09

814 121 7
                                    

Ya, Jungkook memang belajar sendiri tapi bukan berarti dia ahli dalam segala bidang termasuk film blue yang Jimin setel penuh semangat 15 menit lalu.

Suasana kamar Taehyung terbilang hening, hanya diisi suara tak senonoh berpadu tontonan vulgar khas kegiatan panas kelewat batas. Jaehyun fokus menatap layar televisi dengan keringat menetes, Daniel sudah ngacir mencari kamar mandi sedangkan Jimin asik berceletuk mengomentari pemeran wanita.

Tubuh telanjang mengangkang, kulit putih bersih, mata biru juga rambut pirang panjang.

“Anjir, ini sih mantap!”

Taehyung terkekeh kecil, tampak santai seolah tidak terpengaruh atmosfer setan hasil desahan kotor bervolume kencang. Ia duduk dibawah ranjang, bersandar sambil meluruskan kaki dan kunyah biskuit kering untuk ditawari pada Jungkook sesekali.

Bagai menyaksikan tayangan komedi bukan aksi porno nan seksi.

“Tenang aja, dek. Gak akan ketahuan sama ortu gue, kok. Mereka lagi nginep di rumah bibi sampe besok sore.”

Jungkook kesulitan menjaga ketenangan, remat ujung baju gelisah sambil berusaha tutupi kelemahan. Jimin juga hampir sampai diujung kesabaran, dia berlari mencari ruangan kosong lain disusul Jaehyun yang nyaris tersandung menahan dorongan untuk lepas.

Panik.

Jungkook juga ingin menghilang; tertelan bumi.

“Gue tebak lo jarang nonton ginian?” kata Taehyung menerka-nerka. Topang pipi malas seolah menghantarkan arus pembicaraan yang terkesan agak merendahkan.

Ia mencebik, linglung harus melihat kearah mana sebab Jungkook sungguh risih menikmati sajian tersebut ketika aktivitas luar biasa masih tersisa beberapa menit sebelum berakhir. Otot perut dia terguncang kaku, usap muka dengan tangan sedikit gemetar selagi rendam gejolak hormon sialan agar tetap terkendali.

“Santai kali, dek. Liat nih, gue juga tegang sama kayak lo. Gak usah malu-malu kucing.”

Mustahil

Jungkook lirik petunjuk Taehyung teramat gugup, baru sadar kalau dia juga lelaki normal. Masih terhasut nafsu godaan hanya saja terlalu lihai berpura-pura tenang; padahal ikut menanggung beban siksaan. Berpaling canggung, meskipun begitu Jungkook tetap kesulitan santai. Taehyung terkekeh kecil, tarik si pemuda agar mendekat; menghapus jarak diantara mereka.

“Geser sini, lo duduknya jauh banget kayak perawan takut dilecehin.”

“Kak, matiin tv-nya, ya.” bisik Jungkook resah.

Alis Taehyung terangkat sebelah. “Tanggung, bentar lagi juga udahan.”

Lama, Jungkook mengeluh dalam hati. Sungguh tidak sanggup menahan hormon remaja lebih jauh lagi. Yang ada bisa gila, bagian tertentu Jungkook sudah mulai ngilu minta dipuaskan

“Lakuin disini aja sih daripada itu lo sakit. Gue juga cowok, gak usah malu-malu kucing.”

Meringis menanggapi saran praktis Taehyung, ia hembuskan nafas lelah seakan mengumpulkan puing-puing kewarasan. Jungkook menggeleng sebagai jawaban; cukup tahan sampai waktu pulang mendatang. Toh, nanti juga lemas sendiri. Semoga

Jungkook meneguhkan keputusan mutlak supaya gigih menjunjung harga diri

“Gak usah, kak.”

“Wah, jangan bilang lo gak pernah coli?” tanya Taehyung semena-mena

“P-pernah, kok!” sanggahnya kesal bercampur malu

Taehyung mencibir tak percaya, sisir rambut ash grey yang berantakan agar tidak menghalangi pandangan. Bulu mata dia bergoyang mengikuti gerakan berkedip lesu, ukir senyuman menawan sebelum berkata hingga menyentak ego Jungkook oleh keinginan untuk membuktikan.

Roman Picisan | KV ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora