Mazen terkikik geli. "Gue bukan staff disini."

"Tapi lo hampir tiap hari kesini."

"Bener." Mazen mengangguk. "Tapi yang gue tau, semua staff disini digerakkan dengan uang."

Arjuna mengernyitkan dahinya, ia menoleh kearah Mazen. "Itu artinya, mereka bakal nurutin orang yang ngasih duit terbanyak?"

Mazen kembali mengangguk. "Gue nggak meragukan Danny kalau bikin pihak tempat ini tutup mulut dengan uangnya. Tapi buat kali ini, uang yang ditawarkan ke mereka lebih banyak."

Jun melipat tangannya didepan dada, ia menghisap rokoknya sejenak. Netranya menatap Mazen dengan penuh selidik, orang yang paling ia curigai di masalah ini. Tentu saja, Mazen adalah akar dari permasalahan ini. Ia yang membuat Danny terjebak di kondisi dimana dia tidak bisa berkutik, lalu Mazen pergi dan kembali seenaknya.

Lalu sekarang, dia memberikan informasi tentang tempat ini pada mereka.

Tentu saja Jun curiga padanya.

Mazen membalas tatapannya. "Apa? Lo curiga sama gue? Gue nggak akan kasih informasi dan bantuan yang merugikan gue, kalau emang gue yang lakuin itu."

"Lo mau bantu kita?" tanya Jun, ia menaikkan sebelah alisnya.

"Iya, lah. Mau gimanapun, ini semua karena gue. Jadi gue bakal tanggung jawab dan tebus kesalahan gue."

Arjuna yang sedang bertopang dagu, menatap Jun yang juga menatapnya. Seakan memikirkan hal yang sama, mereka mengangguk dengan kompak.

"Oke, kita terima bantuan lo."

Mazen tersenyum lega. Akhirnya, dia bisa menebus kesalahannya pada Danny.

"Ayo, kita mulai cari ruangan CCTV nya."

Mereka bertiga bergegas pergi ke bagian belakang ruang utama, melewati manusia-manusia yang sedang sibuk dengan urusan dunianya. Ada belasan kamar yang digunakan untuk bermalam oleh para pengunjung. Tentu saja banyak kegiatan tak senonoh dimana mana, membuat Arjuna semakin mendengus malas.

"Dimana ruang kontrolnya?" bisik Jun pada Mazen.

Sepanjang mereka berjalan, mereka hanya menemukan kamar-kamar.

"Itu tangga kemana?" Arjuna menunjuk kearah tangga yang baru saja dilewati oleh seorang staff.

"Kayaknya itu deh, kita coba aja." Jun menepuk bahu Mazen, mengisyaratkan untuk menuju arah sana.

"Kenapa kita harus diem-diem, sih? 'Kan tinggal suruh staff disini panggil managernya," gerutu Arjuna.

Jun menoleh kearah kembarannya yang mengerucutkan bibirnya dibelakangnya. "Percuma, dari informasi Mazen aja bisa disimpulkan kalau mereka nggak akan buka mulut kalau nggak ada duit."

"Tinggal kasih duit lebih besar dari orang itu."

"Kita nggak tau berapa yang dia kasih, Danny aja bisa jadi kasih duit yang nggak tanggung-tanggung."

Arjuna sudah mengatupkan bibirnya, memilih untuk diam karena jawaban dari Jun bisa diterima akalnya. Mereka kembali melanjutkan misi, menapaki anak tangga yang entah membawanya kemana, setelah memastikan keadaan sekitar aman.

Hal pertama yang mereka lihat di tempat itu adalah deretan ruangan yang tertutup.

"Kita berpencar aja, cek ruangan satu persatu. Tapi tetep hati-hati, bisa aja ada staff yang naik."

Mereka menganggukkan perintah Mazen, berpencar membuka setiap pintu yang ada disana. Ruang-ruang itu ternyata berisi alkohol, beserta keperluan lainnya. Tempat yang mereka cari akhirnya ditemukan di salah satu ruangan.

"Mazen, Jun!" panggil Arjuna.

Mazen dan Jun bergegas menghampiri Arjuna yang melambaikan tangannya pada mereka.

"Udah ketemu ruangannya?" tanya Mazen.

Arjuna mengangguk.

"Maaf, kalian sedang apa?"

Mereka bertiga kompak menoleh kearah sumber suara, menegang ditempat karena tertangkap sedang ingin membuka pintu yang seharusnya tak mereka jamah. Mereka bertiga saling melempar pandangan, seakan berbagi pikiran untuk memberikan alasan tepat.

"Anu, teman saya kehilangan dompetnya tadi. Jadi, kita mau coba cek CCTV." Arjuna membuka mulutnya, memberikan ekspresi setenang mungkin agar tidak menambah kecurigaan.

"Apa kita boleh cek?" tanya Arjuna.

"Boleh, kalau begitu mari ikut saya kedalam." Lelaki yang berseragam hitam putih itu memberi jalan untuk mereka masuk kedalam ruangan itu.

Mereka bertiga langsung menghela lega, mengikuti staff tersebut. Dilihatnya beberapa komputer yang menampilkan rekaman dari CCTV. Menunjukkan betapa ketatnya penjagaan ditempat ini, hingga diberi kamera pengawas disetiap sudut.

"Tadi posisi teman Mas ada dimana?" tanya staff tersebut.

Jun sudah melirik was was kearah saudaranya, khawatir Arjuna akan menjawab dengan asal.

"Di dance floor."

Staff tersebut langsung beralih pada komputer yang menampilkan sudut tempat yang disebutkan oleh Arjuna.

"Lo rencanain apa?" bisik Jun.

"Diem dan iyain apa yang gue bilang sebentar lagi."

Jun menghela napasnya, tak ada yang bisa ia lakukan selain mempercayakannya pada Arjuna. Pria yang tiba-tiba memiliki ide, padahal dia pergi kesini saja dengan paksaannya.

"Ada nggak, Mas?" tanya staff itu.

"Nggak ada, kayaknya bukan dicolong, tapi jatuh." Arjuna memasang raut bertanya, lalu melirik kearah Jun.

"Eh, bukannya waktu itu hape lo hilang disini juga 'kan?" tanya Arjuna pada Jun.

Jun yang tak paham, hanya bisa mengangguk sesuai perintah Arjuna."Iya."

"Disana banyak data kerjaan lo, 'kan? Masih dibutuhin nggak, sampe sekarang?"

"Iya."

"Nah! Mas, sekalian kita mau cek rekaman CCTV yang udah lalu, bisa?"

Staff yang masih duduk di kursi tersebut melirik. "Boleh, tanggal berapa?"

Arjuna tersenyum tipis. "Tanggal 18, 5 bulan yang lalu."

Staff tersebut mengernyit.

"Maaf, Mas. Semua rekaman ditanggal tersebut sudah dihapus seluruhnya."

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

akhirnya up lagiiiii❤❤

jujur deh aku bikin ini sambil mikir 'nyambung gak ya?' begitu😭. tapi aku coba apa yg ada di pikiran aku, aku tulis aja disini. jadi kalau susah diterima sama kalian, aku minta maaf yaa😁

btw jgn lupa vote dan komen ya readernim!!

see u next part, teuba!!! 🌼

DANNY • choi hyunsuk (END) حيث تعيش القصص. اكتشف الآن