Telinga runcing Eluiga bergerak mendengung, menandakan sebuah isyarat akan datangnya bahaya yang akan menerpa seseorang.

"Dimana Kaisa?" Tanya Eluiga sembari menatap sekitar menyadari bahwa Kaisa menghilang.

Ibu panti terjatuh lemas, rasa panas dan perih menyerang tubuhnya. Dia menatap jam dinding yang berada di atas pintu. Pukul sepuluh lebih enam menit. Melihat semua orang berlari keluar, ibu panti merubah tubuhnya menjadi kucing lalu melenggang keluar dengan hati-hati dari mansion ini. Grusha yang melihatnya kemudian mengejar ibu panti. Ibu panti melompat dari dinding belakang mansion, begitupun dengan Grusha.

Arsene berdiri di tengah halaman rumah orang tua Kaisa, tempat dimana bambu merah tumbuh. Dia menatap bambu merah yang berada di tangannya. Sejenak dia berpikir, jika dia membakar kedua bambu itu maka semuanya akan selesai, semua ras nya akan kembali ke tempat asalnya. Namun dia masih ingin bermain dengan Kaisa hingga dapat merasakan aroma darahnya lagi, begitu menyenangkan saat dia menyiksa Kaisa kala itu. Aroma darahnya begitu nikmat. Dia pun menghirup seolah ada aroma darah Kaisa di hadapannya.

"Arsene..." Gumam Kaisa jauh di belakang tubuh Arsene.

Kaisa menatap bambu merah yang berada di tangan Arsene. Gerhana matahari usai, bumi terang kembali. Kaisa tidak ingin kejadian kala itu terulang kembali, dia memberanikan diri untuk mengambil bambu merah yang berada di tangan Arsene, bagaimana pun caranya.

"Arsene! long time no see!" Panggil Kaisa. Seringainya terlukis di sudut bibirnya.

"Oh, my food!? apa ini yang dinamakan buah jatuh tidak jauh dari pohonnya? saya pemangsa dan kamu adalah mangsaku, bukankah ini satu kesatuan? seperti halnya ranting dan daun?" Tutur Arsene menyeringai.

Kaisa mendecih pelan, tatapannya tidak takut lagi kepada Arsene. Bagaimanapun Arsene merupakan makhluk yang seharusnya tidak ada di dunia ini. Hingga tersisa beberapa langkah lagi untuk merebut bambu merah dari tangan Arsene.

"Bagaimana jika aku balik, aku adalah pemangsa dan kamu mangsaku? sepertinya akan lebih seru," Tutur Kaisa sembari melepas jaket yang digunakannya, lalu membuangnya ke sembarang arah. Arsene menaikkan satu alisnya. Aroma yang dia damba-dambakan selama ini sekarang berada di hadapannya. Tubuh Arsene perlahan memanas dengan kedua bola matanya yang hampir memerah pekat. Kaisa mulai paham mengapa Arsene sangat menginginkan tubuhnya. Kini Kaisa berada lima sentimeter di hadapan Arsene, tangannya bergerak mengalungi leher Arsene.

"Arsene, bagaimana kamu akan memakanku?" Bisik Kaisa di telinga Arsene.

"Aku akan memakanmu hidup-hidup," Tutur Arsene menghendus kulit Kaisa.

Arsene semakin terobsesi dengan tubuh Kaisa dan dengan kesempatan ini Kaisa mengambil pemantik dari saku celananya diam-diam lalu menyalakan dan mengarahkannya ke bambu merah yang dipegang oleh Arsene di belakang tubuhnya.

"Tidak semudah itu, Arsene!" Seringai Kaisa.

Api yang mulai membakar lapisan kulit Arsene dan Kaisa mendorong tubuh Arsene. Dia yang sadar akan hal ini kemudian menjatuhkan bambu tersebut ke tanah. Arsene yang merasa dipermainkan oleh Kaisa naik pitam.

"Sial," Umpat Arsene.

"Mulai sekarang jangan ganggu aku lagi dan kembalilah ke alam asalmu!" Tegas Kaisa.

Arsene tertawa sinis, "Kamu pikir dengan membakar bambu ini aku akan kembali? nope! aku yang membuat permainan ini dan hanya akulah yang bisa mengakhirinya,".

Asap yang membakar bambu tersebut semakin menebal. Bulan Kembali menutupi matahari hingga suasana gelap seperti tadi.

"Welcome to my world, Kaisa!" Seringai Arsene.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 16, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DOOZYWhere stories live. Discover now