4 | Words

18 3 0
                                    

Kata demi kata bisa dirangkai yang pada akhirnya membentuk sebuah kalimat sebagai bentuk ungkapan untuk mereka yang kita sayangi.

- Maureen Narayana Raharja -

Song : Words - Reed Pittman

Kegelapan malam itu membuat pandangan Nara tak jelas sama sekali

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kegelapan malam itu membuat pandangan Nara tak jelas sama sekali. Ia bak buta dalam sekejap ketika tenggelam di lautan kegelapan itu.

Tak ada yang bisa dilakukan Nara selain menangis. Terdengar sangat cengeng. Nara akui kalau dia bukanlah gadis tangguh yang mampu bertahan sekuat dan sekeras karang di lautan. Bagaimana pun juga dirinya masih perempuan yang rapuh.

Suara-suara mengalun jelas di telinga. Kendaraan yang mengebut juga mendominasi. Nara mulai bangkit mencari asal suara itu. Ia seolah mendapatkan harapan baru di sana.

Gadis itu berjalan perlahan sampai ada seberkas sinar yang memancar dari kejauhan. Perlahan demi perlahan Nara meraihnya hingga akhirnya Ia masuk ke sebuah tempat yang berbeda.

Nara mengenal betul di mana Ia berada kini.  Tempat yang punya memori tersendiri dalam beberapa dekade hidupnya.

"Kok bisa di sini?" tanya Nara tak percaya dengan apa yang terjadi pada dirinya.

Kekuatan masa lalu seolah-olah menariknya untuk kembali merenungi semua yang sudah pernah dilaluinya. Benar, masa lalu yang punya warna serta keunikannya sendiri yang membuat Nara pun enggan tuh menghapusnya.

"Ngga ada yang berubah sama sekali. Semuanya masih sama aja."

Dinding sekolah yang berwarna putih dengan plesteran batu-batu kali yang menghiasi bangunan itu membuat Nara serasa kembali ke zaman dulu.

Sedang asyik mengamati bangunan sekolah saat berjalan ke arah ruang guru, Nara melihat sosok itu. Lelaki yang selama ini bisa dibilang menjadi musuh bebuyutannya. Siapa lagi kalau bukan Abimanyu Bramantya Adiputra.

Lelaki paling menyebalkan yang pernah Nara jumpai di muka bumi. Kalau bisa dinilai dengan angka, tingkat menyebalkan Bima itu setara dengan 10/10.

Merasa ada yang mengamatinya, Bima menoleh ke arah Nara. Pandangannya bertemu dengan kedua netra milik Nara. Gadis itu langsung merasa panik dan mengumpat sejadi-jadinya dalam hati karena Bima menangkap basah dirinya yang sedang memperhatikan cowok itu.

"Apa lo?" Bima menatap ketus ke arah Nara.

"Maksud?" gadis itu pura-pura tak mengerti apa yang Bima ucapkan padanya.

"Ngapain lo ngeliatin gue kayak gitu?"

"Dih, pede bener lo. Kayak ngga ada hal lain yang harus gue liatin," jawab Nara ketus. Ia berusaha tetap pede dengan argumennya.

"Udah ketangkap basah masih bisa aja ngelak. Dasar cewek!" Bima memutar bola matanya malas.

"Bacot, ngga guna ngobrol sama orang aneh kayak lo!" Nara berlalu pergi meninggalkan Bima.

COOKIES N CREAM [COMPLETED]Where stories live. Discover now