Dengan satu hentakan Jisoo memukul stir mobil, kemudian kembali menegakan duduknya. Ia mendongakkan kepala sebentar dengan pikiran menerawang untuk menenangkan diri.

Setelah lebih tenang, ia mengusap pelan wajahnya sambil menarik napas dalam, dan mulai menyalakan mobil. Tangan kirinya mengambil ponsel kemudian menekan tombol off lama.

'Power off, are you sure?' Tanpa berpikir Jisoo langsung menekan tombol 'yes' dan mulai melajukan mobilnya.













*** 19.03 ***




Sepanjang jalan Jennie hanya memainkan ponselnya, mengirim banyak pesan pada seseorang yang mungkin menantinya.

Beberapa kali Lim memngajaknya berbincang, namun Jennie hanya merespon dengan anggukan atau jawaban singkat lainnya.

Kini Jennie sedang mencoba menelpon. Lim melirik Jennie.

"Kamu nelpon siapa?" Tanya Lim penasaran.

"Enggak aktif" gumam Jennie menatap layar ponselnya. Kemudian menggigit jarinya tanda cemas.

Lim menahan kesal karena Jennie tidak menghiraukannya, kemudian mengehentikan mobil.

"Kita udah sampe" ucap Lim mengagetkan Jennie yang sedang mengetik pesan.

"Kita dimana?" Tanya Jennie mengedarkan pandangannya ke luar mobil.

"Bukannya kamu pengen ke pasar malam? Ayo" ajak Lim dengan senyum khasnya.

Ternyata mereka tiba di sebuah pasar malam.

"Kita pulang aja" suruh Jennie kembali memainkan ponselnya.

Kesal dengan reaksi Jennie, Lim mengambil paksa ponsel Jennie.

"Jangan sibuk sendiri kalau lagi sama aku!" Bentak Lim, membuat emosi Jennie terpancing.

"Kenapa? Dulu juga kamu kaya gini! Sini balikin hp aku" marah Jennie menggapai ponselnya.

Lim menjauhkan ponsel tersebut agar tidak terjangkau Jennie.

"Oh jadi kamu ingin membalas aku?" Marah Lim, namun Jennie tidak menjawab, ia berusaha menggapai ponselnya.

"Balikin!" Teriak Jennie. Lim menatap dalam mata Jennie.

"Aku berusaha keras agar kita seperti dulu, agar kita bisa bersama lagi, agar kita bisa hidup berdua selamanya. Aku berjuang buat kamu. Tapi sekarang ada apa sama kamu? Kenapa kamu seolah ngancurin semua perjuangan aku?" Lirih Lim dengan mata berkaca.

Jennie mengambil ponsel ditangan Lim dengan mudah kemudian menatap dalam Lim.

"Kamu yang ngancurin semua perjuangan kamu sendiri, Lim" lirih Jennie dengan suara bergetar.

Air mata Lim menetes keluar, menyadari bahwa pernyataan Jennie tidak salah.

"Selama ini kamu terlalu asyik bejuang sendiri, sampe kamu enggak menyadari arti kehadiran aku di sisi kamu. Pernah enggak kamu walau cuma sekali aja liat perjuangan aku?" Lanjut Jennie, air matanya mulai tak terbendung saat bibirnya mengeluarkan segala isi hatinya.

Setetes air mata jatuh di pipi Jennie.

"Aku enggak bisa meneruskan ini, Lim" ucap Jennie dengan berat pada orang yang bertahun-tahun menjadi cintanya.

Lim menggenggam tangan Jennie erat kemudian menggeleng cepat.

"Enggak, aku mohon jangan ngomong kaya gitu, Jennie. Bertahanlah sedikit lagi, aku dan Rosie akan segera mengakhiri segalanya, kita bisa kembali bersama, Jennie" pinta Lim dengan tatapan memohon, membuat separuh hati Jennie luluh.

Jennie menguatkan hatinya kemudian melepaskan genggaman Lim.

"Bukan karena aku capek nunggu, tapi aku kehilangan arti diriku saat kita bersama dan itu udah cukup bagi aku mengartikan diriku di dalam hatimu, Lim. Aku sadar enggak pernah ada kata 'kita' saat kita bersama. Maafin aku" jelas Jennie dengan matanya yang sudah basah.

Jennie turun dari dalam mobil dengan perasaan terluka karena harus melepaskan cinta pertamanya.

Sedangkan Lim mematung dengan mata yang tak kalah basah.

Jennie berlari ke halte terdekat dan masuk ke dalam sebuah bis tanpa tau arah tujuan. Dengan menyenderkan diri di kaca jendela, Jennie menangis sesenggukan, tidak peduli tatapan penumpang lain.

"Kemana kamu... aku butuh kamu" lirih jennie di sela tangisnya sambil memukul-mukul dadanya sendir, seolah tak tahan dengan rasa sakit pada hatinya.







"Apa hati kamu lagi terluka? Tanya Somi melihat Jisoo yang hanya duduk di kursi kasir sembari memainkan ponselnya yang mati.

"Cuma karena aku membeli permen banyak, kamu berkesimpulan begitu?" Tanya Jisoo yang mulai berdiri dan menyakukan ponselnya.

Somi memasukan pesanan Jisoo yaitu 5 bungkus permen kedalam kantong plastik besar kemudian menyerahkannya pada Jisoo.

"Tertulis disini 'sedang sakit hati' dengan huruf kapital" goda Somi menunjuk dahi Jisoo membuat Jisoo sedikit tersenyum.

"Apa kamu punya obatnya? Obat lain selain ini" tanya Jisoo sambil mengangkat bungkusan permen di tangan kanannya.

Somi tersenyum prihatin pada Jisoo, kedua tangannya bergerak merapikan kerah jaket Jisoo.

"Obatnya ada dua, memperjuangkan atau merelakan. Pilih salah satu" saran Somi membuat Jisoo sedikit berpikir.

"Semoga lekas sembuh ya, Dokter" ucap Somi sambil mengedipkan sebelah matanya, ia menepuk pelan kedua pipi Jisoo seolah memberi kekuatan.

"Biasanya sih merelakan lebih baik" lanjut Somi membuat Jisoo mengangguk lemah.














Gimana nih Relain aja apa ya?? 🤔

Kemarin Krystal sekarang Jennie ??

Emang Jisoo cocoknya sama aku sih 😆😆

Btw gakuad banget liat Abs nya Jisoo 🥵

Pentesan sering di tutupin ternyata kalau di liatin bisa bikin orang mimisan 🤧











°•♡♡ TBC ♡♡•°

♡ ConnecteD ♡ • [ JENSOO ] •Where stories live. Discover now