04. THE BEGINNING

89 61 72
                                    

"Serius kamu ga kenapa-kenapa Nay?" ucap Nasya kembali mengkhawatirkan Naya sepulang sekolah. Terlihat wajah Naya yang semakin pucat dan ucapannya yang semakin berat.

"Udah lah, jangan dipaksa! nanti kamu malah jadi kenapa- kenapa." lanjutnya.

"Aku ngga kenapa-kenapa  kok, serius" jawab Naya dengan senyumnya yang ia paksa melebar untuk meyakinkan Nasya bahwa dirinya baik-baik saja.

"Yakin masih mau latihan?" 

"Iya, lagian juga ini baru hari kedua masa iya aku udah izin ngga masuk" pertegas Naya pada Nasya.

"Yaudah. Terserah kamu!" Nasya meninggalkan Naya dengan raut wajah kesalnya. Ia tau kakak nya itu orang yang keras kepala dan sok kuat. Sekeras apapun dia mengingatkan Naya, Naya akan tetap menjadi Naya dengan sifat keras kepalanya.

***

Hai guys, buat yang bingung sama ceritanya saran aku baca part sebelumnya ya, karna part ini sebenarnya sambungan dari part sebelumnya. Oke ..

Jangan lupa vote dan tinggalkan pesan

Enjoy the story!!

Hari kedua latihan pencak silat, para murid masih kembali mempelajari tentang pemanasan atau peregangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari kedua latihan pencak silat, para murid masih kembali mempelajari tentang pemanasan atau peregangan. Bagi murid yang badannya masih bugar dan baik-baik saja, melakukan peregangan adalah hal yang sangat mudah. Namun tidak bagi Naya, karna fisiknya yang kebetulan lemah pada saat itu, untuk menjaga keseimbangan dengan menekukkan kaki sejajar dengan dada saja Naya tidak bisa. Padahal dihari sebelumnya Naya mampu melakukan semua arahan yang di berikan oleh coach, guru silat mereka.

Sampai akhirnya, coach memerintahkan para muridnya untuk melakukan gerakan mencium lutut dengan kaki selonjor atau diluruskan. Naya masih tidak bisa melakukannya, ia kesulitan untuk mempertemukan wajahnya dengan kedua lututnya, sehingga coach yang melihat Naya masih berusaha untuk melakukannya perlahan menekan punggung Naya hingga mampu melakukannya. Namun tiba-tiba terdengar suara,

KREKK !

Bunyi kretek tulang pinggang Naya yang cukup keras, Namun sepertinya hanya Naya yang mendengarnya atau mungkin mereka yang lain juga mendengarnya namun menganggapnya sebagai hal yang wajar terjadi ketika melakukan peregangan.

Jujur rasanya sangat sakit, tapi dengan keras kepala nya Naya dia bungkam dan tak mengatakannya pada siapa-siapa, kali ini termasuk Nasya.

Naya masih merasa bahwa ia hanya kelelahan, dan rasa sakitnya akan hilang dengan sendirinya. Namun kali ini dia salah, keputusannya saat itu untuk tidak langsung mengatakannya pada keluarganya tentang rasa sakit yang ia rasa mampu merubah sebagian hidupnya, merenggut keceriannya bahkan merubah takdirnya.

***

Naya masih mencoba menjalani hari-harinya seperti biasa. Namun, kali ini dengan sakit di sekujur tubuhnya tanpa ada yang tau. 

Sudah tiga hari berlalu, semenjak kejadian penekanan punggung Naya saat itu, punggungnya terasa lebih berat, nyeri, dan menyakitkan, bahkan Naya kesulitan untuk menggerakkan kepalanya, menoleh ke atas, ke kanan ataupun ke kiri. Namun dengan sifat keras kepalanya dia masih tidak mengatakannya pada siapa-siapa. 

Hingga akhirnya, ketika selesai sholat maghrib berjama'ah dirumah baru Naya mengatakannya, itupun karna desakan ibu yang sedari awal sudah memperhatikan perbedaan yang ada pada Naya. Biasanya setelah sholat berjamaah Naya yang akan membereskan mukenah dan sajadah mereka, Naya akan melompat-lompat untuk menggantungkan mukenah di paku yang tertancap di dinding yang cukup sulit di gapainya. Namun Naya yang biasanya tak kenal lelah dan menyerah sebelum berhasil menggantungkan mukenahnya, malam itu jangan kan untuk melompat-lompat, untuk mendongakkan kepalanya keatas saja Naya tidak bisa, karna rasa sakitnya sungguh luar biasa. 

"Nay ngga sampai bu," dengan suaranya yang lemah dan wajahnya yang tertunduk kebawah.

"Kenapa? biasanya Nay bisa?"

"Tinggi sekali bu," jawab Naya.

"Serius Nay?"

"Ia bu."

"JUJUR SAMA IBU NAYA!" dengan suara ibu yang cukup keras dari biasanya.

Tanpa terasa air mata Naya terjatuh, dia sudah tidak sanggup lagi untuk menahan rasa sakitnya sendirian. Rasa sakit yang dikiranya perlahan akan menghilang malah kian memburuk dan semakin terasa.

"Punggung Nay sakit, leher Nay juga sakit, Nay ngga bisa lihat ke atas, noleh ke kanan, ke kiri, kepala Nay juga pusing bu, hiks.. hiks.. " jelasnya dengan suaranya yang berpadu dengan tangis.

Malam itu juga ibu membawa Naya ke tukang urut yang cukup terkenal di kampung mereka, namanya Nek Asih, karna kemungkinan besar Naya terkilir.

"Kenek opo sak jane iki?"  Tanya Nek Asih dengan bahasa dan logat jawanya begitu ibu dan Naya sampai dirumahnya.

"Terkilir kayak nya nih nek, punggung sama lehernya sakit, kepalanya ngga bisa noleh katanya" jawab ibu.

"Kok bisa?" tanya Nek Asih kembali sembari menekan punggung Naya dengan jari jemarinya perlahan.

"Ikut silat, disuruh nyium lutut, ngga sampai, rupanya ditekan sama gurunya. Udah hampir seminggu baru ngomong sama ibunya, itupun saya paksa tadi, sampai nangis." Jelas ibu dengan wajah geram dan Nada kesalnya.

"Pantes, wes kasep iki." ucap Nek Asih datar.

"Tapi bisa bagus lagi kan, Nek?" Ibu khawatir dengan jawaban Nek Asih yang mengatakan kalau sakitnya Naya sudah kelamaan.

"Insya Allah."

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Buat temen-temen, kalau ngerasa ngga enak badan jangan jadi Nay yah, istirahat atau segera diobati, jangan ditunda-tunda, oke :')

Lanjut ngga nih?

Jangan lupa vote dan tinggalkan pesan ^^

Instagram : nadaput1_

Pelangi after RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang