Mendengar perkataan Papanya membuat bola matanya berbinar.

"Seriusan, Pa?" tanya Araya penuh antusias, yang mendapatkan anggukkan kepala dari Papanya.

"Aya mau mobil baru!"

Irawan dan Arumi terbelalak. "Gak! Gak ada mobil baru. Yang itu saja belum kamu pakai, masa mau mobil baru?" tolak Irawan terkejut.

"Pa, nambah satu lagi lah. Itu kan mobil porsche warna merah, Aya mau yang warna putihnya juga."

"Kalo begini caranya Papa langsung gulung tikar, Ay."

Araya tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Irawan yang tampak depresot menghadapi dirinya.

"Katanya apapun yang Aya mau bakalan Papa kasih," sindir Araya.

"Tapi enggak minta mobil baru juga Ay, yang itu aja belum kamu sentuh sama sekali," jawab Papanya.

"Yaudah mana kunci mobilnya, mau Aya pake," ucap Araya sambil menengadahkan tangan kanannya.

"Tidak untuk saat ini Araya Loovany."

Araya tergelak mendengar ucapan Papanya. Kata-kata yang dilontarkan oleh Papanya seperti kata-kata tokoh utama dalam dunia fiksi. Sedangkan Arumi hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan bapak sama anak.

Setelah selesai sarapan bersama keluarganya. Araya langsung berangkat ke sekolah diantar oleh Pak Sandi.

"Nanti pulangnya dijemput, Non?" tanya Pak Sandi melirik ke arah kaca spion.

"Jemput aja Pak," saut Araya sembari melepas sabuk pengaman karena sudah sampai.

"Siap Non."

Araya segera keluar dari mobil. Dia merapikan penampilannya, lalu berjalan memasuki gerbang sekolah.

Beberapa pasang mata ada yang terus memperhatikan dirinya. Ada juga yang menyapanya.

"Pagi Araya," sapa dua cowok yang berpapasan dengannya. Araya hanya membalasnya dengan senyuman tipis seraya mengangguk.

Keningnya mengernyit saat melihat murid-murid yang berkumpul di depan mading. Karena penasaran, Araya berjalan menuju kerumunan tersebut. Orang-orang yang menyadari kehadiran Araya langsung menepi memberi jalan.

Matanya memandang mading tersebut tanpa berkedip, dia tersenyum dengan bibir rapat.

'Lo enggak bisa melarikan diri gitu aja Yollanjing.'

Di papan mading tertera sebuah informasi yang membuat semua murid terkejut sekaligus terheran-heran. Pasalnya gadis bernama Yollanda Amelia membuat surat permohonan maaf dan memberi tau semua orang bahwa dia pindah sekolah. Jelas semua orang tau mengapa Yolla memilih untuk pindah sekolah.

Kerumunan orang di belakang Araya kembali menepi karena segerombolan cowok lewat, berjalan menuju mading.

"Berani-beraninya cewek sialan itu melarikan diri."

Araya melirik orang yang berdiri tepat di sampingnya. Sudut bibirnya terangkat.

"Makanya kalo buat geng itu isinya jangan orang bodoh semua, gampang dikibulin," celetuk Araya, sontak membuat Alaskar menoleh.

"Tapi ... anggota kan mencontoh ketua, berarti yang bodoh itu ketuanya, iya gak?" tanya Araya seraya menatap Alaskar.

Alaskar terkekeh. "Lo bener, emang ketuanya yang bodoh."

TRANSMIGRASI ARAYA [SEGERA TERBIT] Where stories live. Discover now