07 | Hello My Home

30 2 0
                                    

"Mashi, gue masuk, ya? Mau ambil pensil warna." Yoshi berjinjit masuk sambil nenteng HP yang mode senternya menyala. Dia lagi suntuk ngerjain masalah internal kantor, dimana hal itu butuh waktu yang lama. Yoshi mesti memantengi laptop berjam-jam, menunggu konfirmasi dari bawahan dan kolega Waiji, semacam problem yang berurusan sama saham. Dan tentu aja Yoshi bakal bosan ditambah lelah. Alhasil, Yoshi pengen coret-coret apa gitu, gambar kek atau kaligrafi, cuma karena Yoshi udah nggak ada waktu ngelakuin hal itu, peralatan gambarnya dia kasih ke Mashi.

Bau minyak angin bayi menguar. Sebenarnya bukan bayi sih, lebih ke soft scene gitu. Yoshi nggak bisa menjelaskan. Cuma peralatan mandi dan cologne yang Mashiho pakai tuh emang cenderung mirip ama yang baby-baby pake. Makanya kalo lagi pada kangen Eomma, anak-anak sering nongkrong di kamar Shiho. Jihoon sama Hyunsuk juga suka banget usel-uselin atau peluk-peluk Mashi, soalnya aroma dia selembut itu.

Yoshi langsung ngacir ke closet, ruang ganti baju yang Shiho sulap jadi tempat koleksi gambar---bukan closet buat pipis loh ya. Dia nyengir, menemukan botol-botol cat mungil yang berjejer rapi di rak. Yoshi mengetuk dagu dengan telunjuk, berpikir agak lama. Apa dia ngelukis aja ya? Mashi nggak bakal marah, sih, kalo dia pinjem cat-cat mahal ini, cuman ya nggak enak juga kalo dia nyelonong ngambil gitu aja.

"Izin dulu deh." Yoshi berbalik, mengarah ke ranjang Mashiho yang gelap banget. Bulan yang harusnya menerangi kamar pun nggak mampu menembus gorden tebal di ruangan ini. Emang Shiho tuh nggak suka ada cahaya lain kalau lagi tidur.

"Mashi, lo udah tidur?" Yoshi membungkuk dalam kondisi gelap, sengaja mematikan senter HP, kasihan kalau Mashiho kaget ada cahaya tiba-tiba. "Ya pasti udah tidur, sih. Tapi nggak pa-pa deh. Ini, gue mau pinjem alat lukis lo. Sedikiiit aja. Boleh, ya? Boleh, 'kan?" Yoshi menyentuh tepi kasur Mashiho, capek juga bungkuk lama-lama.

"Eh?" tapi dia malah merasakan sarung bantal Mashiho basah. Masa iya anak paling bersih ini ngompol?

Perasaan Yoshi jadi nggak enak.

Dia menoleh, berlutut dan meraba nakas kecil di dekat dinding, mencari tombol lampu tidur yang nyaris nggak pernah Mashiho pakai. Dalam satu tekanan, ruangan gelap itu berubah, kini mampu Yoshi kenali situasinya setelah melihat.

Bahwa Mashiho tengah meringkuk seperti anak kecil yang kedinginan, dengan pundak tersentak tangisnya sendiri. Wajahnya basah. Bibir bawah Mashiho tergigit, menahan isakan yang tetap keluar sementara hidungnya memerah pekat.

"Mashi...." Suara Yoshi jadi serak. Telapak tangan yang berada di nakas beralih mendekati Mashiho. Tangan Yoshi terasa kaku saat bersentuhan dengan bawah mata Mashiho. Yoshi mengusap derai air mata itu, tapi nggak berguna sebab tangis Mashiho kembali luruh.

Yoshi menelan ludah.

"Mashi, ini gue ...." Yoshi tahu jelas alasan Mashiho mengalami kejadian menyedihkan ini. "Ayo bangun. Mimpinya selesaiin aja. Mashi, ya? Mau, ya? Bangun ... gue mohon...."

Dua tangan anak laki-laki itu saling menggenggam. Yoshi merasakan suhu dingin yang membekukan di jemari Mashiho, semakin menusuk-nusuk hati Yoshi.

Nggak. Yoshi nggak boleh nangis juga. Dia harus berguna di saat kayak gini, sebagai kakaknya Mashi.

Perubahan suhu yang terasa membuat Shiho terjaga. Matanya mengernyit sebentar, sebelum perlahan terbuka. Dia mengerjap beberapa kali, menyesuaikan cahaya redup lampu kamarnya. Mashiho membuka mulut, ingin bertanya kenapa Yoshi ada di sini malam-malam? Tapi suaranya habis. Tenggorokan Shiho serak. Dalam detik yang sebentar ini, perasaan sakit itu menjalar dengan cepat. Mencengkeram jantung Shiho, hingga perasaan sepi dan terluka itu kembali merangsek masuk.

Hello My Home [12💎]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang