22

2.1K 377 38
                                    

Kelopak matamu terasa berat dan penglihatanmu mengabur begitu kamu mencoba membuka mata; cahaya membuat matamu ingin segera menutup kembali.

Kamu berniat menarik napas dalam-dalam-- lalu terhenti saat dadamu terasa sangat sakit.

Dengan instan kamu tahu, gnosis di tubuhmu telah direnggut.

Setelah mengedipkan mata berulang kali, agar terbiasa dengan cahaya di ruangan, kamu dengan kesusahan mengobservasi ruangan tempatmu saat itu.

Dinding putih, ruangan sempit tanpa banyak furnitur, hanya ada satu jendela yang memperlihatkan dunia luar. Ini adalah Akademiya, ini adalah ruangan di mana kamu dulu dipenjara.

Jadi Dottore berhasil membawamu kembali.

"Kita sudah mendapatkan gnosis kembali. Buang saja dia."

Matamu menutup kembali saat mendengar langkah kaki yang mendekat.

"Kita akan membuangnya begitu saja? Setelah usaha dan waktu yang kita lakukan untuk memanen mimpi orang-orang agar dia tercipta?"

"Dia telah terbukti tidak efisien dan bersikap di luar ekspektasi. Sikapnya tidak pantas untuk seseorang yang akan menjadi dewa!"

"Kalau begitu, setidaknya kita ambil otaknya dan gunakan untuk kapsul pengetahuan."

"Hmph, memangnya apa isi kepala kecilnya itu? Aku ragu otaknya bisa bermanfaat untuk kapsul pengetahuan. Andai kalian bisa membujuk Tignari datang kemari, dia target yang jauh lebih baik!"

Bibirmu mengatup rapat, menahan diri untuk tidak melontarkan caci maki pada para peneliti Akademiya tersebut. Kamu tidak sepenuhnya memahami konteks percakapan mereka, namun kamu dapat menyimpulkan ilmu dari kapsul pengetahuan diambil dari otak manusia hidup.

Kamu jadi teringat ucapan Collei yang mengatakan orang-orang Akademiya terus membujuk Tighnari untuk datang ke kota. Perutmu mual membayangkan Tighnari menjadi korban kegilaan para orang berilmu ini.

Namun emosimu hanyalah emosi. Tanpa gnosis, bahkan merasa marah membutuhkan tenaga lebih.

Percakapan antara ilmuwan berakhir. Kamu perlahan membuka mata, berpikir tidak ada lagi orang di dekat ruangan di mana kamu disekap. 

Namun kamu salah. Kembali terdengar langkah mendekat dan pintu dengan hati-hati dibuka.

Kamu tidak menutup matamu, menatap seorang peneliti asing yang juga membalas tatapanmu.

"Ah, kau sudah bangun?"

"......."

Keningmu mengernyit. Kamu tidak menyukai tatapan lekat beserta senyuman yang peneliti itu tunjukkan padamu.

"Mau apa kau?" tanyamu pelan. Jika saja kamu punya energi, kamu sudah menjerit dan membentaknya.

"Mereka akan mengambil isi otakmu untuk kapsul pengetahuan, dan setelahnya kau akan menjadi zombie tanpa pikiran, dan perlahan mati tanpa gnosis."

"Kau kemari hanya untuk menakut-nakutiku?"

"Aku kemari untuk bersenang-senang denganmu," balas peneliti itu, perlahan mendekatimu dengan senyuman mesum. "Kau tidak tahu sudah berapa lama aku menahan ini..."

Ia tahu hanya sedikit yang dapat kamu lakukan untuk melawan, dengan diambilnya gnosis darimu. Selain itu, ntah berapa jam sudah terlewati semenjak mereka mengambil gnosis itu, karena tubuhmu benar-benar lemah sekarang.

Tapi kamu lebih baik mati daripada harus menerima perlakuan orang ini tanpa perlawanan.

Peneliti itu mengelus pipimu dengan buku-buku jarinya.

sweet home [al-haitham/reader] ✔️Where stories live. Discover now