Penawaran Terakhir

Magsimula sa umpisa
                                    

"Oh, kalau menurut Sarah begitu, baiklah. Tapi papa mau jangan sampai kejadian seperti tadi siang terulang lagi." Kata ayahku. Aku hanya mengangguk pelan.

Setelah makan malam dan belajar, aku segera keluar rumah untuk ke markas. Aku hanya mengenakan celana selutut, t-shirt, dan jaket. Sampai di markas dan menemui teman-teman, aku disambut dengan ekspresi terkejut sekaligus emosi. Aku sudah tahu mengapa.

"The Beaters memukulmu 'kan?" Tanya mereka.

"Iya." Jawabku sampai sambil meletakkan jaketku di atas sandaran kursi dan mulai menyeringai saat segelas besar jus jeruk tiba di hadapanku. Ah, nikmat sekali jus jeruk ini. Dingin dan manisnya pas.

"Dan mereka tahu tentang siapa kau sebenarnya?"

"Yup."

"Mengapa kau begitu tenang?" Alex nampak tak sabar.

"Trus apa yang harus kulakukan?"

"Kau berusahalah menghentikan mereka. Kami bersedia membantu jika kau butuh."

"Kalian tenanglah. Aku sudah merebut ponsel milik Bram dan sudah menghapus rekaman itu. Tak ada yang perlu ditakuti lagi."

"Kata siapa?!" Yang lain tampak emosi sambil menghentakkan gelasnya ke atas meja.

"Apa maksud kalian?" Aku pun mulai risau.

"The Beaters memiliki rekaman cadangan! Kau harusnya tahu!"

"Hah?! Kenapa bisa?!"

"Kenapa bisa kenapa bisa!! Kau kira mereka tolol?" Victor menggertakku. Aku benar-benar terkejut. Yang lainnya pun membuka sebuah walkman dan menyalakan sebuah rekaman.

"Hahaha, kami memiliki cadangan rekaman tersebut dan berencana akan membawanya ke polisi. Tapi, kami masih memberikan kalian kesempatan untuk menjawabnya di sebuah acara launching 'Grand Castle Hotel' minggu depan. Serahkan Sarah dan uang sejumlah 10 miliar rupiah dan semuanya akan dilupakan." Aku mendengar suara Bram yang mengancam di rekaman tersebut diiringi suara tawanya yang licik. Ah, sial! Lagi-lagi mereka berhasil menipuku. Aku benar-benar tak mengerti akal mereka. Mereka begitu cerdas dan licin.

"Lagi-lagi mereka berhasil membodohi kita. Sekarang, apa rencana kita?" Kata Alex.

"Biarkan aku yang memikirkan hal itu. Jangan khawatir, mereka takkan mengganggu kita sampai acara tersebut. Kalian hanya perlu waspada dan berhati-hati." Kata Victor sambil menatap kedepan.

Setelah beberapa lama kami berdiskusi, aku pun meminta izin untuk pulang. Baru aku mau mengenakan jaketku, Victor memanggil "Sarah?"

Aku menoleh padanya, "Ada apa, Victor?" tanyaku. Dia menyentuh lengan kanan dan daguku yang lebam.

"Apa luka-luka ini masih sakit?" pertanyaannya membuatku heran.

"Masih sangat nyeri. Namun aku sudah membawanya pada dokter jadi tak apa-apa. Tak lama lagi sembuh." Aku menjawab pertanyaannya sambil tersenyum.

"Baiklah. Katakan bila kau butuh sesuatu, Sarah." Dia menyentuh pipiku hingga setengah memelukku. Aroma parfumnya wangi sekali. Mungkin dia hanya ingin bersikap ramah pada anggotanya.

"Terima kasih Victor. Jika boleh, aku ingin pulang." Pamitku.

"Tentu. Hati-hati." Aku pun pulang. Di perjalanan, Jason menghampiriku. "Sarah! Sarah!" Panggilnya. Aku tak peduli dan terus berjalan.

"Sarah!" Dia menarik lenganku. Aku terpaksa berhenti.

"Dengarkanlah aku dahulu. Aku ingin meminta maaf jika aku membuatmu marah."

"Kau tak usah meminta maaf. Aku tak marah."

"Tak marah? Lalu?" Dia tersenyum.

"Aku... aku kesal." Jawabku. Dia tertawa terbahak-bahak.

"Hahaha, sama saja! Ah, sudahlah. Aku ingin meminta maaf dengan mengundangmu di acara makan malam keluargaku."

"Makan malam keluarga? Aku tak mau!" Aku berusaha melepaskan tanganku, namun genggamannya dipererat.

"Tolonglah." Dia memelas. Huh, aku tak sanggup menolak permintaan orang yang memelas padaku. Dengan terpaksa aku mengiyakannya.

"Huh, iya deh. Hari apa?"

"Hari Sabtu, jam 7 malam."

"Oke, aku akan datang. Acaranya formal 'gak?"

"Tidak juga. Kamu bisa berpakaian kasual."

"Iya, tapi kamu jangan macam-macam!"

"Iya, kamunya yang gak boleh macam-macam! Jangan kabur lagi!" Dia tersenyum mengejek. Tak sadar aku tersenyum.

"Nah, senyum lagi! Oh, it's almost midnight. Go back and sleep. You need to rest. Dah!" Dia menepuk pundakku dan berlari. Aku melambaikan tanganku dan pulang.

Insane Death Angel (Pendosa)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon