Goodbye Memory Ke-4!

Bắt đầu từ đầu
                                        

Dewa sadar dan paham bahwa ini adalah kesalahan. Rasanya ia seperti telah berkhianat dari janjinya sendiri. Namun, mendengar cerita Luna tadi, rasanya Dewa jadi ingin melindungi perempuan itu dari perspektif negatif oranglain. Agar hari-hari ke depan tidak perlu lagi ada berita miring dan cap buruk tentang Luna.

Meskipun sebetulnya, itu hanya seperti sebuah alasan dari kemunafikannya.

*****

HAMBURG, 2014

Sekali lagi ia melihat tiket agar tak salah masuk terminal. Koper besar di sampingnya lalu dipegang setelah yakin sudah berdiri di terminal yang tepat. Sebelum masuk ke pintu check in, ia mengecup pipi kiri sosok di hadapannya.

"Kamu yakin gak mau ikut?" tanyanya sekali lagi pada laki-laki yang baru saja dikecupnya.

"Makasih."

"Udah lima tahun, lho, Wa."

"So? Gak ada larangan kan kalo aku mau tetep stay di sini?"

"Kamu kan udah mau lulus."

"Ya terus kenapa, Lun?" Dewa tertawa sendiri. "Aku kan bakal kerja di sini, dan aku juga kalo balik ke sana untuk keperluan apa? Gak ada."

"Ketemu keluarga aku?" Luna memiringkan kepalanya. "Katanya mau jalanin hubungan ini ke arah yang benar."

Dewa tertawa. "Emang yang sekarang jalan yang salah?"

"Ih, kamu tau lah maksud aku." Luna malu-malu memukul dada Dewa.

"Apa coba? Aku gak tau. Kasih tau, dong."

"Tau, ah."

"Hei," Dewa mengangkat dagu lancip Luna sehingga wajah merahnya bisa ditatap oleh Dewa. "Apa? Hubungan ini mau di bawa ke mana emang?" tanya Dewa lembut, membuat pipi Luna semakin merah.

"Ke yang lebih serius, ih." Luna langsung menepis tangan Dewa dan menundukkan wajahnya lagi. Degupan-degupan di jantungnya mengeroyok seperti ingin keluar dari kulit dada.

"Mau buru-buru amat, sih," goda Dewa lagi.

"Iya! Mumpung kamu belom inget."

"Hahaha," Dewa menepuk kepala artis yang akan pulang ke Indonesia bersama manager dan asistennya itu. "Memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan namanya!"

"Biarin! Kan kamu yang bilang sendiri gak usah mikirin yang macem-macem."

"Iya, iya. Sabar, ya, nanti kita bicarakan kalo aku udah pulang ke tanah kelahiranku."

"Yaudah, ayo sekarang," ajak Luna lagi, membujuk untuk terakhir kali.

Dewa hanya membalas dengan tersenyum dan Luna pun menyerah membujuk cowok itu. Dia lalu mendorong kopernya untuk dibawa menuju ke pintu check in, berjalan beriringan dengan manager dan asistennya yang barusan juga pamit dengan Dewa.

Setelah melihat Luna dan dua krunya menghilang di pintu check in, Dewa lalu memutar badannya untuk kembali ke parkiran. Masih dengan senyum-senyum, dia berjalan santai dengan tangan kiri bersembunyi di saku celana. Jaket denim lusuh gaya andalannya berkibar diterpa angin saat dia berjalan.

Merasa ponselnya bergetar, Dewa pun mengambil dari saku jaket dan mengeceknya sambil berjalan. Sesekali dia melihat ke depan mencegah adanya tabrakan. Namun karena video yang barusan dikirim Arfin sangat lucu sehingga membuat Dewa menghentikan langkahnya agar bisa menonton lebih fokus.

Tiba-tiba, teriakan peringatan dari nenek tua di sampingnya mengejutkan Dewa, dia pun lalu mengangkat kepala dari ponsel dan terlambat untuk mengerti apa yang sedang terjadi. Dalam waktu cepat, sebuah papan arah bandara yang sangat besar berwarna kuning jatuh tepat menimpa kepalanya.

Yang saat itu Dewa rasakan hanyalah denyutan di kepalanya sebelum akhirnya padangannya menghilang dan tubuhnya terkapar di lantai. Telinganya berdenging di latar belakangi suara ramai orang-orang berbahasa Jerman lalu kian lama kian sunyi.

Detik selanjutnya, dia seperti dibawa ke dimensi dan masa lain. Jiwanya serasa ditarik ke dunia lain. Ke suasana sekolah, rumah dan tempat-tempat yang ada di kota kelahirannya. Seperti kaset, kilasan-kilasan kenangan di masa lalu terputar kembali. Membuat sel-sel otaknya menyambung lagi dan mampu mengingat segala yang pernah dilupakannya.

Dewa terlalu menikmati dirinya yang melayang pada masa-masa itu. Sampai-sampai tanpa disadari, dia sudah terlalu lama tertidur koma di atas ranjang rumah sakit.

***
NOTES:
Jangan lupa mampir di Fizzo yaaaa, judulnya Kontrak Nikah 1 Miliar ^^

Gimana nih gaesss.. Dewa sama Luna beneran balikan huhu 🙏🙏

Goodbye, Memory! [SEKUEL HELLO, MEMORY!]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ