1

1.7K 193 15
                                    

Promise me, Sensei

Story by : Eminamiya

Rate : M


HARGAI USAHA PENULIS DENGAN CARA TIDAK MENJIPLAK ATAU MENG-COPY CERITA INI

DON'T LIKE, DON'T READ

Happy Reading






Hyuga Hinata

Lima kali, enam kali, tujuh kali.

Tidak. Aku bahkan tidak bisa menghitung sudah keberapa kali mataku mencuri pandang ke sana; ke depan, tepatnya pada sosok yang kini tengah melangkahkan kaki secara perlahan untuk mengelilingi sejumlah murid yang sedang fokus dengan kanvas lukis.

Sosok tinggi tegap dengan kedua tangan yang disilangkan di belakang punggung. Matanya melirik serius, seraya kaki-kaki jenjang yang sangat menawan itu terus membimbingnya mengitari para murid sambil sesekali bibirnya berucap.

Lagi, tanpa sadar lagi-lagi mataku melihat.
Seperti ada gaya magnet yang begitu kuat seolah menarik bola mataku agar terus menatap ke arahnya.

Siapa?

Dia... guru Seni di sekolahku; Namikaze Naruto, atau sering kami panggil dengan sebutan Naruto-sensei. Pria menawan yang baru setahun ini mengabdikan diri sebagai pengajar di sekolah tempatku menempuh ilmu. Sosok tenang, ramah dan juga begitu tampak dewasa. Serta, tak memungkiri betapa besar dampak yang diperoleh dari karisma kuatnya itu.

Serta jika aku boleh berkata yang sebenarnya, saat ini, dia adalah satu-satunya orang yang benar-benar mampu menarik penuh atensiku.

Bukan seperti murid lain yang tertarik karena menurut mereka; Sensei adalah orang yang begitu keren sebab bisa berbicara dalam tiga bahasa, atau karena dia memiliki selera fashion kekinian dan selalu tampak modis disertai mobil mewah yang senantiasa menemani.

Tapi bagiku, saat tanpa sengaja mendapatinya duduk sendirian di taman belakang sekolah sembari membaca buku kecil di tangannya, dengan mata yang tampak sangat fokus pada deretan tulisan yang ada dalam buku tersebut, ditemani hembusan angin kecil yang yang menerpa rambutnya hingga membuat helaian lembut tersebut bergerak-gerak, dan kala dia terkekeh pelan memperlihatkan lesung di kedua pipinya karena entah apa yang dia baca, sudah mampu membuatku tak berkedip untuk beberapa saat--menggerakkan sesuatu di dalam diriku hingga menimbulkan sensasi aneh seperti desiran di dada.

Hingga akhirnya, tanpa membutuhkan waktu yang begitu lama sampai aku menyadari, jika aku telah terpesona olehnya.

Pendapat yang terdengar polos? Aku tahu.

Serta saat ini, sensasi menggetarkan itu kembali hadir menerpaku.

Melihatnya begitu serius memperhatikan tiap lukisan dari hasil kerja tangan para murid, membuat ia berkali-kali lipat sangat mengagumkan di mataku.

Aku terlalu fokus memperhatikan, hingga tanpa kusadari, jika kini matanya juga telah balas menatap.

Satu detik, dua detik--ah! Aku tersentak dengan mata membulat seketika.

Astaga!

Jantungku berdetak cepat, tubuhku gelagapan dan dengan buru-buru memalingkan wajah untuk menghadap pada kanvas di hadapanku--berusaha bersikap seolah sedang menyibukkan diri, serta coba mengukir apa saja yang terlintas di kepala secara asal. Mengikuti tiap garis yang tertera hingga menyatukannya dari titik satu ke titik lainnya.

Promise Me, Sensei ✔Where stories live. Discover now