12. HERNIA NUKLEUS PULPOSUS

43 31 42
                                    


Naya harus kembali mendatangi tempat yang tak pernah ingin didatanginya. Yakni, rumah sakit.

Ia tak begitu suka dengan bau obat-obatan yang ada disana. Tidak hanya itu, makanannya juga tak cukup menggugah selera. Namun apa boleh buat, itu semua demi kesembuhannya.

Untuk sampai kesana, ayah harus menjual ternaknya. Karna ia tak ingin menumpahkan segala biaya pada donaturnya Naya. Meskipun mereka mengatakan akan menanggung segalanya, tetap saja rasanya tidak enak. Walaupun tak seberapa, setidaknya dapat sedikit meringankan.

Mereka menyewa angkutan kota atau yang biasa di kenal dengan sebutan angkot untuk membawa Naya. Naya diletakkan di bagian tengah, di antara tempat duduk sisi kiri dan kanan. Sebelumnya, mereka telah meletakkan kasur kecil sebagai alas untuk tubuh Naya, sehingga Naya tidak akan merasa kesakitan jika melewati jalanan yang berbatu atau berlubang.

 Sebelumnya, mereka telah meletakkan kasur kecil sebagai alas untuk tubuh Naya, sehingga Naya tidak akan merasa kesakitan jika melewati jalanan yang berbatu atau berlubang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Acek telah menunggu tepat di pintu masuk rumah sakit. Ia dan beberapa perawat mencoba untuk memindahkan Naya dari dalam Angkot ke stretcher atau ranjang transfer pasien.

Begitu sampai disana, Naya langsung ditangani oleh beberapa perawat. Mereka memasang infus di punggung tangan Naya, mengukur suhu tubuh Naya beserta tekanan darahnya.

Naya ditangani oleh dokter spesialis saraf dan tulang, yaitu dr. Ayu Lisarda Sp.N dan dr. Arby Prihatma Sp.OT

Naya diperlakukan selayaknya pasien VIP yang ada disana. Meskipun ia di tempatkan di bangsal umum, Naya memiliki banyak pilihan makanan and always di kontrol setiap hari. Entah karna itu adalah permintaan dari Big Bos atau mereka mengetahui bahwa Naya memiliki donatur yang membiayainya.

Tepat di hari ketiga, Naya di rujuk ke RS Cambodia Asia. Salah satu rumah sakit terbaik dan terbesar di kota Medan dengan standar internasional. Naya di rujuk ke RS tersebut untuk melakukan CT Scan. Sama halnya dengan rontgen, bedanya apabila rontgen hanya dapat di lakukan pada bagian tubuh tertentu, CT scan dapat dilakukan dari kepala hingga ujung kaki, dengan memasukkan tubuh Naya ke sebuah alat yang mirip dengan terowongan.

Naya dibawa menggunakan ambulan dengan beberapa perawat dan ibu yang menemaninya. Jantungnya berdegup begitu kencang, ia tak pernah menyangka bahwa ia akan menaiki ambulan dengan ia yang terbaring di dalamnya.

***

Setelah proses CT Scan selesai, Naya di bawa kembali ke RS Agung Pura. Mereka hanya tinggal menunggu hasilnya. Dengan begitu, mereka akan dengan mudah dapat mendiagnosis penyakit Naya. Kecuali, hasil dari CT Scan tersebut baik-baik saja, seperti hasil rontgen sebelumnya. Kemungkinan, dokter juga akan kebingungan dengan apa yang dialami Naya.

Namun, tidak.

Seminggu kemudian, dr. Ayu Lisarda, dokter spesialis saraf yang menangani Naya menjelaskan pada Ibu bahwa terdapat banyak kejanggalan pada tubuh Naya,

"Terdapat banyak cairan yang menggumpal seperti nanah tepat di sela-sela tulang punggung anak ibu. Selain itu, terdapat saraf yang terjepit dibagian belakang lehernya. Dan yang menyebabkan ia tak bisa menopang tubuhnya adalah tulang pinggul yang menggeser tidak pada posisinya" jelas dr. Ayu sembari menunjukkan hasil CT Scan Naya yang merupakan selembar film.

"Satu-satu nya cara untuk memperbaikinya adalah dengan operasi" lanjutnya, sambil melangkahkan kakinya menuju meja yang bertuliskan namanya dan mempersilahkan ibu untuk duduk tepat di hadapannya.

"Apakah dengan operasi, anak saya dijamin akan sembuh dok?"

"Penyakit anak ibu termasuk penyakit yang langkah. Kami tidak bisa menjamin operasinya akan berhasil atau tidak. Lama waktu operasi bisa sampai 12 jam, proses penyembuhannya 6 bulan hingga setahun. Kemungkinan berhasilnya hanya 10%, dan apabila berhasil, anak Ibu akan dapat berjalan kembali. Namun, ia akan cacat, karna kami harus memotong bagian urat dan saraf yang terjepit di lehernya. Yang memungkinkan anak Ibu hanya bisa sedikit mendongakkan kepalanya keatas tanpa bisa menoleh ke kanan, ke kiri, maupun kebawah" jawab dokter Ayu dengan menyentuh bagian belakang lehernya dan menolehkan kepalanya, agar Ibu dapat mengerti.

"Saya tau ini adalah keputusan yang berat. Tetapi, kami tidak menemukan cara lain selain tindakan operasi. Silahkan Ibu diskusikan pada keluarga Ibu, dan donatur yang membiayai anak Ibu"

"Bagaimana dengan biayanya, dok?"

"Kurang lebih 400 juta bu."

***

Ibu menceritakan segalanya pada Ayah dan meminta Ayah untuk menjual apa yang bisa mereka jual, setelah mendengar biaya 400 juta rupiah.

Hingga akhirnya, ayah mampu mengumpulkan uang sebesar 10 juta meskipun yang tersisa hanya rumah. Ia segera memberitahu Big Bos tindakan apa yang akan dokter lakukan pada Naya dan memberikan uang tersebut untuk sedikit membantunya. Namun, Big Bos menolak.

Big bos, Acek, dan Ayah kembali meminta dr. Ayu untuk menjelaskan apa yang telah ia jelaskan sebelumnya pada Ibu. Dokter itupun menjelaskannya dan Big Bos menyetujuinya. Dengan syarat, rumah sakit harus membuat surat pernyataan dengan materai yang menyatakan bahwa pasien akan selamat.

Rumah sakit menolak, mereka tak dapat menjamin keselamatan Naya.

Dua hari setelahnya, Naya dipulangkan.

***

Next ?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Next ?

Pelangi after RainWhere stories live. Discover now