16 | Akhirnya

268 37 11
                                    

"Hahahaha! Akhirnya aku muncul juga dicerita ini! Author sialan yang selalu disebut oleh manusia keriting itu membuatku menunggu terlalu lama, cih!"

Dewa berbentuk seperti kucing tanpa bulu dengan kulit ungu itu pun dengan senangnya meluapkan isi hatinya. Dan berkat dia berteman baik dengan seorang manusia lainnya bernama Sakata Gintoki, membuatnya mengetahui kalau semua tindakan yang dilakukannya di dunia aneh ini adalah karena sesosok bernama Author.

"Ya, ya, bagus itu. Luapkan semua isi hatimu, Beerus-sama~" kata Gintoki menyemangati Dewa Kehancuran sambil mengibaskan kipas tangannya ke arah wajahnya.

"Ah! Aku sudah meluapkannya, sekarang giliran untuk aku mengambil cemilanku. Apa kau mau ikut aku ke kantin, manusia keriting?"

"Gintoki. Sakata Gintoki, namaku. Tolong ingat baik-baik, Beerus-sama."

"Ah? Hmph! Terserah aku mau menyebut namamu dengan apa. Seharusnya bersyukurlah kamu sudah ku anggap sebagai pelayanku."

"Yes, My Lord!"

Ya. Di sini kita bisa melihat kalau Sakata Gintoki sedang menjilat kepada yang terkuat.

"Katamu tadi kalau di dunia author sialan itu sudah mencapai akhir bulan? Perbedaan waktu dunianya dengan dunia ini hanya sekitaran tiga bulan. Dan katamu juga dia ingin berhenti menulis?" tanya Beerus sambil melihat Gintoki dengan tatapan dinginnya.

Glek!

"Y-Ya, begitu. Niat awal author memang ingin berhenti menulis, karena menurutnya itu tidak akan menghasilkan apapun untuknya—" melihat ekspresi Dewa Kehancuran yang semakin memburuk, "T-Tapi tenang saja! Dia akhirnya kembali lagi setelah para pembacanya terus mengiriminya komentar dengan tulisan, 'kapan dilanjut' begitu, hahaha!" lanjutnya dengan tawa paksa.

"Para pembaca? Jadi maksudmu.. semua aksi kita sampai sekarang ini bisa dilihat oleh mereka?"

Gintoki dengn cepat menganggukkan kepalanya.

Beerus yang melihat babunya menganggukkan kepalanya dengan cepat itu seketika ingin sekali menemukan author dan para pembaca untuk menghabisi mereka.

Bisa-bisanya sesosok dewa sepertinya tidak mempunyai privasi sedikitpun.

(PS: tenang saja para pembacaku! Kalian sangat aman sekali di sini. Untungnya Beerus ini bukanlah seorang pembunuh bayaran berpakaian ketat seperti di Marvel)

Cklek!

Beerus dan Gintoki melihat ke arah pintu dan menemukan Jiraiya yang berjalan mendekati mereka.

"Apa? Kenapa kau ke sini? Apa kau ingin memberiku sampah itu lagi?" tanya Beerus dengan angkuh.

"Hei, hei, hei. Meskipun kau adalah seorang Dewa, tidak sepatutnya kau mengejek karya terkenalku. Hmph, karena kau bukan manusia makanya kau tidak tau apa itu percintaan." jawab Jiraiya yang tidak takut pada sesosok Dewa Kehancuran di depannya.

"Apa katamu—"

Sebelum Beerus marah, Gintoki langsung mengatakan, "Hentikan! Ada peraturan baru dimana kita dilarang untuk saling bertarung satu sama lain, terkhusus para staff akademi ini. Dan juga mau apa lagi kau ke sini, Sannin-sama?" beralih melihat Jiraiya yang sedang mengambil sesuatu dipakaiannya.

"Ah iya, hampir saja aku lupa mengatakan sesuatu yang penting. Kata si Ikemen (Sebastian), jangan lupa nanti malam adalah bagian kamu dan si kucing ungu di sebelahmu itu untuk berpatroli di sekitar arena pertarungan. Karena aku mendapatkan kabar dari hewan panggilanku kalau ada dari beberapa murid kalian yang akan mencoba bermain (bertarung) secara diam-diam di sana. Dan satu lagi, si kanibal itu berharap supaya arena pertarungan akan tetap sama pada semestinya alias tidak adanya kerusakan maupun kehancuran sedikitpun, kalaupun ada kalian berdualah yang akan dipanggil ke ruangannya."

Gintoki menepuk dahinya. "Ah, sialan. Ini pertama kalinya aku tidak mau mendapatkan pekerjaan serius."

Beerus hanya mendengus mendengar babunya berkata seperti itu.

Jiraiya berjalan mendekati Gintoki dan menepuk bahunya. "Kamu tidak boleh setengah-setengah dalam melakukan pekerjaan. Bagaimana kalau omonganmu ini terdengar oleh—" Jiraiya berbisik di telinga Gintoki, "—si itu? Kamu bisa digantikan dengan yang lainnya loh. Toh kamu juga digaji banyak oleh si itu, bahkan kamu sendiri yang bilang kalau gaji pertahunan ini bisa membayar hutangmu yang katanya sudah sangat banyak dan juga bukannya kamu bilang dengan gaji itu kamu akhirnya dapat membeli banyak nasi kacang merah serta banyak shounen-jump?"

Gintoki terdiam sebentar, kemudian dia mengangguk. "Kau benar juga, Sannin-sama. Aku perlu pekerjaan ini untuk membayar semua hutang yang ku punya dan membeli banyak shounen-jump."

Beerus melihat kedua manusia di hadapannya dengan mata berkedut.

Bisa-bisanya aku berada di antara dua manusia menyebalkan ini, pikir Beerus sambil menghela napas lelah.

Dan tiba-tiba saja, mereka bertiga mendengar suara seorang yang sangat mereka takuti.

"Kenapa kalian ada di sini? Bukankah kalian punya pekerjaan masing-masing?" tanya pria itu dengan tatapan dingin sambil membenarkan kacamatanya.

"Y-Yo, Sasaki-kun! Ah, itu.. oh, aku baru ingat aku harus menemui salah satu muridku, haha! Aku pamit pergi duluan!"

Gintoki pun kabur dari ruangan itu dengan alasannya.

"Oh, kamu! Ya, ya, ya, aku juga baru ingat kalau aku harus memantau arena pertarungan! Kalau begitu aku pergi ke sana duluan!"

Selanjutnya ada Beerus yang berhasil kabur dari ruangan itu.

Tersisa Jiraiya dan Sasaki yang saling menatap satu sama lain.

"Hahahaha! Aku baru saja memberitahukan mereka informasi.." terdiam melihat Sasaki yang masih menatapnya, "Kalau begitu, aku juga harus pergi untuk memberitahukan sesuatu kepada murid-muridku. Sampai jumpa lagi, Sasaki-kun!" dan dengan cepat menghilang dari pandangan Sasaki yang hanya menggelengkan kepalanya.

"Padahal aku hanya bertanya biasa saja pada mereka." katanya dengan tersenyum.

Akademi (̶B̶r̶u̶t̶a̶l) AnimeWhere stories live. Discover now