Theo

742 57 14
                                    

Aku berdecak kesal sambil memperhatikan jam tanganku. Ini sudah sepuluh menit aku menunggunya. Mana, katanya mau jemput, tapi jam segini belum muncul juga. Kalau begini sih bisa telat ceritanya. Rumah sebelahan saja berasa rumah jauhnya minta ampun.

Apa jangan-jangan di kesiangan? Ugh, dasar kebo, tidur tidak ingat bangun ya dia?

"Mang Dadang, siapin mobil yaa. Vanessa di antar mamang aja." Ucapku pada laki-laki setengah baya yang berada tak jauh dariku.

"Baik non. Non Vanes gak jadi berangkat bareng den Theo non?"

"Enggak mang, liatin aja jam segini anaknya belum nongol."

"Yaudah, kalau gitu mamang siapain mobil dulu ya neng."

"Iya mang, buruan yaa. Vanes takut telat." Ucapku sambil melirik jam tanganku. Ini semua karena laki-laki kebo itu. Awas kalau ketemu nanti.

-------------------------

"Vanes.." Panggil laki-laki yang sudah sangat ku hafal suaranya dari belakang.

Aku menoleh sebentar kemudian mengalihkan pandanganku malas, tidak memperdulikannya yang sedang barlari-lari kecil mengejarku.

"Maafin aku dong." Pintanya sok manja setelah di sampingku.

Aku mendengus. "Malas!"

"Ngambekan nih. Kan bukan kemauan aku telat jemputnya nes.."

Aku menatap ke arahnya tajam "Iya, emang bukan kamu yang maunya telat. Tapi karena kamu aku telat, tahu gak sih?!"

"Aku traktir makan deh nanti, gimana? " Bujuknya padaku.

Aku memalingkan wajah. Enak saja cuma makan, memang muka malu karena di suruh ngebersihin sampah di depan murid kelas lain yang ramai memperhatikan dari lantai atas, bisa hilang begitu saja hanya karena makanan.

"Gak mau!" Ucapku acuh.

"Es cream deh, gimana?"

Aku tersenyum kecut dalam hati, tawarannya kenapa semakin turun? Aku menggeleng.

"Nonton?"

Aku menggeleng lagi.

Laki-laki di sebelahku mendesah frustasi. "Nomor Hpnya kak Boy deh.."

Aku mengalihkan pandanganku cepat begitu mendengar nama laki-laki yang ku idolakan itu di sebut. Kak Boy, si laki-laki blasteran yang super-duper ganteng, super duper cool, dan entah kenapa sialnya bisa sepupuan dengan laki-laki yang berada di sampingku sekarang ini.

"Kamu serius?" Tanyaku sambil memicingkan mata ke arahnya. Mungkin saja dia sedang berniat membohongiku?

Laki-laki di sebelahku tersenyum kecut. "Giliran kak Boy aja, cepat. Apa sih yang istimewa dari dia, heran."

"Di mata kamu sih biasa, tapi di mata aku luar biasa tahu. " Ucapku dengan senyum semanis mungkin saat nama kak Boy bermain-main dalam pikiranku.

"Jadi, di maafin nih?"

Aku menyipitkan mataku, menatapnya degan tatapan menimbang-nimbang sambil memain-mainkan pipiku dari dalam mulut, "Tergantung."

"Kok tergantung?" Tanyanya bingung.

"Tergantung ada bonusnya gak." Jawabku masih pura-pura sebal.

Alisnya naik memperhatikanku, " Bonus apaan?"

Aku memasang cengir kudaku, merasa menang. "Es cream, makan, nonton, novel." Ujarku sambil memain-mainkan alisku seperti anak-anak minta permen ke arahnya.

You Belong With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang