Kami duduk di teras, hanya berdua. Jalanan sudah lengang, hanya ada satu dua kendaraan yang lewat. Ini sudah jam sepuluh malam,

"Dia bukan wanita yang melahirkanmu. Dia memang istri Bapak."

Aku sudah menduga, Bundanya Nayya itu tergolong sudah berumur, sedang wanita yang melahirkanku seandainya masih hidup mungkin sekarang usianya belum genap empat puluh tahun.

"Kenapa Ibu mau di madu?"

Sorot mata Ibu meneduh saat mendengar pertanyaanku, pandangannya jauh ke depan. Seperti sedang memikul beban berat.

"Semua karena salah Ibu, Nduk,"

Aku mengernyit.

Wanita itu kembali menggenggam tanganku, seakan mencari kekuatan di sana. Aku menggenggam balik tangan Ibu. Sebenarnya seberapa banyak rahasia yang ia sembunyikan dariku?

"Ibu yang minta Bapak menikahinya."

Apalagi ini?

"Ibu tidak sebaik yang kamu kira, Sari. Ibulah penyebab Bapakmu seperti ini."

Tangis Ibu pecah. Dengan terus menunduk, ibu membawa tangan kami yang saling menggenggam itu ke wajahnya.

Jadi, ketika pernikahan Ibu dan Bapak memasuki usia lima tahun Dewi Rumadani masuk ke kehidupan mereka. Dewi Rumadani yang saat itu belum menikah sedang kebingungan karena orang tuanya terus-menerus memaksanya menikah, padahal Dewi Rumadani belum mempunyai calon.

Bukan tanpa alasan orang tua Dewi Rumadani meminta sang putri sulung menikah, hal itu karena sangat adik sudah ada yang melamar, sedang adat saat itu melarang keras seorang kakak di dahului atau istilahnya di langkahi oleh adiknya.

Dewi Rumadani bahkan sempat minggat ke rumah Ibu karena hanya ibu sahabatnya. Dan di rumah ini juga wanita yang kala itu kata Ibu tomboy bersembunyi. Tapi sepandai-pandainya bersembunyi pada akhirnya ketahuan juga.

Ibu tak bisa berbuat banyak ketika keluarganya tetap ngotot meneruskan perjodohan wanita itu dengan duda anak tiga. Dewi Rumadani langsung menolak. Ia tak keberatan di langkahi adiknya, Ia mengizinkan adiknya menikah dulu, tapi dia tidak mau menikah. Tetapi kembali lagi, adat istiadat kala itu sama sekali tak bisa di tentang.

Ibu yang kala itu ikut kebingungan tiba-tiba saja mendapatkan solusi, Solusi yang menjadi awal dari keruwetan rumah tangga Ibu. Ibu dengan sadar meminta Bapak menikahi sahabatnya. Di pikiran Ibu kala itu, setelah Bapak menikah dengan Dewi Rumadani, mereka pasti akan mendapatkan keturunan.

Selama ini Ibu sudah cukup lelah saat di tanya soal keturunan oleh keluarga. Masih di pikiran Ibu, rencananya, nanti setelah punya anak, Bapak dan Dewi Rumadani bisa langsung bercerai dan anaknya itu akan Ibu asuh. Toh, dari awal Bapak dan Dewi Rumadani tidak berniat menikah. Jadi ibu pikir solusi ini adalah jalan terbaik karena bisa saling menguntungkan.

Tentu saja ide Ibu di tentang habis-habisan oleh Dewi Rumadani, dia tidak mungkin mengorbankan rumah tangga wanita lain, apalagi wanita itu sahabatnya sendiri. Dia masih punya hati. Tapi Ibu tetap bersikeras membujuk, Ibu berdalih tidak akan cemburu, ibu bilang akan bersikap sama, tak berubah.

Bapak yang tadinya menolak pada akhirnya luluh karena tak tega dengan penderitaan sang istri yang selama ini selalu saja menjadi bahan cemoohan karena tak juga mendapatkan keturunan. Pernikahan itu akhirnya di gelar dengan sangat sederhana. Hanya segelintir orang saja yang tahu.

Tapi walaupun sudah menikah rupanya Bapak tak pernah mau menyentuh istri barunya, Sikap Bapak malah berubah, menjadi lebih pendiam dan tertutup.

Dewi Rumadani yang sebelumnya tak memiliki perasaan pada Bapak, akhirnya jatuh cinta. Dia berusaha menarik perhatian suaminya, bagaimanapun ia seorang istri, ia ingin mengabdikan diri pada suami. Ia ingin melayani suaminya.

BENALU YANG TAK TERLIHAT(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang