the days without you

342 23 13
                                    

Yoo Jeongyeon ~ Kim Seokjin
(Disarankan untuk mendengar lagu Davichi - Missing You Today)






***

Jika secara kebetulan kita bertemu lagi
Apa kau baik-baik saja?
Aku juga baik-baik saja







Suara scanner yang terpasang pada meja bagian penyimpanan mesin kassa itu berbunyi, begitu barcode pada barang yang dihadapkan pada layar tersebut tepat mengenai lasernya. Setelahnya keluar sejumlah angka dan nama barang yang tertera dalam layar komputer, berikut total keseluruhan pembelanjaan. Bukti pembelanjaan tercetak pada secarik kertas berukuran kecil memanjang yang telah keluar dari mesin printer disebelah komputer tersebut, begitu transaksi selesai dilaksanakan.

Antrian semakin berkurang ketika satu-persatu konsumen telah Jeongyeon layani dengan baik. Pergantian shift telah dilakukan satu jam yang lalu, dan Jeongyeon yang mendapati jadwalnya disore hari menjelang malam, harus merelakan sofa empuk dan selimut hangatnya ditengah musim dingin yang mulai menapaki bulan ini dengan iming-iming bonus dalam gajinya untuk menambah isi dompet yang mulai menipis.

Sudah tiga tahun ini Yoo Jeongyeon menjalani pekerjaannya sebagai seorang kasir di sebuah minimarket 24 jam. Ia memutuskan untuk berhenti kuliah ketika mengetahui bahwa toko roti yang didirikan oleh ayahnya mengalami kebangkrutan saat dirinya baru saja menyelesaikan semester awal perkuliahan.

Hidup sebagai putri tunggal dari kedua orang tuanya, tak lantas menjadikan Jeongyeon selalu bermanja dengan mencoba hidup mandiri. Ayahnya serta sang ibu, memilih pindah ke rumah neneknya untuk sementara sembari mencoba membuka usaha kecil-kecilan di kota kelahiran Jeongyeon, Suwon. Sedangkan Jeongyeon yang saat itu telah berhenti kuliah, mencoba melamar pekerjaan dibeberapa tempat. Namun hanya minimarket itulah yang menerima dirinya untuk bekerja dengan bermodalkan ijazah sekolah tingkat akhirnya.

Sampai kini, Jeongyeon memilih setia dengan pekerjaannya. Bisnis yang kembali dijalani sang ayah memang sudah mulai stabil, namun Jeongyeon memilih untuk menetap di ibukota dan hanya sesekali berkunjung ke rumah keluarga besarnya saat ada acara tertentu saja.

Menyenangkan rasanya ketika menjalani hidup sendiri. Meski terkadang rasa sepi itu ada, Jeongyeon memilih mengobatinya dengan bertemu teman-teman dimasa sekolahnya dulu.
Banyak hal untuk dibicarakan kala bertemu dengan teman-teman dekatmu. Tentang kehidupan, keluarga, jatuh cinta, putus cinta, atau mereka yang tidak perduli lagi dengan cinta.
Haha.
Bukankah kata 'cinta' sedikit memuakkan untuk didengar?
Apa hanya dirinya yang merasakan?
Yoo Jeongyeon. Ia bahkan tak tahu harus menjawab apa.

Trak

Barang itu diletakkan cukup keras hingga Jeongyeon terhenyak, tak menyadari dirinya sedikit melamun. Ia mendongakan kepalanya untuk bertemu pandang dengan sepasang mata yang menatapnya lekat disertai wajah tampan yang sudah lama tak dijumpainya setelah beberapa tahun ini. Bahu lebar yang tertutup oleh mantel tebal, tak membuat Jeongyeon lupa bahwa dirinya pernah begitu nyaman untuk bersandar di sana.

"Ada tambahan lain?" Gadis itu bertanya dengan wajah kelewat datar. Segera mengantongi beberapa barang yang dibeli pria di depannya dan hendak menyebutkan sejumlah angka pada komputer tersebut.

"Bisa kupinta waktumu sebentar?" Pria dengan bahu lebar itu bertanya ketika plastik belanja tersebut akan diserahkan padanya.

"Totalnya jadi 4500 won." Jeongyeon mencoba abai, tetapi pria didepannya terlihat tak mau menyerah.

"Satu jam. Oh, atau kurang dari itupun tak masalah. Apa waktu istirahatmu masih lama?"

"Maaf, Tuan. Anda membuat antrian lain tertunda. Jika masih ada yang dibutuhkan atau dicari, boleh beritahu saya atau petugas lainnya." Jeongyeon melirik sekilas pada sepasang remaja yang menunggu konsumen didepannya karena tak kunjung beranjak dari posisi menghadap sang kasir dengan plastik kecil dalam tangan kirinya.

Yoo Jeongyeon's CoupleWhere stories live. Discover now