Chapter 1 {Awal mula}

69 26 71
                                    

Kau yakin? tak ingin memakai-nya kali ini?

Ya, aku yakin. Aku hanya lelah. Jawabku.

Tapi, aku takut,

Kenapa kau yang takut? tanya-ku heran.

Wajah-mu. Ungkap-nya,

Kenapa dengan wajah-ku?

Wajah-mu seperti menandakan orang yang memilih tuk "mati" ketimbang "hidup."

Semengerikan itu? Ucapku tersenyum miring pada bayangan "gelap" disampingku.

-

-

DISCLIMER! NOVEL INI AKU TULIS "BASED ON TRUE STORY"

Jadi bagi kalian yang memiliki masalah kesehatan mental, mulai dari anxiety, traumatik, overthinking, hoopless, depresi, mental ilness, dll novel ini "cocok" bagi kalian.

So, WELCOME TO MY WORLD!

Sudah siap melihat diriku yang sebenar-nya?

So, here we go.

HAPPY READING.

-

Terpaan angin malam, menyibak korden kamar seorang anak perempuan yang tengah bergelung dibalik selimut tebal dengan kedua kaki menyilang.

Hanya cahaya rembulan yang menjadi penerang kamar minim dan dingin itu.

Tik.Tok.Tik.Tok.Tik.Tok,

Bunyi detik jam pada dinding berwarna abu-abu gelap, menjadi suara yang menemani.

Pukul 01:00 dini hari sudah. Kedua bola mata-ku masih tak ingin menutup.

Raungan – raungan dikepala mulai berteriak dan merintih meminta pertolongan.

"Ahh mulai lagi," Ucapku.

Kuputuskan menyibak selimut tebal yang menggelung diriku sejak dini hari.

Kulangkahkan kaki ke-arah lemari berkayu jati coklat yang terletak diujung ruang.

"Ck sial, sudah habis lagi," Umpatku setelah menggoncang satu buah tabung biru kecil bertuliskan "obat penenang".

Aku terdiam beberapa saat. Berfikir bagaimana cara menenangkan isi kepala tanpa menenggak pil-pil itu.

"Apa aku harus melakukan terapi itu lagi?" Tanya dalam benak-ku seraya memijat kening.

"Oke, Kali ini aku akan mencobanya." Putus ku.

Dilantai ubin yang dingin malam itu, seorang gadis terduduk sambil memeluk kedua kaki-nya. Beberapa menit setelah dirasa tenang, ia menyilangkan tangan-nya ke depan dada seraya jemari menepuk-nepuk pelan bahu kecil yang kala itu terlihat gemetar.

Fyi : dalam psikologi, terapi ini dinamakan butterfly hug. Atau biasa dikatakan pelukan kupu-kupu. Dampak yang dirasakan oleh penderita ketika melakukan terapi ini biasanya perasaan akan jauh lebih tenang dan rileks. Seakan-akan ada seseorang yang memeluk dan membisikan bahwa "semua akan baik-baik saja, setelah ini."

"Tenang, it's okay. Ini bukan lah sepenuhnya salah mu. Tidak semua hal bisa kau kontrol dan kendalikan sendirian. Tidak apa menangis lagi untuk kali ini. Tidak apa terlihat lemah untuk dirimu sendiri. Sekali lagi yang perlu kau ingat, kamu hanyalah (manusia)." Bisik bayangan gelap yang kala itu setia menemani sepanjang malam.

Untungnya, malam berlalu begitu cepat.

Sinar mentari pagi mulai menelisik masuk melalui celah-celah korden kamar. Menandakan bahwa malam yang dingin & gelap, telah berubah menjadi pagi yang hangat.

Kuputuskan tuk berdiri dan melangkah pergi dari sudut kamar. Kurapikan tempat tidur yang sebenarnya tidak begitu berantakan karena aku tidak meniduri-nya.

"Kantong mataku mulai menghitam," Ucapku ber-monolog seraya menatap cermin.

"Senyum, sedih, marah, kecewa, bahagia, datar? Topeng mana yang harus kukenakan hari ini?" Tanya-ku sendu.

"Ahh, aku baru ingat. Hari ini adalah jadwal ku ke-kampus. Kurasa topeng (senyum) merupakan pilihan yang paling tepat."

"Sebaiknya aku segera pergi, secangkir kopi mungkin bisa sedikit membuat awal di-pagi hari ini terasa lebih baik dan dapat memperkuat peran yang akan kumainkan agar terasa lebih nyata." Ucapku melangkahkan kaki keluar dari kamar untuk bersiap.

Ya, sekali lagi. Mari kita jalani peran hari ini dengan baik.

.

.

Be continued,,

-

-

Well,, kebongkar sudah diriku yang asli :(

Jaga "rahasia" ini yah? :')

-

Gimana? berasa sampe ke-kalian gak feel-nya?

Kasih tau aku lewat kolom komentar yah^^

Oh iya, jangan lupa VOMENT (VOTE&COMMENT) biar aku makin SE-MA-NGAT hehehe.

SEE YOU NEXT WEEK!

HAPPY WEEKEND SEMUA^^

FROM THE DEEPEST HEART, 

IMEL :)

TOPENG WAJAHWhere stories live. Discover now