1

1.7K 3 0
                                    

Flora menghela nafas panjang, menatap lurus dengan tatapan kosong saat melihat alat kehamilan yang jelas-jelas kembali menunjukan hasil akhir negatif.

Ini sudah terhitung puluhan kali, atau memang mungkin ratusan?

Entah, Flora tidak ingat dan tidak mampu untuk menghitung. Karena bagaimana pun sudah tujuh tahun pernikahannya dengan Niko.

Bahkan dengan umur mereka yang sudah berkepala tiga saja itu cukup membuat Flora pening karena bagaimana pun pihak keluarga Niko selalu mempertanyakan perihal keturunan mereka berdua.

Karena bagaimana pun hal tersebut sangatlah penting, iya. Penting untuk keturunan keluarga Niko untuk meneruskan perusahaan yang sudah di jalani puluhan tahun oleh para leluhur keluarga Niko.

"Gimana?" Tanya Niko saat laki-laki itu sebelumnya mengetuk pintu dan masuk ke dalam kamar mandi saat Flora mengizinkannya untuk masuk.

Gadis berambut panjang sebahu yang sengaja di warnai blonde itu menoleh ke arah laki-laki tersebut, kepalanya menggeleng pelan. Wajahnya penuh sorot kesedihan di sana, janhankan Flora bahkan Niko pun menunjukan sorot wajah ke kecewaannya.

Niko menghela nafas panjang, kedua bola mata berwarna hazel itu teralihkan setelah mereka berdua saling tatap.

"Nanti malam, setelah kamu pulang kerja. Begitupun aku, ada orang yang mau datang ke rumah,"

Mendengar hal tersebut Flora mengerenyitkan dahi mulusnya, "Siapa? Mama?" Tanya Flora penasaran.

"Nanti kamu juga tahu," Jawabnya singkat, namun mendengar tersebut Flora tahu bahwa nada bicara Niko memang sedikit berubah menjadi dingin dan itu cukup membuat Flora sedikit sedih.



Sejujurnya, memang bukan keinginannya begini bukan? Perihal kehamilan memang bukan manusia yang mampu mengatur segala hal, karena bagaimana pun mukjizat tersebut hanya Tuhan yang mampu memberikan hal itu.

Mungkin, mungkin memang Tuhan belum mempercayai mereka untuk memiliki buah hati?

Entah, Flora tidak tahu. Namun yang jelas dan yang pasti, saat ini Flora hanya bisa terus berikhtiar.



Terkadang, Flora juga selalu berfikir bahwa dunia memang tidak adil baginya. Akan tetapi apa yang tidak di adilkan?

Maksudnya begini, Flora yang menikah dengan anak dari keluarga terpandang alias keluarga konglomerat di kota ini. Belum lagi dengan dirinya yang memiliki gelar sarjana dokter di tambah dengan usaha dirinya yang ia bangun sendiri dengan kerja kerasnya dari nol.

Memiliki klinik kecantikan atas nama dirinya pribadi sehingga mempunyai 3 cabang  sekarang ini.

Seharusnya Flora harus lebih bersyukur bukan? Jangankan Flora, Niko juga sebenarnya harus kebih bersyukur juga karena bagaimana pun keluarga dan kehidupan mereka sudah sedikit beruntung ketimbang kehidupan orang lain.

Lagi dan lagi, Flora menghela nafas panjang. Mendengar Niko tengah mandi membuat gadis tersebut memutuskan untuk keluar dari kamar mandi dan melanjutkan memakai make up sekaligus bergegas untuk berangkat ke klinik karena satu jam lagi waktunya Flora praktek bahkan ada beberapa pasien juga yang sudah booking untuk melakukan treatment di hari ini.

Flora meyakinkan dirinya lagi, untuk yang kesekian kali. Bahwa hal ini akan baik-baik saja, terlebih sepertinya Niko juga akan tetap terus bersabar bukan?

Karena bagaimana pun Flora tahu Niko seperti apa, karena mereka berdua sudah sangat dekat saat mereka masih menginjak sekolah menengah utama, di mana mereka di pertemukan di salah satu sekolah dan alhasil menjadi berteman dekat bahkan menikah.

Kalau semisal kalian berfikir bahwa Flora dan Niko di jodohkan, tidak itu tidak benar. Karena pihak keluarga Niko bukanlah keluarga kolot atau apalah itu namanya.

Mereka netral, dan juga lumayan open minded juga. Bahkan saat Niko memperkenalkan Flora kepada keluarga besarnya sampai-sampai mengatakan bahwa gadis yang akan di nikahinya adalah dirinya itu cukup membuat Flora terkejut sih sebenarnya.

Namun ya itu faktanya, kisah dulu memang seindah itu kalau di ingat. Kalau pun di ceritakan dua paragraf saja rasanya tidak cukup bagi Flora.

Tetapi setelah 5 tahun pernikahan mereka berdua, ya sekitar sudah dua tahun berjalan ini, sikap Niko sedikit berubah. Laki-laki itu sikapnya sekarang lebih sedikit ingin ketimbang dahulu.

Dan itu cukup membuat Khawatir juga rasanya, dan Flora pun sadar bahwa ini semua perihal Flora belum mempunyai keturunan.

Suara denting ponsel miliknya berbunyi saat Flora tengah memakai polesan lipstik berwarna nude di bibir mungilnya. Suduh kedua matanya sedikit melirik. Di sana tertera tulisan nama asisten pribadinya bahwa ia tengah menelpon.

Mungkin memang pasien pertama sudah datang, tapi kan baru juga setengah jam, secepat itu?

Berniat untuk mengangkat telfon, Ghea (Asistem Flora) langsung mematikan panggilan telpon tersebut.

Tapi entah kenapa saat tangannya meraih ponsel miliknya, pandangannya jatuh ke arah ponsel milik Niko di mana di sana tertera notifikasi pesan yang entah dari siapa. Bahkan nomernya saja tidak di simpan oleh suami Flora.

Sekertarisnya kah?

Kalau memang iya, kenapa Niko tidak menyimpan nomer milik Reza?

Rasanya tidak mungkin juga karena bagaimana pun Niko bukanlah tipikal orang yang tidak menyimpan nomer orang lain yang menurutnya itu penting, terlebih lagi jika berhubungan dengan bisnis dan juga pekerjaannya.

Lantas siapa?

Maka dari itu tanpa pikir panjang tangan Flora mengambil ponsel laki-laki tersebut.

Membuka pola kunci ponselnya yang di ketahui oleh Flora sejak dahulu, tidak berubah dan tidak akan berubah karena Niko adalah orang yang malas mengurus hal-hal yang menurunta tidak penting, apalagi menggonta-ganti password begini.

Saat dirinya memencet icon notifikasi pesan, kedua matanya membaca pesan tersebut.

Penuh dengan ketelitian di sana.

Dan itu cukup membuat Flora sesikit mngerenyitkan dahinya.



Jadi jemput aku kan kamu nanti?



Flora sedikit berfikir, namun detak jantungnya jelas sudah berpacu tidak pasti saat ini.

Jemput?

Jemput siapa?

Niko tidak punya adik bahkan kakak di keluarganya, dia anak tunggal di kelurga besar Gramadoko.

Lalu ini apa?

Kenapa pesan ini terlihat sangat ambigu bagi Flora?

Apa Niko tengah bermain halus deng.....

"Flora? Lagi apa?" Tanya Niko saat dirinya baru saja selesai mandi dan tangannya sedang mencoba mengeringkan rambut basahnya dengan handuk kecil.

Langkahnya yang lebar mendekat ke arahnya, dan kemudian tanpa babibu laki-laki itu mengambil ponsel yang semoat Flora pegang.

Kedua mata Niko pun membaca pesan tersebut, terlihat dari sorot matanya saja Flora sudah bisa menebak bahwa Niko sedang terlihat sangat panik sebagaimana Flora tahu bahwa ia telah berusaha untuk menutupinya.

Ayolah, Flora tidak sebodoh itu. Flora adalah tipikal gadis yang selalu di ajarkan sejak kecil menjadi gadis Alpha dan juga berkelas di mana hal tersebut bukanlah tipikal gadis yang menye-menye seperti di luaran sana.

"Ah! ini kayanya pacarnya Reza deh. Soalnya kemarin Reza minjem ponsel aku," Celetuk Niko tiba-tiba di saat sudah jelas bahwa Flora pun tidak bertanya sama sekali.

"Kenapa mas? Aku gak nanya loh. Kenapa panik gitu sih," Kekeh Flora sebari menarik tangan Niko untuk berpamitan karena ia memilih untuk segera pergi dari situ dan berangkat ke Klinik.

"Aku berangkat,"

Detik itu juga, Flora sudah tahu apa yang di lakukan Niko di belakangnya.

Second MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang