Bab 24

15 1 2
                                    

3 hari setelah penyerangan kantor polisi, tampak di tv komandan kepolisian pusat kota Titans, Ann miyoshi tengah melakukan pidato yang tujuannya menenangkan para masyarakat yang panik.

Tampak di kediaman Dina, Lian yang asyik memakan sarapan bersama Rika, Anya, Shifa, dan Dina terlihat menyaksikan itu dengan tenang.

"Yah, kalau ada kita mestinya mereka tidak perlu takut kan," gumam Shifa sembari menyuap spaghetti itu.

"Tapi gak ada salahnya kita tetap siaga dan waspada, jaga-jaga kalau Lian tidak bisa menghandle mereka," jawab Dina yang telah menghabiskan makanannya.

"Susah emang ngomong sama bocah," sindir Anya yang membuat gadis itu tersinggung.

"Apa katamu? Nenek sihir!" omel Shifa pada Anya yang terlihat kesal dikatai, dan kini menatap tajam gadis itu.

Melihat itu tampak Lian dan Rika hanya menghela nafas pelan sembari menyuapi spaghetti mereka.

"Nih, kamu suka macaroni kan?" tanya Lian pada Rika yang tampak tersenyum dan menerima macaroni itu dengan senang.

"Yeey! Thank you Lian!" ucap Rika senang sembari semangat menghabiskan spaghetti miliknya.

"Lian, setelah ini kau ikut aku ke kantor polisi ya," pinta Dina yang membawa piring kotor bekas makan Shifa dan Anya.

"Ada apa?" tanya Lian yang telah menghabiskan makanannya, namun menolak piringnya dibawa Dina, justru dia malah mengambil piring kotor Rika.

"Biar aku saja," tambah Lian yang mengambil tumpukan piring kotor dari tangan Dina.

"Soal kekuatan gravitasi milikmu, nampaknya komandan Ann penasaran dengan itu," jawab Dina pada Lian yang tersenyum dan mengangguk pelan mendengarnya.

"Karena itu ya, baiklah aku akan segera kesana," jawab Lian yang tampak berjalan menuju ke dapur.

"Biar kubantu!" ucap Rika yang berjalan cepat menyusul Lian.

"Jangan modus kamu Rika!" ucap Shifa yang berlari menyusul Rika dan Lian.

"Hei! Ngapain bocah ganggu urusan orang dewasa!" tampak Anya juga berlari mengikuti ketiganya.

"Kita seumuran!" jawab Shifa kesal yang dibalas tawa Dina. Tampak gadis itu kini duduk santai di depan tv, sembari menyaksikan kondisi kantor yang hancur akibat serangan malam itu.

"Jika malam itu tidak ada Lian dan yang lain, mungkin sudah banyak korban," gumam Dina yang terlihat muram, namun sesaat kemudian tersenyum.

"Setidaknya aku harus melakukan sesuatu sebagai tanda terima kasih padanya," gumam Dina yang tampak berpikir dan senyum sendiri.

************

Sementara itu di pusat kota tampak Zidan, Akiko, dan Rafi tengah bersandar di dinding sebuah toko sembari memakan hot dog yang mereka beli.

"Jadi serpihan batu bulan itu ada di gadis cantik yang jadi lawan kita kemarin?" tanya Rafi sembari senyum-senyum sendiri membayangkan sosok Esmeralda, gadis yang ia dan Zidan hadapi sebelumnya.

"Gak usah lebay," jawab Zidan sinis sembari menyuap hot dog miliknya.

Mendengar ucapan itu nampak Akiko yang sedang memakan hot dog miliknya nampak tertarik dan menatap Zidan.

"Emang cantik banget ya?" tanya gadis itu ke Zidan yang tampak salah tingkah mendengar itu.

"E..enggak, si Rafi aja yang berlebihan, maklum aja pemuda labil," jawab Zidan yang dibalas tatapan sinis Rafi.

"Gue lagi yang salah, gue lagi yang disudutin," gumam Rafi sembari menghabiskan hot dog miliknya. Mendengar itu tampak Akiko hanya tersenyum lugu seraya menghabiskan hot dog miliknya.

THE GUARDIAN STORY (TAMAT)Where stories live. Discover now