Melarikan Diri

42 1 0
                                    

"Beberapa orang yang paling beracun di dunia datang menyamar sebagai teman dan keluarga."

***

(Shely Elizabeth Qaisar)

Aku sudah mengetahui jika kebohongan yang aku ciptakan dengan sempurna selama ini telah terbongkar oleh seseorang yang telah mengetahui keberadaan buku diary ku lalu mencurinya dan memberikan buku itu kepada polisi juga ditambah Doni yang selama ini aku percaya sebagai partner terbaikku dalam menyusun rencana pembunuhan ini telah menyerahkan diri ke kantor polisi lalu membuat kesaksian bahwa akulah dalang dari semua drama menjijikan ini hanya karena aku mengingkari janji padanya bahwa aku akan segera menceraikan Zidan lalu menikah dengannya, aku merasa telah dikhianati oleh mantan pacarku yang bodoh itu yang kini menjadi Justice Collaborator karena membantu polisi dengan membuat kesaksian mengenai kasus pembunuhan ini.

Aku berjanji akan menghukumnya jika kami bertemu nanti namun aku yakin akan sangat sulit untuk menghukum pria itu mengingat saat ini pasti dia sudah dilindungi oleh polisi demi agar kasus ini cepat terungkap fakta yang sebenarnya. Jika hakim memutuskan bahwa akulah yang bersalah dari semua saksi dan bukti yang ada maka karier ku sebagai pengacara yang kubangun dengan susah payah selama 8 tahun ini akan hancur dalam sekejab mata juga image ku di mata publik akan jelek dan aku akan dicap seumur hidupku sebagai pembunuh dan pembohong, aku tak ingin karier ku hancur begitu saja dan aku juga tak ingin dipenjara selama 20 tahun atau bahkan di hukum mati.

Saat ini aku masih berusaha berpikir keras mencari cara untuk kabur dari polisi namun otakku seakan tak bisa berpikir jernih, aku bahkan saking stress nya sampai membanting beberapa barang yang ada dirumah seperti gelas kaca, piring kaca, vas bunga kesayanganku yang aku beli di Seoul saat aku berlibur ke Seoul beberapa tahun lalu bersama Zidan, dan juga pigura foto yang berisi foto pernikahanku dengan Zidan yang sengaja kuletakkan di meja ruang tamu. Aku merasa telah dikhianati oleh Doni juga Natalie yang selama ini kupercaya sebagai orang baik, Natalie lah yang telah mencuri buku diary yang sengaja aku sembunyikan di kolong ranjang saat aku tengah memasak spaghetti untuknya waktu itu.

Aku menyesal telah membiarkan wanita bermuka dua itu sering bermain kerumahku dengan alasan kasihan melihat kondisiku padahal tujuannya main kerumahku hanya ingin mencari barang bukti kasus ini, wanita itu akan aku lenyapkan dari dunia ini karena telah mengkhianatiku dan akan aku pastikan dia akan bernasib sama seperti Sakura.

Beberapa jam kemudian ada yang menggedor-gedor pintu rumahku dan aku tahu itu pasti polisi yang akan menjemput paksa diriku, aku yang sudah bersiap-siap dengan tas gunung di punggungku pun melarikan diri lewat pintu belakang rumah yang langsung menembus ke jalan raya. Aku sengaja tak membawa Range Rover Evoque milikku yang biasa aku bawa saat aku bekerja agar polisi mengira aku ada dirumah, setelah berhasil melarikan diri aku pun menyetop sebuah mobil Nissan Juke yang melintas dihadapanku lalu meminta tumpangan kepada pengemudi mobil itu yang kebetulan merupakan seorang wanita muda. Wanita itu awalnya mencurigaiku sebagai perampok yang ingin mengambil mobilnya namun setelah dia melihat tas gunung yang aku bawa juga penjelasan dariku tentang siapa diriku dan apa tujuanku menumpang mobilnya dia pun akhirnya membukakan pintu mobilnya untuk aku masuk, tentu saja aku tak sebodoh itu menceritakan siapa diriku sebenarnya karena pasti wanita itu akan mengantarku ke kantor polisi, aku sengaja memalsukan identitasku dengan mengatakan bahwa namaku adalah Sarah dan aku merupakan seorang pendaki gunung yang akan mendaki ke salah satu gunung di Jawa Timur. 

Sebelum aku kabur dari rumah dengan membawa tas gunung berisi beberapa pakaianku, uang tunai, Kartu Debit dari 2 bank yang berbeda, KTP, skincare, dan tak lupa make up, aku juga telah mengubah tampilanku agar orang tak ada yang mencurigaiku sebagai orang yang sedang diburu polisi. Aku telah memotong rambutku menjadi pendek sebahu juga mewarnai rambutku menjadi merah maroon, aku juga membuat luka di pipiku dengan menggoreskan pisau ke pipiku untuk menciptakan sebuah luka sayatan, memukul lenganku sendiri agar terlihat memar kebiruan, juga memakai softlens berwarna cokelat untuk mengubah warna bola mataku yang awalnya berwarna hitam menjadi cokelat, aku juga memakai jaket tebal berbahan parasut berwarna hijau agar seolah aku terlihat sebagai pendaki gunung bukan seseorang yang sedang melarikan diri dari kejaran polisi. Lihatlah betapa sempurnanya rencanaku saat ini tanpa melibatkan siapapun karena saat ini aku sudah tidak percaya kepada siapapun, aku hanya percaya kepada diriku sendiri.

Aku memutuskan menyewa sebuah kontrakan kecil di tempat terpencil yang menurutku aman untuk menjadi persembunyianku sementara waktu tadinya aku ingin kabur ke Surabaya tempat aku menimba ilmu dulu selama 4 tahun namun aku merasa jika aku kabur ke Surabaya polisi akan dengan mudah menangkapku karena Surabaya merupakan kota besar jadi keputusanku saat ini yaitu bersembunyi di sebuah desa terpencil pun sudah tepat, dengan sisa uang tunai yang aku punya saat ini cukup untuk membayar biaya sewa kontrakan selama 2 bulan kedepan dan juga untuk biaya makan sehari-hari.

Disinilah aku memulai hidup baru sebagai Sarah dan bersikap seolah-olah aku adalah wanita baik-baik dihadapan warga desa, aku yakin mereka tak tahu kasus yang tengah viral saat ini mengingat kondisi ekonomi mereka yang terkesan dibawah rata-rata yang membuat mereka tak bisa membeli televisi ataupun ponsel pintar. Aku merasa rencanaku kali ini akan berjalan sempurna karena aku melibatkan diriku sendiri dan tak akan ada yang membocorkan rencana ini kepada polisi atau siapapun, saat ini aku tengah bersantai di teras kontrakan yang aku tempati sambil makan singkong rebus kesukaanku, baru kali ini aku merasakan makan makanan sederhana dan aku merasa bahagia dibanding saat aku bisa makan makanan mewah namun hidupku selalu penuh masalah.

"Hai Mbak Sarah" Marni yang merupakan tetangga terdekatku yang kebetulan sedang lewat menghampiriku yang sedang bersantai di teras sambil menikmati singkong rebus

"Hai Marni" Aku tertawa ceria menyapa balik Marni yang baru pulang dari sawah

"Kamu lagi apa?" Marni mendekatiku lalu duduk di sampingku

"Makan nih, kamu mau gak?" Aku menawarkan singkong rebus padanya dan dia pun mau lalu tersenyum sebagai ucapan terima kasih padaku

"Oh ya, aku pulang dulu ya mbak soalnya udah sore, nanti kita sambung lagi obrolan ini" Marni pamit pulang yang hanya kubalas dengan senyuman ramah

Setelah kepergian Marni aku kembali melamun memikirkan kehidupanku kini dan dulu, aku lebih nyaman saat ini walaupun serba kekurangan namun aku merasa mempunyai tetangga yang benar-benar peduli padaku melebihi saudaraku sendiri. Tanpa terasa hari sudah memasuki waktu maghrib yang dimana orang-orang tak ada yang melakukan aktifitas diluar rumah, hanya aku yang masih duduk termenung seorang diri di teras rumah.

Aku yang merasa hari mulai gelap pun memutuskan masuk kedalam rumah lalu menutup pintu rumah dan menguncinya dari dalam, aku tak tahu harus melakukan apa tanpa iPhone ku karena sejak melakukan pelarian diri aku telah membuang iPhone yang biasa kupakai ke dalam danau demi agar keberadaanku tak bisa terlacak oleh polisi dari GPS iPhone ku. Kini aku hidup tanpa iPhone dan juga tanpa laptop, aku bosan hanya tiduran di rumah dan terkadang masak mie instan disaat perutku mulai lapar. Malam ini aku memutuskan menyusun rencanaku kedepannya dan hal apa yang akan aku lakukan karena aku tak mungkin akan tinggal disini selama-lamanya mengingat uang tunai di dompetku kian menipis tiap harinya untuk biaya makan sehari-hari dan juga beli keperluan lainnya, aku harus mencari cara lain untuk menghindari kejaran polisi karena jika aku nekad pulang kerumah maka itu sama saja aku menyerahkan diri ke polisi, aku tak ingin hidupku berakhir sia-sia di penjara selama 20 tahun.

My Perfect Wife Where stories live. Discover now