Part 23.

10.4K 608 6
                                    

Lelah itu lah yang aku rasakan sesampainya di Kamar, aku menjatuhkan tubuhku di atas kasur, dan menutup mataku.

Aku tidak tahu kemana Mas Reza sudah selarut ini dia belum sampai kerumah.

Samar samar aku mendengar Azan Subuh berkumandang, membuatku membuka mata seketika, menoleh kearah kiriku, menemukan Mas Reza masih terlelap dalam tidurnya, entah jam berapa ia pulang dari kantor.

"Mas... bangun Sholat Subuh..", bisikku pelan, mengguncang tubuhnya, berusaha membangunkannya.

Mas Reza menggeliat dalam tidurnya, sedetik selanjutnya ia membuka matanya, melihatku dengan datar, lalu bangkit dari tidurnya berjalan menuju kamar mandi.

Aku kaget, tentu saja karna biasanya Mas Reza akan tersenyum cerah kearahku, dan menghujamiku dengan ciuman selamat paginya, begitulah yang ia katakan jika aku ingin protes.

Suara pintu kamar mandi yang terbuka menyadarkanku dari lamunanku, aku segera bergegas kekamar mandi tidak mau Mas Reza menunggu.

Setelah sholat subuh aku segera melipat mukenaku, meraih hijab harianku, dan turun kedapur membantu Mom, jengah dengan sikap diam Mas Reza, apa apaan tuh sesudah Sholat subuh, dia sudah bermesraan dengan Dokumen Dokumennya.

___

"Baga mana pertemuanmu kemarin dengan teman lamamu sayang?", tanya Mom, di setelah kegiatan memasak kami.

"Kurang lancar Mom, ada sedikit masalah", akuku jujur.

"Maksudmu sayang?", tanya Mom, penasaran.

"Ceritanya panjang Mom, intinya ada seorang dari masah lalu kami yang sangat tidak kami harapkan kedatangannya, di selah riuni kami", jawabku menghela nafasku panjang, memikirkannya saja membuat nafasku sesak.

Mom menyenyuh pundakku, membuatku menoleh kearahnya.

"Maafkan dia Sayang..., Mom yakin dengan itu membuatmu tenang, dan satu lagi dengarkan penjelasannya", nasehat Mom, membuatku menghambur kepelukannya.

"Aira tidak bisa Mom, gara gara dia Sahabat Aira meninggal", kataku terisak di dalam dekapan Mom.

Hik.. hik.. hik..

Isakku lagi.

"Hey..!, dengar kan Mom Aira, semua itu sudah  sudah di gariskan oleh Allah untuk sahabatmu, kita yang masih hidup hanya bisa mendoakan kebaikannya di alam sana", kata Mom mengguncang bahuku, meyakinkanku, membuatku menggangguk samar, memeluk Mom dengan erat.

"Insyaallah Mom..", jawabku berusaha menguatkan hatiku.

****

Malam ini seperti malam sebelumnya Mas Reza belum pulang, membuatku sangat khawatir, belum lagi saat aku mengunjungi Aidan di Rumah sakit tadi, aku mendengar fonis Doktet terhadap Aidan.

Anak sekecil Aidan sudah mengidap penyakit yang menurutku mengerikan, gagal Ginjal, karna itulah dia mengalami sakit perut kemarin, dan itu tidak hanya sekali tapi beberapa kali.

Kemarin aku dan Naima memutuskan untuk mengantar Aidan kerumah sakit dan dengan sangat terpaksa aku harus meninggalkannya pulang kerumah, karna sudah larut malam.

Lamunanku buyar saat mendengar pintu kamar terbuka dengan sosok Mas Reza dengan penampilannya yang acak acakan, aku melirik jam dinding, pukul 11 malam.

"Dari mana saja Mas?", tanyaku, membuat Mas Reza berjingkat kaget di tempatnya, tapi itu hanya sekilas, Mas Reza mengacuhkanku memilih berjalan kearah kamar mandi.

Membuatku mendengus di tempatku, "Baiklah jika Mas Reza tetap diam!, Aira akan meladeni keinginan Mas itu!!", teriakku kesal, berbaring di kasur mencoba untuk tidur.

LoVe is You? {Story 1}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang