06. Love, But..

567 62 11
                                    


A/N (jungjoonyoung5555):

Aku ingin tahu apakah ada pembaca yang masih membaca sampai bab ini?

Aku ingin menyapa jika ada orang di sini.

Hai, reader!

***

**

*

Lam POV


Setelah Forth pergi, aku hanya duduk di kursiku meski ruang kelas sudah kosong.

Aku tersentak.

Park bersandar di pintu kelas.

Dia mendesah. "Kudengar kau akan pergi ke bar?"

Aku menelan ludah dan mengangguk pelan. Sebenarnya, aku tidak punya rencana untuk pergi ke bar. Aku tidak suka pergi ke bar.

Dia mengejek. "Kau akan berburu?"

Aku mengangkat bahu.

"Kau mau bercinta?" Dia bertanya.

Aku menelan ludah, tapi ku mengangkat bahu lagi.

Dia menggigit bibirnya dan melihat ke lantai. "Laki-laki atau perempuan?" Tanyanya lagi.

Aku menggigit bibir bawahku. Apa mungkin aku sebenarnya bukan gay? Apa mungkin aku hanya... tertarik pada satu orang yang kebetulan adalah seorang pria...?

Dia mendongak karena aku belum menjawabnya.

Aku hanya melihat kembali padanya.

"Aku akan menemanimu." Ujarnya, sebelum dia berhenti sejenak dan melanjutkan "... untuk memastikan kau tidak akan menghabiskan malam dengan orang yang berbahaya."

Aku mendesah.

"Gunakan kondom." Park menambahkan.

Aku merasa lemah. Dan sedih.

Air mata kembali membasahi pipiku.

Aku menyekanya secepat itu keluar dari mataku, tapi Park menyadarinya.

Aku menyembunyikan wajahku ke meja dan tidak bisa melihat kembali ke matanya.

Aku bisa mendengar langkahnya semakin dekat ke mejaku dan merasakan tepukan di kepalaku.

"Apa kau patah hati?" Dia tiba-tiba bertanya.

Aku mengangkat kepalaku, dengan kaget.

Park tersenyum sedih. "Karena Forth punya pacar?"

Aku terkesiap. Aku bingung. Apa hubungannya dengan Forth?

"Kau... menyukainya, bukan?"

Aku membeku. "Hah?"

Park mendesah. "Kau pria yang hebat. Kau akan menemukan seseorang yang akan mencintaimu. Lupakan saja bajingan tidak berguna itu."

Apakah dia benar-benar mengatakannya?

"Kau bisa menggunakanku juga, jika kau mau." Park menambahkan. "Aku akan berusaha untuk tidak membuatmu marah. Tapi aku bodoh dan selalu membuatmu marah. Maaf."

Aku membenturkan kepalaku ke meja. Kenapa aku jatuh cinta pada orang bodoh seperti dia?

"Jangan tinggalkan aku, na?" Park memohon.

Aku menatapnya lagi.

Matanya berkaca-kaca. "Maafkan aku, na? Aku akan berusaha untuk tidak terlalu bodoh."

Biggest Lie | ParkLam  Story - BAHASA INDONESIA (TAMAT)Where stories live. Discover now