"Iya, Kei, please ikut! Aku gak ada temen ceweknya nih, mana gak paham seni."
Aku menggaruk tengkukku yang tak gatal, "Aduh, gimana ya Kak. Takut susah ijin ke orang tua."
"Tapi lo ada niatan mau ikut gak?" Kak Raihan kini bertanya.
Aku menggigit bibir bawahku pelan, "S-Sebenernya mau banget sih Kak, kapan lagi bisa lihat karyanya Erik Hardy yang terkenal itu." Aku berucap dengan sedikit malu-malu.
Kak Raihan langsung menjentikkan jarinya semangat, "Nah kalau gitu buat masalah perijinan bakal lebih gampang. Iya kan Lix?"
Kak Felix menatap Kak Raihan curiga, "Mau ngapain lo?"
"Ya tinggal bilang ini kegiatan wajib dari BEM, pakai embel-embel ospek pasti bakal berhasil kok!"
"Gila lo."
"Eh, tapi ide itu bagus juga tau, Beb." Eliza tampak tidak masalah dengan usul Kak Raihan yang diluar nalar.
"Gak mau ah, bawa-bawa BEM. Lagian nih ya, Han. Lo tuh litbang, malah kasih saran aneh-aneh kayak gitu." Lalu, Kak Felix beralih menatapku lagi, "Keira, semisal kamu mau ikut, harus ijin orang tua ya. Kalau boleh nanti hubungin kita aja, oke?"
"Yaelah gak seru banget lo, Lix," gerutu Kak Raihan.
"Tau nih! Ga seru amat sih kamu!" Eliza berkacak pinggang.
Mendadak Tom and Jerry yang sebelumnya selalu bertengkar, kali ini malah terlihat kompak demi meruntuhkan keteguhan prinsip Kak Felix yang kuat.
"Gue ada ide." Seseorang yang sedari tadi hanya menyimak pun tiba-tiba saja bersuara membuat ketiganya menoleh penasaran.
"Apaan tuh?" Kak Raihan berusaha memirip-miripkan suaranya dengan milik seseorang yang baru-baru saja viral disosial media.
"Bilang apa adanya ke ortu aja gak sih? Kalau ada kegiatan antar mahasiswa buat ngikutin art exihibition itu. Jadi gak perlu bawa organisasi. Dan misal Keira butuh bantuan mungkin gue bisa ngomong ke Bokapnya—"
"Yaelah, pake ngomong ke Bokapnya segala kayak mau lamaran aja lo," celetuk Kak Raihan membuat Kak Ace bungkam. "Gue kira ide lo lebih menantang, taunya sama aja kayak si Felix. Dah ah cabut."
Kemudian lelaki itu berjalan melewati kedua teman lainnya dengan langkah santai.
"Yeh, si tolol," gumam Kak Ace kesal.
Disaat aku merasa malu sendiri dengan celetukan Kak Raihan, Eliza justru menghampiriku dengan raut berharap, "Kei, gimana? Ikut ya? Please? Walaupun Ace tadi bercanda, tapi kamu mau kan bujuk orang tua kamu sendiri?"
Aku sungguh bimbang, "Ah iya, nanti coba aku ijin ke Ayah sama Mama aku."
"Oke, sip. Jadi nanti alurnya kita berangkat Sabtu, biar bisa jalan-jalan dulu. Habis itu kegiatan di Minggu acara mulai jam 10 sampai jam 2, dan sisa waktunya bisa buat main ke pantai! Gimana? Seru kan?"
Aku membalas kalimat antusias dari Eliza dengan anggukan dan senyuman lebar. Setelah itu pun ia masih menjelaskan beberapa hal terkait Jogja, salah satunya adalah tempat wisata dan kuliner yang patut dicoba.
Sedangkan di samping kami juga terjalin sebuah percakapan singkat yang terjadi diantara Kak Ace dan Kak Felix. Sangat kontras dengan bagaimana cara Eliza menghiasi obrolan kami.
"Lo ada kelas, Ace?"
"Udah kelar, tadi kelas mulai jam setengah delapan. Ada lagi nanti sore, 3 sks. Lo?"
"Habis ini ada, terus sampe sore."
"Oh. Matkul apaan?"
"Pengantar animasi, estetika, sama man-rek[1]."
YOU ARE READING
if only,
RomanceKeira bertemu dengannya Agustus lalu, saat hari pertama ospek fakultas dilaksanakan. Semula yang terasa hanyalah percikan, bisa terabai. Tapi bagaimana ia bertutur dan berperilaku, pada akhirnya Keira merasa jatuh. Meski selama itu, tiada kata pasti...
i wasn't with them [part 2]
Start from the beginning
