prolog

5.7K 146 7
                                    

Olaa guys! How's ur day?
I hope u enjoy with this story and like the characters in it.

Jangan lupa vote and comment supaya aku makin semangat updatenya!!

Please, follow this account. Also follow the instagram acc @iichaatrsa, @chaawattpad dan @ravegasgeng. Tiktok: @chammylily

⚠️WARNING⚠️
Please banget buat bijak dalam membaca cerita ya! Ini dark story mungkin bakal banyak scene atau kata-kata tidak pantas yang ada di setiap partnya. Yang gak kuat boleh berhenti sampai disini, terima kasih

Happy Reading 🤍🏳

☆☆☆

MALAM ini cuaca mendung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MALAM ini cuaca mendung. Angin dingin menyapu bak belati, menusuk tulang hingga linu. Cowok dengan pakaian serba hitam berjalan menyusuri gang sempit macam biasa.

Dikenal dengan sebutan The Devil. Psikopat gila yang memimpin pengadilan gelap dimana orang-orang bahkan petinggi sekalipun tak dapat menemukannya.

Berbeda seperti biasa, dia menemukan seorang gadis tengah terduduk di atas tempat sampah yang terbuat dari tembok.

Ia berniat mengabaikan tapi mereka sudah beradu tatap lebih dulu. Mata merahnya yang menangis mengalihkan pikiran. Tak ada raut ketakutan, jauh beda sama orang-orang yang melihatnya. Mereka pasti akan lari atau menganggapnya aneh.

Gadis itu tidak. Dia membalas tatapan tanpa sorot ngeri, hanya ada kekosongan melanda. Ia sudah menjauh beberapa langkah dari gadis itu, tapi suara isakkannya masih terdengar mengganggu.

Ia balik kemudian menatap gadis itu yang kaget sampai berjengat mundur. Wajahnya yang tertutup topeng membuatnya lebih leluasa menelisik setiap inti.

Kakinya ia tarik agar mendekat. Mengeluarkan sapu tangan. Tak kunjung disambut, ia menunjuk kain kecil berbentuk segi empat tersebut menggunakan dagu.

Perlahan tangan kurusnya meraih. Berniat cabut, tangannya di tahan cepat. Ia menoleh lalu melepaskan kasar tangan gadis itu.

"Eh, m—maaf! A—Aku cuma mau bilang ... Makasih. Makasih banyak," ucapnya tulus. Senyum manis itu bertahan lama seolah tak tau caranya memudar. Dia mengeluarkan beberapa tangkai permen. "Ini buat kamu, aku gak mau punya hutang budi sama siapa pun."

"Ayo ambil!!" desaknya, karena tak kunjung diterima. "Kenapa? Kamu gak suka rasa stroberi ya? Aku gak tau kesukaan kamu. Tapi yang aku punya cuma rasa stroberi, soalnya ini favoritku— Eh?" Ucapannya terpotong.

Aksara mengambilnya cepat. Senyum itu semakin lebar seakan menunjukkan seluruh kebahagiaan yang terpatri di dirinya.

"Hei!! Nama kamu siapa?" tanya nya agak berteriak.

"Panggil sesuka lo," putus Aksara, sebelum benar-benar menghilang dari pandangan.

"Panggil sesuka aku ya?" Mengetuk-ngetuk dagu. "Apa aku panggil cowok permen aja? Dia kan udah nerima permen pemberianku. Ah iya! Itu aja."

"Aku harap kita ketemu lagi ya cowok permen!!" Berseru riang.

Akan kah kisah mereka berjalan mulus? Atau tidak ada pertemuan lagi setelah ini?

Entahlah. Apapun ke depannya, mereka berharap sama-sama menjadi jembatan untuk menuju tempat lebih baik.

☆☆☆

Hai guys!! Seperti yang kalian tau, ini adalah cerita pertama aku. Masih banyak kekurangan dan aku harap kalian dapat memakluminya.

Aku terima kritik saran namun dalam bahasa yang baik. Makasih guys 💗

AKSARA [HIATUS SEMENTARA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang