14. Pesan Burung Kertas

266 42 7
                                    

Pansy berjalan dengan langkah kecil dibelakang Tracey dan Millicent. Dibalik tudung jubah yang menutupi kepalanya, mata coklat si Parkinson menelusuri sekeliling aula utama. ketiga gadis Slytherin itu lalu duduk di meja asrama mereka. Pansy masih memandang sekeliling memastikan sesuatu, lalu bernafas lega dan membuka tudungnya.

"Boleh aku bertanya apa yang sedang kau lakukan Pansy?" Tracey mengernyit heran melihat tingkah aneh temannya.

"Untuk apa kau bertanya Tracey? Seperti yang dia lakukan beberapa hari ini. Tentu saja menghindari Malfoy," sahut Millicent santai,  menguap lebar, sebelum berbicara lagi. "Aku hargai kau tidak menceritakan apapun masalahmu dengan Malfoy pada kami. Tapi jika boleh kuberi saran, tidak baik terus menghindari masalah, lebih baik selesaikan dengan cepat, agar tidak menjadi beban pikiran yang merepotkan."

Tracey mengangguk setuju. Pansy yang mendengar perkataan Millicent, tersenyum lesu. Ingatan pembicaraan terakhir dengan Draco beberapa hari yang lalu, memenuhi pikirannya.

"Jika saja seseorang yang kalian sukai adalah orang yang sudah berteman baik selama bertahun-tahun. Lalu ternyata dia tidak memiliki perasaan sama. Apa yang akan lakukan?" ujar Pansy berusaha bersikap setenang mungkin.

"Tunggu, apa? Maksudmu," sahut Millicent, tampak sedikit terkejut.

Pansy menatap kedua temannya yang memasang ekpresi penasaran menunggu apa yang akan dirinya katakan. "Beberapa hari yang lalu, aku mengungkapkan perasaanku pada Draco secara tidak sengaja. Dan aku lari begitu saja tanpa mendengar jawabannya." Pansy menghela nafas panjang sebelum berbicara lagi. "Intinya, jika saja aku ditolak. Bergaul dengannya pasti canggung."

Penjelasan Pansy membuat kedua temannya saling bertukar pandang dan terdiam beberapa saat, sambil berpikir respon seperti apa yang sebaiknya mereka lontarkan.

"Well, itu memang resikonya," ungkap Millicent memecahkan keheningan diantara mereka.

"Jika aku jadi kau Pans!" sambung Tracey seperti biasanya tampak bersemangat. "Ini yang akan aku ucapkan di depan wajahnya." Tracey menarik kerah jubah Millicent disampingnya dan mempertipis jarak diantara mereka berdua. "KAU ADALAH PRIA YANG PALING TOLOL DIMUKA BUMI INI KARENA MENOLAK PEREMPUAN MENAWAN SEPERTIKU!"

"TRACEY, MULUTMU BAU BAWANG!"

Suasana hati Pansy seketika berubah menjadi lebih baik. Bibirnya melengkung membentuk senyuman. "Betapa bodohnya aku tidak meminta saran kalian berdua lebih awal."

Ketiga sekawan itu dengan kompak melepas tawa pendek, sebelum mulai menyantap sarapan mereka dalam suasana yang tampak ceria.

"Kalian masih ingat kan? Sebentar lagi acara Yulle Ball akan diadakan?" tanya Tracey kembali memulai percakapan.

"Tentu, sebagian besar murid Hogwarts menantinya." sahut Milicent disela-sela menyantap puding kesukaannya. "Kenapa? apa kau sudah menemukan lelaki untuk diajak dansa?"

Tracey terlihat salah tingkah, senyum yang selalu terpasang diwajahnya kini tampak lebih cerah. "Yeah, seseorang mengajakku." Tracey mulai memilin-milin rambutnya dengan jemarinya. "Percayakah kalian? Theodore Nott mengajakku."

Millicent mendongak dan mengangkat sebelah alisnya menatap Tracey. "Theodore Nott?" Millicent merespon dengan diam melihat Tracey mengangguk pelan, karena dia tidak ingat kapan temannya mulai dekat dengan lelaki yang dikenal kutu buku itu.

Melihat reaksi Tracey membuat Pansy tersenyum tipis. "Aku tidak terkejut tentang kau dan Theo. Sejak awal kalian memang terlihat saling tertarik satu sama lain." detik berikutnya Pansy menopang dagu dan mengerutkan bibirnya. "Kau beruntung Tracey. Berharap aku bernasib sama denganmu. Bisa dibayangkan betapa senangnya,  jika aku dan Draco berdansa."

The Story of Draco and Pansy Where stories live. Discover now