3

866 6 2
                                    

Sudah pukul delapan malam, Niko belum pulang juga.

Dan Flora yang sejak tadi menunggu suaminya itu sekaligus sudah menyiapkan makan malan barusan akhirnya memilih untuk menunggu laki-laki tersebut di ruang tamu sebari tangannya memegang susu coklat di cangkir kesayangannya.

Ngomong-ngomong entah kenapa Flora memikirkan ucapan yang tadi Rani sampaikan dan ia sarankan. Seperti yang dirinya setujui itu lebih masuk akal juga sebenarnya karena bagaimana pun hal tersebut adalah jalan yang terbaik agar dirinya tahu hal yang pasti mengapa dirinya belum di beri keturunan juga selama ini.

Bukannya ragu karena kehendak Tuhan, hanya saja memastikan dan mencari tahu itu lebih baik juga bukan?

Tidak lama, dan hanya sekedar kurang lebih lima menit saja. Suara pintu terbuka, membuat Flora yang tadi sempat melamun sebentar mengerjapkan kedua matanya, tangannya langsung menaru susu coklat ke atas meja.

Dan sesegera mungkin langkahnya menuju ke sana untuk menyambut kedatangan Niko.

Tapi sayang, senyum yang tadi melebar karena Niko akhirnya pulang langsung tanpa aba-aba sedikit pun senyuman wanita tersebut turun seketika secara cepat saat melihat Niko membawa seorang gadis muda di hadapannya.

Flora sedikit tidak dapat mencerna hal yang sedang terjadi sekarang, tetapi yang pasti gadis yang tengah di hadapannya ini adalah gadis yang tadi siang Flora temui.

Iya, itu Kala. Senyuman kikuk itu terlihat jelas di wajahnya.

"Hai Dok, kita ketemu lagi," Sapanya pelan agar terlihat ramah dan terlihat sepertinya kedua manusia yang akrab.

Cih! Harapan yang tidak masuk akal.

Flora tidak menjawab, melainkan menatap lurus ke arah Niko dengan tatapan datar. Kedua tangannya sudah ia lipat di hadapan dada Flora.

Wajahnya sudah terlihat jelas bahwa dirinya meminta penjelasan dari Niko, secara jelas tanpa ada terlewat sedikit pun.

Niko yang paham dengan situasi karena paham bagaimana watak istrinya itu menghela nafas panjang.

Keraguan di diri Niko tampak terlihat sepertinya, karena ya bagaimana pun hal ini bukanlah jalan keluar yang terbaik memang.

Lalu bagaimana? Ada jalan kelur lain lagi? Sepertinya tidak. Hanya ini jalan satu-satunya.

"Masuk dulu, kita obrolin ini di ruang tengah," Celetuk Niko sebari mencoba melangkahkan kakinya untuk masuk.

Namun dengan cepat Flora memotong, keplanya menggeleng pelan. "Terus? Atas dasar izin siapa kamu memutuskan untuk mengizinkan dia masuk ke dalam rumahku?" Jawab Flora dengan nada tenang namun menusuk, karena di sana perkataannya penuh penekanan di mana Kala yang mendengarnya saja sedikit tidak nyaman dan meringis pelan.

Ah! Niko pun hampir lupa bahwa sejak awal rumah ini di bangun, semua kepemilikan atas nama Flora. Sebagaimana ini semua hadiah dari orang tua Niko, dan Niko lagi-lagi menghela nafas panjangnya.

"Okay kita ngobrol di sini,"

Flora menghembuskan nafasnya, ia kembali duduk ke atas sofa berwarna cream pastel di ruang tamu itu.

Di ikuti oleh Niko dan Kala yang juga duduk berdempetan dengan laki-laki tersebut hanya karena sedikit tidak nyaman dengan tatapan Flora yang berbeda sekaligus berbamding jauh saat tadi siang.

Memandangnya dengan penuh hangat sekaligus friendly, sedangkan malam ini? Tatapan itu penuh dengan tatapan mengintimidasi.

Kala sangat membenci itu.



"Mau ngomong dari mana?" Flora membuka suara lagi setelah mereka saling diam hanya beberapa detik saja.

Tanpa di jelaskan pun Flora tahu, bahkan dengan kejanggalan yang terjadi sejak tadi siang.

Ya jelas ini semua jawabannya.

Niko yang bermain di belakangnya yang entah sudah berapa lama itu cukup membuat Flora sedikit merasakan kenyerian di dalam hati kecilnya.

Bagaimana bisa Niko melakukan hal sampah seperti yang ia lakukan sekarang ini?

Kenapa?

Apa alasannya?

Apa karena dirinya yang tidak bisa memberi keturunan kepadanya?

Secetek itukh pikirannya?

Di tambah, kenapa sih semua orang termasuk Niko harus menganggap bahwa wanita yang mampu memberi keturunan itu segalanya?

Dunia pernikahan memanglah tidak seadil itu, dan Flora benar-benar agak kecewa dengan fakta lingkungan yang tengah ia tempati sekarang ini.

"Mungkin memang menjelaskan saja gak cukup Flo, tapi aku cuma mau bilang bahwa Kala adalah gadis yang aku cintai sekarang ini,"

"Awalnya aku pikir ini hanya ke hanya sekedar khilaf saja, tapi aku sadar. Semakin seiring berjalannya waktu yang bisa memahami aku akhir-akhir ini hanyalah Kala," Kata Niko terus terang dan jujur sebenarnya Flora yang mendengar penjelasan hal tersebut cukup membuat Kala terkejut memang. Namun dengan wajah datar yang masih ia pasang agar terkihat baik-baik saja itu menatap ke arah mereka berdua secara bergantian.



Ini tidak benar, maksudnya begini. Kita berdua butuh untuk berbicara empat mata, tanpa adanya Kala di sekitarnya.

"Can we talk?" Celetuk Flora. "Maksudku hanya aku dan kamu. Just two us," Lanjutnya lagi.



Niko diam, lantas langsung menganggukan kepalanya, menuruti kemauan istrinya itu.

Keduanya bangkit, terkecuali Kala yang masih diam duduk di sana.

"Tunggu di sini dulu ya," Kata Niko kepada Kala dengan tangan yang mengelus pelan pipi gadis tersebut.

Melihat hal tersebut membuat Flora langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. Rasa sakit di hatinya semakin menjalar ke seluruh tubuh.

Bisa-bisanya dengan kondisi seperti ini Flora masih bisa berdiri tegap tanpa terlihat rapuh sebagaimana laki-laki yang tengah ia cintai itu memperlakukan gadis lain bak ratu seperti halnya ia lakukan kepada dirinya.



Alhasil, di sinilah mereka. Di dapur.

Niko dan Flora saling diam, memandang lurus satu sama lain.

"Sejak kapan?" Tanya Flora dengan nada dingin.

"Sudah hampir dua tahun yang lalu,"

Sial!

Mendengar penuturan Niko saja itu cukup membuatnya semakin hancur.

Kekehan itu terlihat sekarang, tapi bagi Niko. Ia tahu bahwa kekehan tersebut kekehan yang menyakitkan.

"Maaf,"



"Wait, for what?" Jawab Flora langsung.

"Tidak ada penuturan maaf kalau kamu melakukan hal ini secara sadar mas,"

"Aku khilaf Flora,"

"Wow? Dengan cara membawa cewek itu kehadapanku? Lantas apa sekarang?"

"Meminta izinku untuk merestui hubungan sampah kalian berdua?"

Dengan rasa ragu Niko menganggukan kepalanya, dan itu justru semakin Flora terkejut dan membelalakan kedua matanya lebar.

"Dan aku meminta izin untuk memadu kamu dengan Kala Flo," Kata Niko pelan tapi penuh penegasan di dalam perkataan laki-laki tersebut.

Satu hal yang terbesit dalam Flora saat ini di kepalanya.

"Kamu sinting mas!"

Tanpa memperdulikan Niko dan adanya Kala, Flora langsung melangkahkan kakinya pergi meninggalkan mereka ke kamarnya.

Benar, dunia sedang tidak berpihak kepada Flora sekarang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 23, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Second MarriageWhere stories live. Discover now