07. Then Be It

528 52 12
                                    


Forth POV


Aku bingung. Sekarang kita semua ada di bar. Aku, Beam, Lam, Park, dan bahkan Phana dan Kit ikut.

Lam melakukan sesuatu yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya. Dia menggoda kembali ketika gadis-gadis mendekatinya.

Aku tidak mengerti. Tadi pagi dia menangisi Park. Sekarang, setelah Park ada di sini, tapi dia malah menggoda gadis-gadis.

Aku melihat Park. Dia menatap Lam dengan tenang sambil meneguk birnya. Tapi, aku bersumpah demi Tuhan, dia menahan air mata di matanya.

Sekarang aku melihat Beam. Dia kembali menatapku dengan matanya yang dingin.

Saat aku melihat Phana dan Kit, mereka tersenyum padaku. Mereka terlihat sangat senang atas masalah yang baru saja ku alami.

Aku merasa duniaku telah berakhir.

Tapi mata Park membuatku terus menatapnya, meskipun aku harus mencoba untuk memohon pengampunan Beam. Tapi ....

"Kenapa kau melihat Park?" tanya Beam.

Aku membeku. Aku benar-benar takut untuk menjawab pertanyaan itu. Aku menelan ludah.

"Kenapaa?" Beam mengulangi pertanyaannya.

"Park seolah menahan air mata." Aku menjawab dengan berbisik.

Beam mengerutkan kening. Dia melihat ke arah Park sambil memiringkan kepalanya. Dia mengikuti pandangan Park yang tertuju pada Lam. Lalu Beam kembali menatapku. "Apa yang terjadi? Bukannya tadi kau bilang Lam yang menangis?"

Aku mengangguk.

Lalu tiba-tiba Beam tertawa. "Oh, babe... Kau ternyata sama seperti Phana."

Aku tertegun.

Oke, Beam sudah memanggilku 'babe, jadi itu adalah pertanda baik. Tapi ada apa dengan Phana?

"Beam..." Phana memanggil Beam dan menggelengkan kepalanya.

"Hm?" Beam mengangkat alisnya. "Apa? Dia bertingkah sepertimu saat aku..."

"Beam..." Sekarang Kit memotong kata-kata Beam.

"Apa..?" Beam menatap teman-temannya dengan bingung. "Aku hanya mengatakan...."

Phana dan Kit menggelengkan kepala dan memelototi Beam.

Aku bersandar lebih mendekati Beam. "Apa maksudmu? Kau bisa memberitahuku." kataku dengan lembut.

Beam tersenyum. Sekarang tanpa amarah. "Pha~ dia akan selalu ada untukku dan Kit. Dia selalu menjaga kami berdua."

Hmm... ada apa dengan nada manis saat dia bilang 'Pha'...?

Aku melirik ke arah Phana, lalu aku tersenyum pada Beam dengan lembut. "Ya? Seperti apa maksudmu...?"

"Aku sering diganggu selama SMP karena tubuhku kecil saat itu dan kulitku sangat pucat. Tapi Phana akan ada di sana untuk menyelamatkan ku. Dia juga banyak membantuku dalam belajar. Aku tidak tahu apa jadinya aku jika bukan karena dia mengajarkan kembali semua materi kuliah itu. Bahkan ketika kami harus menghadapi ujian kelulusan SMA dan ujian masuk Fakultas Kedokteran. Dia jenius!"

Aku bisa melihat bagaimana mata Beam berbinar gembira dan bangga.

"Belum lagi bagaimana dia memperlakukan kami ketika aku atau Kit sakit. Dia merawat kita dengan baik." Beam menambahkan. "Dia sempurna."

"Sempurna, Hmm?" Ulang ku.

"Ya. Dia bahkan masih jomblo karena terlalu fokus belajar." kata Beam. "Yah, sebenarnya memang tidak ada dari kita untuk memiliki waktu."

Biggest Lie | ParkLam  Story - BAHASA INDONESIA (TAMAT)Where stories live. Discover now