Chapter 2 [Topeng-Pertama]

Start from the beginning
                                    

Fyi : ruangan dospem satu dan dospem dua ku alhamdulillah berhadapan.

"Nyari siapa mba?" tanya beliau lembut.

"Lagi nyari pak Darlan pak, bapaknya hari ini masuk kan pak ya?" tanya-ku balik.

"Beliau biasanya masuk mba, mungkin lagi ada urusan aja makan-nya agak telat datang-nya," ujar pak Mar masuk ke-dalam ruang.

Tak lama berselang, muncul-lah seorang perempuan berbadan mungil, dengan rambut digerai sebahu menenteng tas goodie berwarna coklat gelap, di lengkapi dengan jedai rambut berwarna pink yang menjepit pada ujung tas. Tak ketinggalan naskah tebal yang ia bawa di pergelangan tangan sebelah kiri (kutebak itu adalah skripsi).

Kepala gadis itu celinguk-kan melihat melalui kaca buram yang terletak didepan ruangan pak Darlan.

Tak menemukan hasil, gadis itu beralih menatap ke-arah ku.

"Kamu, nunggu bapaknya juga?" tanya-nya.

"Iya, mau bimbingan sih. Kamu juga mau bimbingan?" tanya-ku hati-hati.

"Iya, aku udah janji sih sama bapak-nya kemarin, mau nyerahin bab 1-3," jelasnya.

"Oh gitu, sama sih aku juga mau bimbingan 1-3, oh iya kita belum kenalan. Nama kamu siapa?" tanya-ku menjulurkan tangan.

"Cindy," jawabnya dengan menyambut uluran tanganku sambil tersenyum ramah.

"Ahh, Cindy. Salam kenal ya, aku Imel. Anak prodi KP,"

Fyi : KP (Keuangan dan Perbankan), AKM (Akuntansi Manajerial)

"Ohh kamu anak KP, kirain anak AKM,"

"Bukan, aku anak KP hehe," jawabku sedikit tersenyum menimpali.

"Dospem dua mu siapa?" tanya-nya lagi

"Dospem dua ku pak Mar,"

Bertepatan dengan jawaban-ku, pak Mar keluar dari dalam ruangan dengan membawa beberapa skripsi tebal berwarna ungu tua dan mengunci kembali ruangan tersebut.

"Ohh, saya dospem 2 kah mba?" timpal beliau.

"Iya pak hehehe," ujarku sedikit malu

"Belum ada bimbingan ke saya ya?"

"Belum pak, soal-nya saya ngejar pak Darlan dulu, nanti kalau sudah, baru ke bapak. Sekalian pak soal-nya langsung rapel bab 1-3 hehe," jelasku sedikit gugup.

"Oh ya sudah, saya ada aja kok di ruangan," ucap pak Mar seraya berlalu pergi.

Dewi fortuna seakan berpihak pada ku hari itu.

Karena pasalnya, pak Darlan, dosen yang kunanti akhirnya tiba juga.

Kemeja putih keabu-abuan yang di masuk-kan ke dalam celana kain hitam lurus se-perut, lengkap dengan sabuk hitam melingkari pinggang-nya yang buncit itu. Beliau semakin terlihat imut dengan tas punggung hitam-nya yang legendaris.

Dengan sikap jutek dan terkesan dingin tak tersentuh, pak Darlan menatapku.

"Apa? mau ngapain?" ketus-nya,

"Ini pak saya mau bimbingan. Hehe," ucapku sambil nyengir.

"Bimbingan, Bimbingan, yaudah sini cepat bapak mau ngajar,"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 08, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TOPENG WAJAHWhere stories live. Discover now