chapter 1

245 16 1
                                    

"Huaaaa.. Arka gamau sekolah!" Arka menangis, kedua tanganya melingkar erat pada leher Papanya menolak untuk masuk kelas. Ini bukan kejadian yang aneh, saat suasana hati Arka sedang tidak  baik, pasti selalu seperti ini.

"Arka.. kalo Arka terus menangis seperti ini nanti Papa telat loh sekolahnya. Arka mau nanti Papa dimarahin sama Guru Papa?"

"Yaudah kalo gitu bawa Arka sekolah sama Papa!"

Seragam sang Papa yang tadi pagi baru saja dia setrika sekarang kembali kusut karena Arka. Tangisanya membuat bagian depan seragam sang Papa basah. Rambutnya yang sudah ditata rapi pun tidak luput dari jambakan Arka, membuatnya kini berantakan.

"Arka.. untuk snack siang hari ini Bu Guru punya puding loh. Kalo Arka ikut Papa nanti Arka gabisa makan pudingnya dong." Bu Guru datang untuk membantu sang Papa yang terlihat sudah tidak karuan.

Mendengar nama puding disebut, tangisan Arka mendadak berhenti dan kini menoleh pada Bu Guru,

"Be.. beneran Bu Guru?" Tanya Arka masih terisak.

"Beneran. Ada rasa coklat, stroberi, vanilla, terserah Arka mau pilih rasa apa."

"Arka mau semuanya boleh?"

"Arka.." Tegur Papanya.

"Yaudah kalo gitu dua! Dua ya, Bu Guru? Satu lagi buat Tukki, kasian."

"Jangan buat alasan Arka, Tukki itu boneka. Dia ga bisa makan pudingnya." Kata sang Papa tegas. Arka yang mendengarnya langsung memeluk boneka kelinci putih di tanganya lebih erat.

"Yaudah, ayo makanya sekarang Arka sama Tukki masuk sama Bu Guru yuk, biarin Papanya pergi sekolah."

Arka mulai mengendorkan pelukan pada Papa dan meraih uluran tangan Bu Guru. Papanya yang melihat itu hanya menggeleng, tidak disangka hanya dengan puding akhirnya Arka mau melepaskan dia.

"Terimakasih Bu Guru. Saya titip Arka ya. Kalau begitu saya permisi."

Sebelum meninggalkan day care, sang Papa pergi ke toilet untuk merapihkan penampilanya yang tidak karuan. Tidak mungkin dia datang ke kampus dengan penampilan berantakan seperti ini.

Basah bekas tangisan Arka masih terlihat jelas di bagian dadanya, dia harap dalam perjalanan menuju kampus, seragam basah itu akan kering. Dirasa cukup rapi, dia akhirnya pergi.

Sesampainya di kelas, kondisi kelas sudah mulai penuh. Telat 5 menit saja mungkin dia tidak akan bisa mengikuti pelajaran jam pertama.

"Kong, tugas perancangan ergonomi udah?" Tanya Kay sang ketua kelas saat Kongpob baru saja duduk di kursinya.

"Udah. Tapi belum aku cek ulang. Liat aja, tolong sekalian cek." Kongpob menyodorkan tugasnya pada Kay, Kay mengambil dan mulai membacanya.

"Udah ko. Udah bener, cuma tumben banget tulisanmu ga rapi, kamu ngerjain sambil tidur apa gimana?"

Kongpob tidak menjawab pertanyaan Kay karena dosen sudah memasuki kelas.

Semalam Kongpob memang sangat mengantuk saat mengerjakan tugasnya, bagaimana tidak, sepulang kuliah Kongpob langsung pergi ke cafe tempatnya bekerja. Hari itu jarang-jarang cafe sangat penuh sehingga para karyawan harus bekerja ekstra.

Saat jadwal shift nya selesai, rekanya yang bertugas untuk shift malam belum juga datang, mau tidak mau Kongpob masih harus menunggu di cafe mengisi kekosonganya.

Saat rekanya datang, Kongpob bergegas menjemput Arka, ini sudah sangat telat, dia berharap Arka tidak menangis menunggunya.

Untunglah Arka tidak menangis saat Kongpob datang, dia juga tidak merengek saat malam selain saat dia menolak untuk makan, Kongpob merasa bersyukur padahal biasanya Arka selalu menangis dan baru tidur setelah dia merasa lelah.

REMORSEWhere stories live. Discover now