51. AYANG!!

Mulai dari awal
                                    

"Ay, balik sama siapa? Mau bareng?" tanya Alaskar, tetapi diacuhkan oleh Araya.

"Balik sama gue, sekalian gue mau ketemu sama si Darren."

Araya tetap mengacuhkannya. Suara Alaskar dianggapnya sebuah angin lalu.

"Ay-"

"Berisik, lo! Gue sumpal juga mulut lo pake kaos kaki," sentak Araya tanpa menoleh sama sekali.

Alaskar menahan tangan Araya, membuat langkah gadis itu seketika terhenti. Araya menatap Alaskar horor, dia langsung menendang tulang kering laki-laki itu sampai mengaduh kesakitan.

"Mampus!"

"Argh! Kasar banget lo jadi cewek," ujar Alaskar seraya meringis.

Alaskar menarik napas dalam-dalam saat Araya malah meninggalkannya. Ia mencoba mengejar gadis itu lagi.

"Ay, gue anterin lo balik."

"Lo diem Kar, sebelum mulut lo gue tendang," ujar Araya.

"Lo tunggu di gerbang, gue ambil motor dulu ke parkiran."

Araya berdecak. "Ck! Keluarga lo jatuh miskin nyampe gak bisa beli kaca sama sekali?"

Araya memandang Alaskar dengan tatapan tidak suka. Dia benar-benar muak melihat wajah laki-laki itu yang terus mengganggunya.

"AYANG!!"

Baru saja Alaskar membuka mulut akan menjawab pertanyaan Araya. Sebuah teriakan yang begitu nyaring terdengar dari arah gerbang. Mereka berdua seketika langsung menoleh ke sumber suara.

"Ayang!"

Mata Araya terbelalak saat mengetahui bahwa pemilik suara tersebut adalah Nathan. Cowok itu terlihat berjalan menghampiri mereka berdua.

"Ayang ngapain dulu? Gue udah nunggu lama di sini Ayang," ucap Nathan dengan wajah dibuat seperti kecewa.

'Cobaan apa lagi ini Ya Tuhan?'

Araya membatin. Mengapa dirinya di kelilingi dengan orang-orang yang selalu menguji kesabarannya?

"Lo ngapain ada di sini?" tanya Alaskar dengan intonasi yang dingin.

"Mau jemput Ayang gue lah, yakali mau ketemu sama lo."

"Lo enggak usah panggil Aya dengan sebutan alay kayak gitu," ujar Alaskar tidak suka.

"Ada yang salah? Araya kan pacar gue."

Nathan menarik tubuh Araya dan langsung merangkul pundak gadis itu, membuat Araya sedikit tersentak.

"Iya kan, Ayang?" tanya Nathan sedikit menunduk melihat mata Araya.

Araya ingin sekali menonjok wajah Nathan saat ini. Setiap perkataan Nathan rasanya sangat menggelikan terdengar di telinga.

Sembari tersenyum dengan sangat manis, Araya melihat ke arah Alaskar.

"Apa yang dikatakan Nathan bener, gue sama Nathan pacaran."

Sudut bibir Nathan sedikit berkedut, namun dia menahannya. Alaskar seketika terdiam, menatap Araya dengan pandangan kosong.

"Gue sama Ayang gue duluan, ya. Makasih gak pernah anggap Ayang gue ada, jadinya sekarang dia milik gue," ucap Nathan.

Nathan melihat ke Araya, pandangan mereka saling bertemu.

"Ayo Ayang kita pulang," ajak Nathan.

Araya hanya membalasnya dengan senyum semanis mungkin bersamaan sambil mengangguk.

"Duluan Kar," pamit Nathan menepuk bahu Alaskar, dan langsung ditepisnya.

Sembari masih merangkul pundak Araya, mereka berbalik. Namun baru beberapa langkah, Nathan tiba-tiba berhenti dan menoleh ke belakang.

"Jangan ganggu cewek gue lagi. Selain dia risih, gue gak suka milik gue disentuh," ujar Nathan seraya tersenyum sinis dan berlalu pergi.

***

Setelah melewati gerbang sekolah, Araya langsung melepaskan diri dari rangkulan Nathan.

"Kok dilepas sih Ayang?" tanya Nathan.

"Ayang-ayang mata lo! Ngapain sih lo pake ngomong ke dia kalo kita pacaran?!"

"Kenapa emang? Lo takut kehilangan dia?"

Araya berdecih. "Kagak, lah. Gue udah tobat sekarang, gak bakalan khilaf suka sama cowok modelan kayak dia."

"Yaudah, gak ada masalah kan?"

"Ada! Masalahnya gue sama lo enggak pacaran kampret! Ribet nanti urusannya," gerutu Araya.

Nathan manggut-manggut. "Jadi masalahnya karena gue sama lo gak pacaran, ya?"

Araya menjentikkan jarinya. "Nah, itu! Nanti urusannya makin ribet, dan bakalan tersebar gitu aja kalo ada orang lain yang denger tentang ini."

"Yaudah, ayo pacaran!"

Araya menggeplak kepala Nathan pelan. "Kagak gitu juga konsepnya malih!"

"Katanya kalo cuma pura-pura bakalan jadi masalah, yaudah ayo pacaran beneran," timpal Nathan tanpa beban.

Araya menghela napas, lalu tersenyum. "Mohon maaf nih, pas waktu itu ngomong gak suka cewek tepos siapa, ya?"

Skakmat.

Nathan langsung dibuat terbungkam dengan kata-kata Araya. Gadis itu menepuk puncak kepala Nathan pelan.

"Makanya Ayang kalo ngomong jangan asal ceplos, nanti ke makan omongan sendiri," ujar Araya meninggalkan Nathan yang berdiri mematung.

Laki-laki itu memegang dadanya dengan mata yang tidak berkedip sama sekali.

"Tepukannya nembus nyampe ke jantung."

_______________
batas suci

Hai, Araya up again nih!

Gimana dengan chapter kali ini?

Kalian ada di tim mana, nih?

Tim Araya Nathan?

Tim Araya Alaskar?

Atau, tim Araya Arthur?

Btw, just call me Acha or Buna ya. Jangan panggil thor apalagi min, okay?😭👍

Virtual hug untuk kalian, sehat selalu.

Terima kasih untuk yang sudah baca dan vote😽💖

TRANSMIGRASI ARAYA [SEGERA TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang