

Roman Picisan | KV ✓Where stories live. Discover now