5

1K 138 22
                                    

Promise Me, Sensei

Story by : Eminamiya

Rate : M


HARGAI USAHA PENULIS DENGAN CARA TIDAK MENJIPLAK ATAU MENG-COPY CERITA INI

DON'T LIKE, DON'T READ

Happy Reading





Beberapa Waktu Berlalu,

Kakiku bergerak penuh gelisah. Genggaman tangan pada plastik, menjadi semakin erat selaras akan detakan jantung yang kian menggebu menghantam rongga dada.

Aku menghembuskan napas berat--berusaha berpikir keras, apakah tindakan yang kulakukan saat ini adalah hal yang tepat atau tidak? Karena jujur saja, rasa tak yakin akan diri sendiri mulai hadir untuk membuatku semakin bimbang.

Sebenarnya, aku takut. Takut jika yang aku pikirkan benar-benar terjadi. Namun, di sisi lain, pun merasa penasaran. Terlalu penasaran hingga kakiku sedari tadi tak bisa tenang di tempat berpijak.

Serta, semua berawal sejak beberapa hari lalu--tepatnya, setelah aku selesai mengikuti ujian masuk Universitas dan mendadak jatuh sakit.

.

.

.

Flashback,

“Kenapa tidak menghubungi kakak atau ibumu? Lihat, wajahmu pucat sekali.”

Tatapan lemahku tertuju dengan sedikit enggan agar bisa menatap wajah Sakura yang tengah memandang dari sisi ranjang, ia mengambil posisi duduk tepat di sebelahku--yang sedang menyandarkan punggung pada kepala ranjang bersama selimut tebal yang senantiasa berada di atas pinggang hingga kaki.

Aku menghela napas. Kepalaku terasa sedikit berdenyut.

“Aku baik-baik saja. Pasti karena beberapa hari ini aku terlambat makan." Begitu pelan aku membalas serta coba meraih gelas berisi air mineral pada nakas di sebelah tempat tidur.

Berhubung Shion berada dekat di sana, ia memberi bantuan dengan meraih lebih dahulu dan menyerahkan padaku.

“Terima kasih.” Senyumanku dibalas dengan senyuman lain dari bibirnya.

Aku tak tahu pasti. Setelah selesai mengikuti ujian kemarin hari, mendadak saja tubuhku terasa begitu lemas. Aku menyadari jika beberapa waktu belakangan, nafsu makanku memang menurun secara drastis dan membuat jadwal makan pun ikut berubah tak teratur seperti biasanya.

Sudah coba kuatasi dengan mengkonsumsi beberapa obat seperti pereda nyeri lambung dan sebagainya, namun, seiring berjalannya waktu, bukan membaik, keadaanku malah semakin memburuk hingga mulai terasa pusing di bagian kepala dan tubuh sering nyeri tanpa sebab, padahal aku tidak melakukan kegiatan berat.

“Berapa usiamu? Apa kau masih bocah sampai harus selalu diingatkan untuk makan?!” Sakura berkomentar.

Lagi-lagi aku menghela napas.

Aku tahu jika Sakura khawatir. Bahkan, di antara kami bertiga, dia merupakan pribadi yang paling aktif untuk memvokalkan seruan perhatian jika terjadi sesuatu antara aku dan Shion. Meski terkadang begitu keras, namun Sakura tetaplah orang yang sangat baik.

Hanya saja, kurasa, ini bukanlah waktu yang tepat baginya untuk meracau dengan berbagai paragraf kasih sayang yang terkesan penuh penekanan.

Aku benar-benar hanya menginginkan ketenangan, dan untuk menanggapinya, aku bergumam dengan pelan--bersikap seakan patuh pada tiap kata yang dilontarkan, sembari berharap Sakura bisa berhenti untuk menyerangku dengan kalimat yang - seolah - menyadarkan jika semua yang terjadi adalah akibat dari kelalaianku sendiri.

Promise Me, Sensei ✔Where stories live. Discover now