"Hai, ma bro." sapa Naya sembari memeluk Jefri erat.

"How's your day, princess?" pertanyaan yang selalu Jefri tanyakan setiap hari.

"Bad. Tadi gue dihadang anak SMA Wijaya karena lo gak jadi jemput gue." jawab Naya dengan tangan membolak-balikkan buku menu.

"Really? I'm sorry ma little gurl. Trus gimana?" tanya Jefri dengan raut muka dan nada bicara yang terlihat khawatir.

Naya terdiam sejenak. Pikirannya kembali teringat kejadian yang baru saja dia alami.

"Untung ada anak Garuda yang bantu gue. Dia juga nganterin gue ke sini." jawab Naya.

"Syukurlah. Kenapa dia gak lo ajak gabung kita?" tanya Jefri.

"Ya gimana mau ngajak, dia aja cabut duluan." jawab Naya lirih.

🦅🦅🦅

Motor Elang memasuki halaman basecamp anak Garuda. Setelah turun dari motor, kakinya berjalan memasuki ruang tengah dengan tangan yang sibuk menyisir rambutnya ke arah belakang.

"Tuh, bocah yang ditunggu udah datang." ucap Haru sembari menunjuk ke arah Elang yang berjalan mendekati mereka.

"Dari mana lo? Lama banget." tanya Mahen melempar satu botol minum yang ditangkap dengan mudah oleh Elang.

Elang tidak menjawab. Tangannya sibuk membuka botol minum sebelum menenggaknya setengah.

"Pelipis kanan lo kenapa agak biru gitu?" tanya Juan yang sedari tadi menatap Elang.

"Lah iya, berantem sama siapa lagi?" kali ini Rendy bertanya dengan nada marah.

"Anak Wijaya?" tanya Chiko pada Elang.

Elang mengangguk sebagai jawaban. Rekan-rekannya itu pun lantas mulai mengambil dan memakai slayer hitam mereka.

"Mau langsung samperin basecamp mereka?" tanya Dipta.

"Korbannya anak baru temennya April.." Elang menggantungkan ucapannya.

"..Namanya Naya."

"Lo lawan mereka sendirian?" tanya Dipta lagi.

"Pasti sendiri sih, Dip. Siapa lagi bala bantuan utama kalo bukan kita?" Haru menyela.

"Nyalinya besar juga anak Wijaya haha." Mahen terkekeh kecil.

"Trus sekarang mau apa?" tanya Juan.

"Tawur ajalah anjir. Emang mereka aja yang minta dihajar." jawab Rendy.

"Gue bisa sewa ring boxing kalo lagi gak pengen berantem di area sekolah." ucap Chiko seketika membuat rekan-rekannya menoleh.

"Tabung aja dulu duit lo. Ngapain kita repot-repot sewa buat Wijaya." sahut Rendy.

"Mulai detik ini, Naya dan April ada di area pengawasan kita. Entah gue punya firasat mereka akan terlibat ke depannya." ucapan Elang membuat keenam rekannya terdiam sejenak.

"Rendy bisa awasi April. Sekalian kalo lo mau pdkt. Nanti biar dibantu Mahen. Dipta bantu gue buat awasi Naya. Juan, Chiko, Haru cari informasi soal Wijaya seperti biasanya." pinta Elang pada rekan-rekannya.

DUNIA ELANGWhere stories live. Discover now