Naya yang menunggu gilirannya, duduk di kursi roda ditemani dengan beberapa perawat. Beberapa menit kemudian, ia mengeluh ingin membaringkan tubuhnya karna sudah tak sanggup untuk duduk terlalu lama.

Di ruangan yang berbeda, Bapak dan ibu berbincang dengan dokter yang menangani Naya,

"Kemungkinan besar, anak bapak dan ibu menderita Osteoarthritis atau pengapuran tulang"

"Bukannya pengapuran tulang itu biasa di derita sama orang yang lanjut usia ya dok?"

"Kalau dilihat dari gejalanya yang sulit untuk berjalan dan bahkan duduk terlalu lama, itu adalah gejala dari Osteoarthritis itu sendiri pak. Namun, saya juga belum bisa memastikan. Maksud saya memberitahu bapak dan ibu, apabila hasil rontgennya keluar dan diagnosis saya benar, anak bapak dan ibu harus menjalani perawatan di rumah sakit ini" ujar dokter tersebut.

"Baik, dok" jawab bapak.

Bapak dan ibu keluar dari ruangan tersebut dan kembali menghampiri Naya, menunggu hingga proses rontgen nya selesai.

Beberapa menit kemudian, Naya keluar dengan kursi roda yang di dorong oleh seorang perawat.

"Sudah selesai, Pak" kata salah seorang perawat.

"Sudah boleh pulang?"

"Sudah, Pak. Kalau hasil rontgen nya sudak keluar, nanti kami hubungi bapak"

***

Kini Naya hanya bisa berjalan dengan bantuan orang lain, itupun hanya beberapa langkah saja. Bahkan untuk duduk pun terasa sangat menyakitkan.

Hingga hari yang tak pernah terbayangkan itu terjadi ...

Ketika Naya bangun dari tidurnya, ia hanya bisa menggerakkan tangannya, tidak dengan tubuhnya yang lain. Bahkan untuk memiringkan tubuhnya ke kiri, tubuhnya tak bergerak sedikitpun. Ia hanya bisa berteriak memanggil nama ibu sambil menangis,

"Bu! ....."

"Ibu! ....."

Ibu yang mendengar suara Naya yang berpadu dengan tangis memanggilnya segera menghampiri Naya.

"Kenapa, Nak?"

"Ngga bisa digerakin, hiks, hiks"

"Apanya?"

"Kaki Nay, badan Nay, kepala Nay. Cuma tangan Nay yang bisa gerak bu.. hiks, hiks" jelas Naya sembari berusaha untuk menggerak-gerakkan anggota tubuh yang di ucapkan nya itu namun tetap tak dapat bergerak.

Seketika itu pula air mata ibu terjatuh. Ibu memeluk Naya dengan sangat erat, 

"Kenapa ngga bisa digerakin bu? hiks, hiks"

"Kenapa harus Nay yang ngerasain sakit? hiks, hiks"

"Nay udah berdoa supaya Nay sembuh, ibu juga udah bawa Nay berobat, tapi kenapa jadi begini bu? hiks, hiks"

"Allah marah sama Nay ya bu? karna Nay nakal. hiks, hiks"

Naya meluapkan segala rasa yang ada di dalam benaknya. Kekecewaan nya pada tuhan dan rasa bersalahnya pada keluarga hingga menganggap dirinya sebagai beban. 

"Ngga, Allah ngga marah sama Nay. Allah itu sayang sama Naya, sama keluarga kita juga. Makannya Allah beri kita cobaan supaya kita semakin dekat dengannya." ucap ibu sembari mengelus rambut Naya dan mencoba menenangkannya.

"Nay ngga boleh ngeluh, ngga boleh nyerah, dan ga boleh berhenti untuk berdoa. Setiap penyakit pasti ada obatnya. Allah kasih Naya cobaan karna Allah tau Kalau Nay mampu untuk melewatinya" lanjut ibu.

Perlahan tangis Naya mulai terhenti. Ia kembali mencoba untuk menggerakkan kakinya karna masih tak percaya dengan apa yang terjadi.

Ibu mencoba membantu Naya dengan memegang kaki Nay lalu menggerakkannya. Namun, tangan ibu yang tengah memegang kaki Naya pun tak terasa, hingga ibu mencoba menepuk-nepuk bahkan mencubitnya, dan Naya tetap tak merasakan apapun. 

Saat itu pula, tangis Naya kembali pecah,

"NGGA TERASA BU... hiks, hiks"

"Shuuttt, ngga boleh nangis!" pinta ibu.

"Coba tebak, yang ibu pegang ini kaki kanan atau kiri?" tanya ibu dengan nada dan ekspresi yang ia paksa ceria.

"Nay ngga tau, hiks hiks" jawab Naya.

"Tau. Coba tebak saja"

"Kanan?" Naya asal menyebutkannya. Karna ia benar-benra tak merasa ada yang menyentuh kakinya, baik kanan maupun kiri.

"Tuh kan, benar" cetus ibu.

"Itu tandanya, Naya bakalan sembuh". 

Padahal tebakan Naya salah. Ibu hanya berusaha untuk menghiburnya, mekipun hati ibu sama hancurnya dengan Naya. Bagaimana tidak, putri nya harus menaggung rasa yang teramat menyakitkan. Ibu mana yang hati nya tidak hancur melihat putrinya yang demikian?

***

Udah votmen atau belum?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Udah votmen atau belum?

Next ga nih?

Stay tune terus ya ^^

See you in the next part ^^

Pelangi after RainWhere stories live. Discover now