2

1K 2 0
                                    

"Dok gimana gimana?" Celetuk Rani, manager klinik yang sudah hampir tiga tahun mengabdi di klinik yang ia miliki ini.



Gadis berumur dua puluh lima itu terlihat sangat antusias, dan mungkin juga tidak sabar mendengar hasil akhirnya karena memang selalu seperti itu setiap waktu.

Ini jam istirahat, di mana tidak ada pasien yang datang di jam ini, dan sekarang hanya ada mereka berdua di dalam ruangannya.

Karyawan yang lain tentunya tengah sibuk dengan urusan masing-maisng saat jam istirahat bukan?

Flora menghela nafas panjang, senyuman tipis itu melihat. Dan jujur hati kecilnya sedikit ada rasa sakit di sana, menyedihkan memang.



"Negatif lagi Ran," Jawab Flora pelan dan itu cukup membuat Rani yang tadi terlihat bersemangat langsung melunturkan senyumnya secara perlahan.

Sedikit merasa bersalah sekaligus prihatin juga, karena bagaimana pun Rani juga sedikit tahu kurang lebih seperri apa kondisi Flora.

"Ghea udah tau dok?"

Flora menggelengkan kepalanya pelan, "Kayaknya dia sengaja gak mau nanya karena takut saya sedih," Kekehnya pelan dengan sorot mata yang Rani tahu bahwa di sana sangat penuh harap dan juga kekecewaan yang amat sangat terdalam.



Rani tidak membalas atau menjawab sedikit pun, karena bagi Rani mendengar saja kek nya lebih baik bukan? Untuk menambahkan komentar  saja rasanya tidak pantas sama sekali.



Akan tetapi jika memberi saran seperrinya itu hal yang baik bukan?

"Dok," Panggil Rani pelan saat mereka berdua saling diam dan hanya berlangsung beberapa detik saja.

Flora tidak menjawab, hanya menoleh menatap lurus ke arah Rani yang tengah memandangnya juga.

"Maaf kalau semisal Rani lancang, tapi apa dokter sama mas Niko gak ada rencana buat periksa ke dokter kandungan kah?" Ucap Rani ragu.

"Soalnya kalau sampek belum ada titik terang kaya begini sih lebih baik langsung konsul dok, biar tahu permasalahannya di mana,"



Flora terlihat menghembuskan nafasnya, "Sudah, saran yang kamu berikan ke saya sudah pernah saya coba. Tapi suami saya gak pernah menyetujui hal itu," Desahnya saat menjelaskan kepada Rani.

Dan itu cukup membuat Rani juga bingung sih mendengarnya, lantas dengan alasan apa beliau tidak mau memperiksakan diri ke dokter kandungan?

Kan repot, mau punya anak tapi periksa gak mau.



"Alasannya dok?"

Lagi-lagi Flora menggelengkan kepalanya pelan, "Saya juga gak tahun kenapa, tapi yang pasti bakal saya coba bujuk lagi buat saya ajak ke dokter kandungan,"



"Tapi dok, saran Rani kalau memang semisal ajakan kali ini juga menolak. Kenapa gak dokter aja yang periksa atau konsul sendiri? Dari pada di tunda-tunda juga toh? Dan Dokter nanti malah terus dapet tekanan sana si-"



Suara ketukan pintu terdengar, membuat Rani membehantikan ucapannya dan langsung menoleh ke arah pintu.

Iya, Rani langsung diam. Karena bagaimana pun percakapan yang di lakukan dirinya dengan Flora sangatlah sensitif bukan? Terlebih lagi yang hanya tahu perihal ini hanya dirinya dan juga Ghea.

Tapi syukurlah, Rani dan Flora tidak terlihat panik atau semacamnya, karena yang masuk adalah Ghea sekarang.

Gadis berambut kecoklatan itu menatap heran ke arah mereka berdua, langkahnya mendekat dengan kedua mata yang sengaja ia sipitkan.

"Kalian kenapa pada ngeliatin Ghea gitu deh?" Tanya Ghea saat posisinya sudah berada di hadapan Flora dan tangannya memberikan kertas medrek pasien.

Jam istirahat sudah selesai? Apa memang ada pasien yang tidak booking?

Mungkin memang begitu.

"Geer banget Ghe," Timpal Rani dengan kekehan, sorot matanya jatuh ke arah kertas medrek yang tengah di baca oleh Flora.

"Ada pasien?"

Ghea mengiyakan pertanyaan Rani dengan menganggukan kepalanya. "Iya pasien baru, biasa anak SMA,"

Rani dan Flora yang mendengar ucapan Ghea langsung melihat ke arah jam dinding yang masih menunjukan pukul setengah satu siang.

Tunggu, bukannya ini masih jam pembelajaran? Dan ruimitas pulang sekolah anak SMA itu bukannya jam setengah lima?

"Jadi ceritnya ini anak bolos?" Ucap Rani asal yang memang tipikal bicaranya selalu ceplas-ceplos begitu.



"HEH!" Ucap Ghea dan Flora bersamaan, lantas mereka bertiga tertawa kecil agar karyawan lain dan juga pasien tersebut tidak mendengar obrolan absurd mereka bertiga.

"Yaudah panggil aja Ghe," Suruh Flora dan langsung di sambut anggukan oleh Ghea, sedangkan Rani jelas keluar dari dalam ruangan bebarengah dengan Ghea yang sebelumnya sudah memanggil nama pasien tersebut untuk masuk ke dalam ruangan.



Saat pasien baru itu masuk, senyum Flora yang manis nan anggun itu terlihat jelas. Begitu pun pasien tersebut yang juga membalas senyuman Flora dengan sopan.

Baju seragam putih abu yang masih di gunakan dan rambut hitam legam yang di ikat seperti bak ekor kuda.

Kulit putih bersihnya itu sudah cukup terlihat jelas bukan bahwa pasien ini memang sangat apik atau rajin merawat dirinya sendiri. Itu sudah terlihat bagi Flora yang statusnya adalah dokter kecantikan.

Jelas Flora akan tahu hal-hal begini, di lihat dari wajahnya sih ya oke lah. Lumayan cantik dan Flora jelas tahu bahwa semua itu di bantu oleh beberapa obat seperti halnya botox atau kemungkinan juga ia melakukan tarik benang. Entahlah. Mungkin keduanya.

"Hallo perkenalkan nama saya dokter Flora," Sapa Flora ramah.

Gadis tersebut menerima uluran tangan Flora, "Hai dok. Saya Kala," Jawabnya singkat dengan senyuman tipis.

Flora menganggukan kepalanya, namun entah mengapa kedua matanya malah turun ke pergelangan tangan Kala yang entah kebetulan atau apa gelang yang di pakainya sama persis dengan gelang yang ia kenalan sekarang ini.

Ah! Mungkin memang sedikit kebetulan Saja bukan?

"Jadi, Kala mau perawatan apa hari ini?"

Kala terlihat sedikit berfikir, tak lama gadis itu langsung menatap ke arahnya lagi. "Mau suntik meso dong dok. Soalnya aku ngerasa pipi aku agak chubby lagi, jadi aku agak gak nyaman ju- Eh sebentar. Gelang kita kok samaan ya Dok?" Kekeh Kala yang juga baru sadar dengan gelang  yang gadis itu gunakan.

Mata Flora melirik, tangannya sedikit ia angkat sebari tertawa kecil. "iya nih, saya dapat kado dari suami dua bulan yang lalu waktu ulang tahun saya," Jawab Flora enteng tanpa memikirkan hal apapun.

Namun berbeda dengan respon Kala yang tadi terlihat semangat tiba-tiba mimk wajahnya langsung berubah. Iya, berubah datar sehingga membuat Flora yang melihat sedikit aneh.

Apa Flora salah ngomong?

Atau memang ada sedikit yang janggal?

Tapi yang pasti, hari ini bahkan sejak pagi saja rasanya memang penuh kejanggalan di sekitarnya bukan?

Second MarriageWhere stories live. Discover now