06 | Hello My Home

39 2 0
                                    

Jujur, Haruto tuh jarang keluar malam. Dia juga nggak mampu ber-social butterfly seperti yang teman-temannya kira. Mereka menganggap Ruto ace di circle mereka. Soalnya muka Haruto tuh ngalahin muka-muka ganteng para ambassador produk wajah yang sering seliweran di televisi. Guanteng abis! Wajar dong kalau mereka berpikir Haruto famous dan punya banyak kenalan hingga ke kakak tingkat. Tapi nyatanya? Muehek. Haruto nggak bisa menjawab kalau ditanya teman dekatnya siapa.

Haruto itu pemalu. Apa, ya? Introvert akut gitu deh. Beruntung kecantikan Eomma Haruna menurun sempurna ke dia. Kehidupan Haruto jadi terbantu banyak karena punya muka tampan yang jauh di atas rata-rata. Para mahasiswa setingkatnya lebih dulu menggelondoti Ruto, mengajaknya ngobrol, tak lupa menanyakan apa Haruto mau ikut tiap mereka akan ke kafetaria atau warnet? Pas masa OSPEK, Haruto juga sering sengaja dipanggil ke depan kelas karena para kakak senior tertarik sama visualnya yang mencolok. Alhasil, ciwi-ciwi pun makin banyak mengenalnya.

Tapi apa bedanya? Toh, tiap kemana-mana, Haruto tetap sendirian. Pas lagi suntuk sama tugas kuliah, dia lebih suka kabur ke minimarket malam-malam, membeli snack-snack manis dan dia makan bareng abang atau adeknya. Kalau lagi beneran mau sendiri, Ruto tinggal menyalakan komputer dan main game di kamar dengan meja penuh bungkus snack dan kaleng Coca Cola.

Malam ini, Haruto baru selesai mematikan notebook setelah zoom bareng sekelompoknya dan mengerjakan tugas selama berjam-jam. Sebenarnya mereka bisa aja kumpul di luar secara langsung, tapi Haruto beralasan dia sibuk, padahal emang malas aja kelamaan di luar rumah. Tempat paling nyaman Ruto tuh di kasurnya, atau depan kulkas mini di kamarnya. Dengan persetujuan yang lain, mereka pun sepakat bakal membahas tugas lewat online.

Dan karena itu, Ruto merasa pengap banget sekarang. Dari pagi sampai sore dia ada empat kelas. Malamnya, belum ada waktu rebahan scroll HP, Ruto mesti meladeni undangan zoom si ketua kelompok. Nggak tanggung-tanggung, mereka belajar selama tiga jam penuh. Kala Haruto melirik ke jam dinding, angkanya sudah melipir ke setengah sebelas malam.

Apa yang bisa Ruto lakuin? Tentu saja jajan! AHAHA!

Pas lagi lirik-lirik snack mana yang mau Ruto beli, camilan cokelat berbentuk bintang yang dibalut kotak hijau itu menarik perhatiannya. Tetiba Haruto ingat Junkyu. Hmm, semenjak kerja, Junkyu udah jarang ngajak Haruto atau Jaehyuk main game. Ruto sempat hectic banget sih pas awal masuk kuliah, jadwalnya padat bener. Makanya pas ngelihat Chocobi Shinchan kesukaan kakaknya, Ruto jadi kangen.

Begitu sampai rumah, Ruto nggak melenggang ke lantai tiga tempat kamarnya berada. Melainkan ke kamar Junkyu yang dulunya juga kamar Ruto.

"Bang, lo tidur?" ketuk Ruto nggak santai. Punggung jemarinya tak henti mengetuk pintu.

"Kagak. Buka aja." Yah, wajar, sih, Junkyu masih bangun. Kerjaannya tiap pulang 'kan ngurus kerjaan lagi. Begitu mulu tiap hari.

Waktu buka pintu, Ruto mendapati Junkyu duduk bungkuk di depan komputer, tengah mengetik sesuatu dan sesekali melirik lembaran print-an yang sama. Rambut Junkyu lepek dan berantakan. Anehnya, nggak ada bungkus jajan atau cup ramyeon di sisi Junkyu. Gelas air atau kopi pun nggak ada.

"Udah makan, Bang?" Itu yang langsung Haruto tanyakan, soalnya Junkyu beneran terlihat kayak gembel. Menderita banget.

"Bentar lagi. Kenapa? Kalau mau ambil boneka, ambil aja, tapi balikin ya." Junkyu bahkan nggak menatapnya, terus berinteraksi dengan fokus seratus persen ke bahan presentasi di depannya.

Haruto melepas napas. Dia nggak menyahut lagi, rada ngambek. Ngapain ngajak Haruto bicara kalau Junkyu jelas kelihatan nggak tertarik begitu?

Haruto merogoh plastik putih di pangkuannya berisik, kemudian tanpa berkata apa-apa, dia meletakkan empat kotak Chocobi Shincan beserta tiga bungkus snack rasa pedas-manis dan keju. Setelahnya, kaleng Sprite letakkan paling akhir, berhasil menarik keheranan Junkyu sepenuhnya.

Hello My Home [12💎]Where stories live. Discover now