53. Nathan Mabuk?

Start from the beginning
                                    

"Oke, gue duluan ya."

Araya hanya menganggukkan kepalanya. Dia melambaikan tangan ke arah Jovan dan Reno saat pandangan mereka saling bertemu satu sama lain.

"Pak Irawan."

Araya mengalihkan pandangannya saat ada orang yang memanggil nama Papanya. Dia sedikit terkejut saat menyadari siapa yang memanggil Papanya.

"Pak Agra? Bu Andin?"

Araya terbelalak saat Papanya menyebut kedua nama tersebut.

'Kok bisa Andin lebih milih bapaknya Digo daripada mas Al?'

Araya menggelengkan kepalanya, mengenyahkan pemikiran randomnya. Bisa-bisanya ia kepikiran sampai sejauh itu. Kalian paham apa yang dimaksud Araya?

"Apa kabar, Bro? Lama tidak bertemu," sapa Pak Agra seraya memeluk Papanya sekilas.

Wait ... Bro?!

"Saya baik. Bagaimana dengan Pak Agra sendiri?"

"Ayolah Wan, gue sama lo itu udah sahabatan dari lama. Jangan formal kayak gitu lah," kata Pak Agra.

Araya menggeleng tidak percaya. "Daebak, meskipun udah bukan anak muda lagi, panggilannya tetap gaul."

Mereka mendengar apa yang dikatakan oleh Araya, Pak Agra hanya tertawa pelan begitupun dengan kedua orang tuanya.

"Aya, kenalin ini Pak Agra dan Bu Andin," ucap Irawan memperkenalkan mereka.

Araya maju selangkah, lalu menyalami tangan kedua orang itu.

"Araya Loovany," ujarnya dengan mata yang melirik ke arah Bu Andin.

"Anak lo cantik juga, cocok di jodohin sama anak gue kayaknya."

Irawan dan Arumi hanya tertawa pelan. Sedangkan kening Araya terlihat mengernyit.

"Maksudnya di jodohin sama Nathan?"

"Kamu tau Nathan?" tanya Pak Agra.

Araya mengangguk. "Nathaniel Magenta kan namanya?"

"Iya, itu anak kita."

"Oh ... cowok ganteng yang kemarin ke rumah, Ay?" tanya Arumi antusias.

Araya hanya mengangguk. Pak Agra terlihat senang dengan jawaban Araya.

"Bagus kalo kalian udah saling kenal deket. Kalian pacaran, kan?" tanya Papa Nathan lagi.

Araya tiba-tiba mengubah raut wajahnya menjadi murung, membuat mereka keheranan. Gadis itu lalu menggelengkan kepalanya dengan pelan.

"Kenapa enggak pacaran? Padahal kalian cocok," ujar Papa Nathan.

Araya melirik ke arah Bu Andin atau Mama Nathan. Wajah perempuan itu terlihat pucat dan panik.

"Ada yang bilang sama Aya, kalo Aya bukan cewek baik-baik, katanya Aya jahat."

"Siapa yang berani ngomong kayak gitu ke kamu?" tanya Arumi.

TRANSMIGRASI ARAYA [SEGERA TERBIT] Where stories live. Discover now