Part 58

19.8K 1.2K 122
                                    

USAHAIN VOTE DULU, KARENA VOTE ITU GRATIS! TINGGAL PENCET TOMBOL BINTANG DI POJOK KIRI.

08 Oktober 2022

•Happy Reading•

"Bukan gini yang gue mau!"

Kedua lelaki berbadan kekar itu menunduk di depan atasannya, mereka merasa merasa bersalah karena telah salah bertindak.

Perempuan tinggi dengan rambut terurai itu menggeram. "Gue mau rumah tangga Alfaris sama Aurel hancur dengan adanya berita kehamilan perempuan lain, TAPI BUKAN BERARTI PEREMPUAN ITU NIKAH SAMA ALFARIS!"

"Kalau begini, mending gue aja yang dijebak bareng Alfaris!"

***

Ia sudah mengumpulkan niat dari jauh-jauh hari. Ia sudah memiliki tekad yang begitu bulat dan tak bisa di ganggu gugat. Sebelum masuk ke ruangan Alfaris, Fania menarik nafas dalam-dalam sejenak. Setelah di rasa sudah tenang, Fania membuka pintu ruangan.

"Aku mau bahas sesuatu," kata Fania terdengar sangat serius.

Alfaris mendongak menatap Fania sekilas, "to the poin."

Fania tersenyum smirk. Tatapannya jatuh pada kantong kresek berwarna hitam yang berada di atas meja Alfaris. Ia tahu itu adalah makanan, tadi ia melihat cleaning servis membeli sesuatu di luar, lalu membawanya ke ruangan Alfaris.

"Itu buat siapa?" tanya Fania penasaran.

Alfaris ikut mengalihkan pandangannya ke plastik di hadapannya. "Aurel, dia lagi ngidam martabak," jawab lelaki itu apa adanya.

Fania memutar bola matanya malas, "manja banget, bukannya rumah kalian deket penjual martabak ya? Kok nyuruh kamu yang beli? Padahal di sana juga ada."

"Aurel sukanya martabak deket kantor sini."

"Perasaan sama aja deh," cibir Fania tak suka dengan sikap Aurel.

"Enggak usah cari-cari kesalahan Aurel, mending sekarang kamu to the poin mau ngomong apa, karena aku mau cepet-cepet selesaiin laporan ini terus pulang."

Fania menghela nafas, "aku mau kamu secepatnya bilang sama Aurel tentang masalah ini."

Alfaris menggeram, "bukannya dari awal aku udah bilang, enggak usah bawa-bawa Aurel disini. Lagipula urusannya apa sih? Ini urusan kita berdua!"

"Aku rasa kamu enggak bisa ngambil keputusan dengan bijak, jadi sebaiknya kasih tau Aurel aja, biar dia juga tahu kelakuan bejat kamu."

Alfaris mati-matian menahan diri agar tidak terbawa emosi, "gini aja, sekarang kamu mau nya gimana? Tapi jangan sekali-kali bawa nama Aurel di permasalahkan ini."

"Enggak bisa gitu, Aurel perlu tau kondisi saat ini. Aurel pasti bisa toleransi masalah ini, dan bisa jadi dia ngasih izin buat kita nikah."

Gila! Alfaris yakin itu tak akan terjadi, bahkan Alfaris tidak akan sanggup bernafas jika sampai Aurel mengizinkannya untuk menikah lagi.

"Kenapa sih? Apa yang kamu pikirin? Bukannya setelah Aurel tau semua ini, kita juga lega kan."

Alfaris menggeleng tegas. "Enggak! Itu enggak akan pernah terjadi!"

"Terus kamu mau masalah ini berlarut-larut?"

"Lebih baik begitu."

"Susah lah ngomong sama kamu, tunggu aja apa yang bakal aku lakuin."

ALFARISNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ