"Ngapain lo ke dapur? Nyolong makanan?" tanya Nathan ngawur.

Sudut mulutnya mencibir. "Gue ragu kalo lo beneran sakit."

"Sialan lo, Thur."

Nathan bersandar dengan tangan di belakang kepala sebagai tumpuan dan kaki diangkat. Sudut mulutnya muncul memberikan setengah senyum.

"Gimana Ravloska?" tanya Nathan.

"Seperti yang lo tau, Araya membongkar topeng si Yolla di depan mereka."

"Mereka nyesel?" tanya Nathan lagi.

"Sepertinya, terlebih si Alaskar."

"Mereka semua emang kumpulan orang-orang bodoh. Bisa-bisanya gak sadar ada yang berkhianat."

Kedua mata Nathan melirik ke arah Arthur, membuat cowok itu memutar bola matanya dengan malas.

"Gue bukan pengkhianat. Kalo bukan demi Levator, dari awal gue enggak sudi jadi bagian Ravloska," ujar Arthur.

Nathan tertawa pelan. "Ada bagusnya lo pilih sekolah berbeda sama Levator. Jadinya gue kasih lo tugas untuk ngawasin Ravloska."

Arthur hanya mendenguskan napasnya. Dia sudah biasa dengan sikap Nathan yang seperti ini dari dulu.

"Untuk sekarang lo harus lebih berhati-hati terhadap Ravloska, apalagi sama si Reno. Jangan sampe identitas lo sebagai anggota Levator diketahui sama mereka," ucap Nathan.

"Lo tenang aja, Nath. Tanpa lo ingetin, gue udah susun segala rencana buat menghadapi mereka semua."

Nathan menyunggingkan senyumnya. "Bagus, lah. Itu baru namanya sahabat gue."

"Ada satu orang lagi yang curiga sama gue."

Perkataan Arthur membuat senyum di wajah Nathan seketika memudar. Matanya menatap Arthur dengan sorot mata datar.

"Siapa?"

"Araya," jawab Arthur. "Dibandingkan sama yang lain, gue lebih hati-hati sama dia."

Nathan tertawa, membuat Arthur menatapnya dengan sangat kesal. Padahal sama sekali tidak ada yang lucu.

"Lo takut ketauan sama si Araya?" tanya Nathan masih dengan sisa tawa.

"Gue gak takut. Gue cuma gak mau dia kecewa."

Lagi-lagi Nathan tertawa mendengar jawaban yang dilontarkan oleh Arthur.

"Bro, buat apa si Araya kecewa saat tau identitas lo sebagai anggota Levator? Dia bukan Araya asli kalo lo lupa," ucap Nathan dengan nada serius.

Arthur tersadar. Dia melupakan fakta bahwa yang mengisi tubuh Araya Loovany kini adalah orang lain.

"Gue tau, lo suka sama Araya asli, kan?" tanya Nathan membuat Arthur terdiam. "Tapi sekarang yang mengisi tubuh si Araya adalah jiwa lain, yaitu gadis bernama Araya Chalista," lanjutnya.

Arthur menganggukkan kepalanya sembari tersenyum tipis.

"Lo bener, dia bukan Araya asli."

TRANSMIGRASI ARAYA [SEGERA TERBIT] Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ