ace.prtm: wah besok bakal kangen direse-in ini mah wkwkwk
ace.prtm: candaa
Dengan begitu aku menganggap apabila Kak Ace juga memiliki sisi usil, yang mungkin itulah yang membuat para perempuan mudah untuk jatuh hati kepadanya.
kei_amanda: enggak dongg
Aku membalasnya satu jam kemudian. Meski selama itu aku terus menatap ponselku resah.
ace.prtm: jangan telat besok jam 6 yaa di depan dekanat
Dan Kak Ace terus membalasnya dengan rentang waktu yang terbilang cepat.
kei_amanda: loh gak jam 6.30 kak?
Barulah saat aku mengirimkan pesan itu, Kak Ace menghilang selama kurang lebih dua jam. Apa mungkin ini karma dari perbuatanku sebelumnya?
Argh. Seandainya saja ia tidak membalas story-ku, aku tidak akan memikirkannya sampai sejauh ini.
ace.prtm: jam 6 yaa
ace.prtm: kalau jam 6.30 ntar telat
Ia membalas sekitar pukul sepuluh malam. Dan aku memutuskan untuk membacanya esok hari pukul setengah lima pagi.
kei_amanda: okeokee kak
ace.prtm: berangkat berangkatt
Ia membalasnya jam setengah enam pagi, dimana aku sudah dalam perjalanan dari rumah menuju ke kampus. Maka aku hanya melihatnya dari notifikasi layar ponsel tanpa membalasnya. Hingga kegiatan hari ini, yaitu bersih-bersih usai dan beralih ke acara selanjutnya yaitu jalan sehat. Kami secara beriringan berjalan santai mengelilingi jalanan kampus dan diarahkan pada jalur yang akan membawa kami kembali ke fakultas seni.
Tapi suasana pagi menjelang siang itu yang seharusnya terasa menyenangkan harus sedikit mendung karena salah satu temanku, Lala— baru saja mendapatkan pesan dari Universitas Ganesha bahwa ada satu kursi tersisa untuknya di sana. Selama perjalanan jalan sehat bersamaku, ia lantas banyak bercerita karena bimbang antara memilih bertahan di Pelita Jaya atau mengambil kursi di Ganesha, yang merupakan salah satu kampus tujuan pertamanya.
Selama puluhan menit kami mengitari jalanan kampus Pelita Jaya, aku terus berusaha menenangkannya dan memberikan beberapa saran untuk mengikuti kata hati. Hingga sesampainya kami di halaman fakultas seni, saat duduk dan membaur dengan teman-teman kelas yang lain, tangisnya pecah saat di sampingku. Hal itu tentu mengundang perhatian banyak orang dari kelas C, termasuk beberapa kakak pembimbing yang tengah berjaga di pintu masuk.
"Aku mau banget ke sana. Tapi aku gak rela ninggalin kampus ini karena udah ketemu orang-orang baik kayak kalian."
Begitu jelasnya saat aku, Cantika, Bella, Maura, dan teman-teman yang lain duduk mengelilinginya seraya berusaha menenangkan. Hingga seseorang di belakangku menepuk pundakku pelan.
"Nih," Kak Ace datang seraya menyerahkan sekotak tisu yang langsung ku terima.
Aku pun mengambil beberapa lembar tisu dan menyerahkannya kepada Lala. Ia yang merasa sedikit malu karena diperhatian banyak orang lantas menutupi wajahnya dibalik telapak tangan dan menunduk dalam. Melihat Kak Ace dan Kak Julia datang membuatku dan beberapa temanku lainnya lantas bergeser untuk memberikan tempat bagi mereka.
Sedangkan Kak Ace langsung mengambil posisi duduk di hadapanku. Sepertinya ia tahu jika akulah yang bersama dengan Lala sejak awal jalan sehat berlangsung.
"Dia kenapa?"
Gerak bibirnya ketara sekali. Sehingga aku pun memajukan tubuhku untuk mendekat kepalaku ke telinganya, "Lala keterima di Universitas Ganesha. Baru aja dapat kabar kalau ada satu kursi kosong dan dia bingung mau ngambil apa enggak.
Aku bisa merasakan kebingungan gadis itu. Lala berulang kali mengatakan apabila ia sudah terlanjur nyaman dengan teman-teman ospeknya saat ini, dan takut jika nantinya ia tidak mendapatkan teman dan lingkungan yang sama baiknya.
Kak Ace pun mengangguk paham. Kemudian ia menggeser tubuhnya hingga berada tepat dihadapan Lala yang berusaha mengusap air matanya yang terus bercucuran.
"Selama tujuan kamu emang untuk menuntut ilmu, mau dimanapun itu tempatnya aku yakin manfaat yang kamu dapatkan bakalan setara. Semua pilihan pasti ada jalan ceritanya masing-masing dan itu keputusan kamu buat ngambil langkah. Teman-teman kamu sekarang juga pasti dukung apapun itu pilihanmu walaupun bukan disini. Kamu itu orang baik. Dan orang baik akan selalu dikelilingi oleh orang-orang baik pula. Jadi gak perlu takut. Yang terpenting sekarang adalah keyakinan hatimu, kamu maunya dimana, nyamannya dimana. Karena itulah yang menentukan masa depanmu."
Aku terpaku dengan bagaimana Kak Ace menenangkan Lala yang kalut. Serangkaian kalimat penuh makna dengan tepukkan lembut pada pundak gadis itu berulang kali seolah berusaha memahami perasaannya. Kini ku temukan sisi baru pada seorang Kak Ace, yaitu sosok yang bijak. Ia juga terdengar seperti pernah mengatakan hal yang serupa kepada salah seorang teman. Sehingga mungkin itulah yang membuat raut wajahnya sedikit sedu.
Setelah itu Kak Julia yang merangkul Lala dari sisi kiri pun mengucapkan kalimat yang hampir serupa kepadanya. Membuat gadis mengangguk-angguk mengerti disela-sela pundaknya yang naik turun karena sesegukan. Namun begitu menyadari kakak pembimbing kelas C yang lain mulai berdatangan, membuatku segera mengode beberapa teman kelasku yang melingkari Lala untuk segera berpindah tempat. Khawatirku jika terlalu ramai nantinya akan menjadi tidak kondusif dan terlihat mencolok bagi beberapa orang yang lewat.
Aku berpindah tempat untuk duduk disebelah Cantika dan Bella, yang mana letaknya tak terlalu jauh dari posisi Lala berada. Aku mengajak Cantika mengobrol selama beberapa saat untuk mengalihkan perhatian. Hingga pada akhirnya pandanganku harus kembali jatuh pada para kakak pembimbing kelasku yang mengitari Lala. Kak Ace masih berada diposisi awal, duduk berhadapan dengan Lala dengan sorot intens dan lembutnya. Bahkan sempat ku lihat sekilas bahwa jemari lelaki itu sibuk bergerak mengusap pipi Lala saat ia mulai kembali meneteskan air mata haru.
Berkat pemandangan itu aku pun refleks mengalihkan pandang. Lagi-lagi aku harus melihat moment yang menunjukkan sisi kepedulian Kak Ace yang sikapnya sedikit diluar ekspetasiku.
⋆
KAMU SEDANG MEMBACA
if only,
RomansaKeira bertemu dengannya Agustus lalu, saat hari pertama ospek fakultas dilaksanakan. Semula yang terasa hanyalah percikan, bisa terabai. Tapi bagaimana ia bertutur dan berperilaku, pada akhirnya Keira merasa jatuh. Meski selama itu, tiada kata pasti...
you didn't reply to my story
Mulai dari awal
