Nathan terlihat berpikir sesaat, lalu mengedikkan bahunya dengan acuh.

"Gue gak tau."

"Gak tau gimana maksud lo? Kalo lo suka, ya tinggal bilang aja suka. Gampang, kan?" ujar Jovan.

"Gampang mata lo! Lo aja cuma jadi pengagum rahasianya si Tari anak sebelah," saut Galang.

"Ya kalo gue beda, karena si Tari udah punya pacar. Lah, kalo si Araya? Dia masih jomblo."

"Dia suka sama Alaskar," timpal Reno.

Nathan mengatupkan bibir sembari mengernyitkan keningnya.

"Dia kan udah dibuang sama Ravloska. Lagian si Alaskar pacarnya adik angkat si Nathan, amnesia lo?" tanya Jovan ngegas.

"Rasa suka gak akan hilang secepat itu."

"Kayak lo?" lontar Nathan kepada Reno.

Reno langsung menoleh ke arah Nathan, dengan ekspresi yang datar. Berbeda dengan Jovan dan Galang yang melihat mereka sembari kebingungan.

"Apa cuma gue sama si Jovan yang gak tau apa-apa?" tanya Galang heran.

"Lupain. Gue cuma bercanda," balas Nathan seraya tertawa pelan.

Saat itu juga ponselnya berdering. Menandakan sebuah panggilan masuk ke ponselnya. Nathan melihat siapa orang yang menelponnya, tanpa sadar sudut bibirnya tertarik ke atas. Ia segera mengangkat panggilan tersebut. Ketiga cowok itu pun langsung memfokuskan pendengaran mereka, dan Nathan malah sengaja telponnya di loudspeaker.

"Kenapa Ray?" tanya Nathan saat panggilannya tersambung.

Orang yang menelponnya adalah Araya, panjang umur sekali, bukan?

Araya yang tengah berguling-guling di atas kasur empuknya seketika tersenyum cerah saat panggilannya diterima.

"Bisa beliin gue es krim lima bungkus, gak? Gue pengen es krim, tapi kehabisan stok," ucap Araya dengan nada sedih yang dibuat-buat.

"Beli sendiri," jawab Nathan dengan nada ketus.

Jovan dan Galang meledeknya dengan menirukan perkataan Nathan tanpa suara.

"Please Nath. Lo kan udah ganteng, tajir, baik hati-"

"Gue tau," potong Nathan dengan cepat, membuat gadis itu mendenguskan napasnya.

"Yaudah, kalo lo sadar diri cepetan beliin gue es krim!" usul Araya.

"Lo siapa nyuruh-nyuruh gue?"

"Gue kan queen lo."

Jovan dan Galang menganga lebar saat mendengar ucapan Araya, sedangkan Nathan hanya tersenyum tipis.

"Ah, ralat. Maksud gue, gue kan queennya Levator."

Saat itu juga Jovan dan Galang hampir tidak bisa menahan diri untuk tertawa, kalau saja Nathan tidak melayangkan tatapan tajamnya.

"Gue ke sana sekarang," ucap Nathan.

"Nah ... gitu dong, itu baru-"

Tut!

Nathan mematikan panggilannya sepihak. Dia yakin, pasti saat ini Araya sedang menggerutu karena panggilannya dimatikan.

"Gue cabut dulu," ujar Nathan seraya mengambil jaket yang tergeletak di sofa.

"Gii kin qiin li," celetuk Jovan dengan maksud menyindir Nathan.

TRANSMIGRASI ARAYA [SEGERA TERBIT] Where stories live. Discover now