12. Seamin Tak Seiman

Začít od začátku
                                    

"Suara kak Shasa memang bagus!" seru Aji, anak itu tumben-tumbenan cerewet seperti ini, biasanya yang banyak bicara adalah Raka.

Namun baru saja di bicarakan tak lama dari situ Raka ikut menyambar dan menyetujui ucapan Aji tadi.

"Kakak pasti gak pernah makan gorengan, ya?" tanya Raka

"Apa urusannya sama gak makan gorengan?" sahut Aji kebingungan.

"Ya, apa kamu gak tahu? Katanya seseorang yang bagus suaranya itu, adalah orang-orang yang jarang banget makan gorengan, yang kadar minyaknya tinggi!'

"Itu kan hanya katanya, bukan faktanya!"

"Terserah. Tapi, itu sepengetahuan ku!"

"Abang ini bodoh atau gimana? Apa abang lupa kalo Abang juga punya suara yang bagus? Dan apa Abang juga lupa, kalo setiap hari kita memakan-makanan yang berminyak?!" Aji, anak itu cukup emosi ketika menghadapi sikap Raka.

"Ya, tapi suaraku gak sebagus kak Shasa." keluh Raka, sembari memasang muka masam.

Aji hanya menggertakkan giginya kesal. "Yasudah, kalau begitu suaraku yang paling bagus!" ucap Aji yang berhasil membuat Raka memasang raut kesal.

"Yak, kenapa jadi kamu?!" protes Raka sembari berkacak pinggang.

"Karena bang Raka gak bersyukur!" final Aji yang berhasil membuat Raka terdiam.

Shaqueen hanya tergelak mendengarkan ucapan dari kedua anak laki-laki ini. Sungguh, mereka sungguh-sungguh menggemaskan.

"Kalian berdua memiliki suara yang bagus. Raka memiliki suara yang lembut. Dan Aji, memiliki suara yang berkarakter. Nanti jika kalian sudah besar bisa aja Aji menjadi seorang rapper dan Raka menjadi seorang main vocal."

"Rapper itu apa?"

"Dan main vocal juga apa?"

Shaqueen hanya diam seketika. Dia juga tidak begitu memahi posisi itu sebenarnya. Sebab dia bukan seorang penyanyi dan tidak memiliki cita-cita menjadi seorang penyanyi juga. Dia berbicara dengan sendirinya. Untuk pertanyaan ini lebih baik dia jawab nanti, setelah dia meminta bantuan mbah google.

Jevian tak banyak berbicara laki-laki itu lebih banyak menyimak dan memperhatikan mereka dengan Sedikit senyuman yang tersirat di bibirnya.

• • • •

Semuanya sudah membersihkan tubuhnya masing-masing dan sekarang sedang bersiap-siap untuk menjalankan sholat Maghrib. Ralat tidak semuanya ikut sholat terkecuali anak yang paling kecil yang tak lain adalah Aji.

Anak itu hanya terdiam. Shaqueen hanya mengerutkan keningnya ketika melihat Aji berdiam diri di belakang masih dengan mengenakan kolor dengan gambar frozen kesayangan nya, Kenapa anak itu tidak menggunakan sarung bukannya sebentar lagi adzan akan berkumandang dan mereka akan segera bersiap pergi untuk kemasjid? Ah, entahlah lebih baik jika dia bertanya secara langsung kepada sang empunya.

"Aji gak ikut sholat?"

Anak itu hanya menggelengkan kepalanya. "Aku non muslim, kak."

Seketika Shaqueen hanya terdiam dan spontan menutup mulutnya. Bisa-bisanya dia tidak sadar akan kalung salib yang di gunakan anak itu sedari tadi.

"M-maaf, kakak gak tahu."

Aji hanya tersenyum simpul. "Kenapa kakak minta maaf? Kakak kan, gak salah. Aji, juga kurang tahu kenapa ibadah Aji sama kalian itu beda. Kata ibu panti dulu, Aji beribadah hanya pada waktu hari minggu aja. Sedangkan, Bang Raka. Dia beribadah setiap hari lima waktu."

JevianKde žijí příběhy. Začni objevovat