27

274 43 7
                                    

Tatapan mata sedikit bengkak itu memandang sebentar wajah hakim Setyo setelah dipersilakan membacakan nota pembelaan terhadap klien yang dianggap sudah melakukan pencemaran nama baik dalam insiden penggusuran ruko

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tatapan mata sedikit bengkak itu memandang sebentar wajah hakim Setyo setelah dipersilakan membacakan nota pembelaan terhadap klien yang dianggap sudah melakukan pencemaran nama baik dalam insiden penggusuran ruko. Sherly mengatakan bahwa klien yang saat ini duduk di tengah persidangan mengaku menyesal dan khilaf atas apa yang dilontarkan kepada lurah, Marcellino. Selain itu, dia juga menambahkan kalau David telah menulis surat permohonan maaf kepada Marcellino. 

Hakim Setyo mengangguk-angguk lalu menanyakan kepada Eric apakah ada sanggahan sesudah mendengar penjelasan Sherly. Lelaki itu berdiri, menatap Sherly nyalang lalu berkata, "Saya tetap pada tuntutan awal, Yang Mulia. Terdakwa sudah melakukan pencemaran nama baik yang merugikan orang lain dan itu bisa dilihat dari keterangan para saksi."

"Jadi, Anda akan menghadirkan saksi spontan?" tanya hakim Setyo. 

Eric mengangguk. "Ya, Yang Mulia. Saya sudah menghadirkan dua saksi yang bisa menguatkan tuntutan saya terhadap terdakwa."

Untuk sesaat Sherly tercengang karena Eric tiba-tiba mendatangkan saksi seakan sang mantan sedang menusukkan ratusan bilah pisau di punggung. Sementara ekspresi hakim Setyo juga sama lantas membolak-balikkan lembar berkas perkara kemudian berkata, "Kalau gini kenapa enggak sekalian mengajukan lampiran berkas untuk saksi, Penuntut Umum?" 

"Maaf," kata Eric tanpa memberikan alasan.

"Baik, kalau begitu kita bisa mendengarkan keterangan saksi yang Penuntut Umum datangkan," lanjut hakim Setyo. 

Eric pun memanggil dua orang laki-laki yang diketahui berada dalam jarak dekat saat kejadian berlangsung. Mereka maju ke depan dan duduk di tengah persidangan setelah dilakukan pengambilan sumpah. Salah satu dari mereka yang mengenakan baju batik bermotif parang melenggut ketika Eric mengajukan pertanyaan apakah dia mengenal David maupun Marcellino. 

"Jadi, di mana posisi Anda waktu itu Pak Oki?" tanya Eric. 

"Saya waktu itu ... sekitar satu meter dari Pak David dan Pak Lurah, waktu itu kami melihat proses penggusuran ruko."

"Lalu, apakah Anda mendengar perdebatan antara terdakwa David dengan Pak Marcellino?"

Oki mengangguk mantap. "Iya, saya mendengar jelas. Pak David menunjuk Pak Marcellino dan bilang seperti ini, 'Itu ruko digusur-gusur tapi duitnya enggak ada. Masuk ke perut Pak Lurah nih duitnya!' begitu."

"Lalu, jawaban Pak Lurah apa waktu itu?" tanya Eric. 

"Pak Lurah bilang 'Kalau ngomong jangan sembarangan! Duitnya cair kalau semua ini sudah benar-benar direlokasi di Pasar Minggu dan Pasar Manggis'."

"Apa yang dilakukan terdakwa David setelah itu?"

"Pak David meminta warga lain buat bantu dia menghalangi proses penggusuran."

Eric pun menanyakan hal yang sama kepada saksi lain dan jawabannya juga tidak jauh berbeda. Hal ini membuat David semakin terpojok, sementara Sherly menatap tak suka. Eric tersenyum sinis menyiratkan kalau dia menepati ucapan untuk mengalahkan Sherly dalam persidangan. 

Hakim Setyo angguk-angguk kemudian melempar pertanyaan kepada Sherly apa ada hal yang perlu disampaikan. Sherly mengiyakan lantas berdiri dan berkata, "Terdakwa sudah mengajukan permohonan maaf seperti yang sudah saya katakan di awal, namun dari pihak Marcellino belum ada jawaban. Maka dari itu, saya tetap pada pembelaan saya bahwa terdakwa David sudah mengaku menyesal dan saya memohon kepada Yang Mulia Hakim untuk memberi keadilan yang seadil-adilnya. Terima kasih."

"Baik, kalau begitu sidang saya tunda minggu depan untuk pembacaan putusan," ucap hakim Setyo lantas mengetuk palu tanda acara persidangan itu berakhir. 

###

Berhasil sampai di kantor firma hukum tanpa ada halangan dari sosok Eric adalah sebuah perubahan besar yang bisa dicapai Sherly. Lagi pula Eric juga langsung pergi meninggalkan meja hijau tanpa menoleh sedikit pun seakan mereka telah menjadi orang asing. Sherly tak masalah akan hal itu hanya saja apa yang diucapkan Eric beberapa waktu lalu tak sesuai dengan kenyataan. 

Cinta? Sherly mencibir. Baginya cinta itu makin memuakkan saja hingga rasanya Sherly ingin muntah. Tidak ada cinta abadi atau tulus di dunia seperti yang dituangkan oleh para penulis-penulis roman picisan. Yang ada hanyalah segelintir manusia munafik yang tidak ingin hidup sendiri dalam kesepian.

Dia mengernyitkan alis bertanya pada diri-sendiri tentang kebiasaannya menerima semua ajakan lelaki untuk ke kelab. Dia memang munafik tapi Sherly tidak pernah sekali pun mengatakan cinta atau suka kepada buaya-buaya itu. Lagian, Sherly menerima umpan kalau tidak dimanfaatkan sebagai mungkin umpan itu akan dimakan orang lain kan?

Gue enggak termasuk orang kesepian kan? pikir Sherly. 

"Sher!" panggil Sandra yang baru datang dari rumah sakit Sejahtera untuk mencari saksi tambahan bersama seniornya. "Napa mata lo?"

"Alergi udang gue," jawab Sherly bohong. "Gimana?"

"Udah dapet kok, mereka ngasih rincian barang lelang dan harga pengajuan dan harga yang diubah sendiri sama pelaku," kata Sandra. "Lo mau lihat?"

"Nanti saja, agak enggak enak badan gue."

"Lo pulang aja, lagian sidang klien lo kelar kan? Eh, Eric gimana?" tanya Sandra agak takut kalau Sherly akan menyemburnya sebagai teman bermulut ember.

Seketika pandangan Sherly berubah nyalang. "Lo kan yang ember ke dia?"

Kontan Sandra menggeleng keras dengan mata melotot. "A-apaan? Ka-kapan gue ember? Lo nih mesti nyalahin gue."

"Terus dia tahu gue diikutin orang dari siapa kalau bukan lo?" tuduh Sherly masih menaruh curiga kepada Sandra karena hanya gadis itulah yang mengetahui bahwa mereka diintai orang.

"Benedict mungkin," tukas Sandra asal bersamaan Benedict yang keluar dari ruangan hendak pergi ke pengadilan. 

"Apa lo nyebut nama gue!" sungut Benedict lalu mengamati wajah tak bersinar Sherly. "Napa muka lo? Kayak habis tarung sama tawon. Oh, lo bertengkar sama mantan lo ya? Statusnya galau tuh!"

"Bukan urusan gue!" ketus Sherly meninggalkan Benedict masuk ke ruang kerjanya. 

Sandra menyiratkan lelaki jangkung itu untuk diam saja karena Sherly sedang dalam mode singa. Dia berbisik dan membenarkan kalau Sherly dan Eric memang sedang bertengkar lantas bertanya kondisi Eric. 

"Lo pikir gue bokapnya dia? Tanya sendiri lah!" tolak Benedict. "Lo samperin tuh si tukang kredit daripada kemasukan setan."

"Kampret lo, Ben!" balas Sandra memukul lengan Benedict. 

Alhasil, tanpa sepengetahuan Sherly, Sandra mengirim pesan teks kepada Eric dan memberitahu bahwa mantan terindah dan terseksinya sedang sakit dan perlu perhatian juga kasih sayang. Tak luput juga, Sandra minta dibawakan makanan jikalau lelaki itu datang ke kantor HAD.

Sandra : Ric, Sherly K.O. tuh lo enggak ke sini nyamperin dia? Kasih obat kek, makanan kek.

Sandra : Bawain gue burger sama ayam. Es krim cokelat dua. Imbalan gue kasih informasi kemarin.

Sandra : Kalau masih cinta jangan setengah-setengah, perjuangin tuh anak, gue yakin dia masih ada rasa sama lo. 

Eric : Y

"Haish, setan ... gue ngetik panjang lebar dibales satu huruf doang," gerutu Sandra.

Hard Desire (END)Where stories live. Discover now