“Nasi uda, sendok uda, minum uda, apalagi ya?” gumamnya.
“Gue”
“Eh iya” Nayana mengambil handphone nya yang ia letak dimeja makan tadi, hampir saja tertinggal kalau Gavin tak bersuara. Beruntung ada lelaki itu, kalau tidak pasti dapur ini sudah tak beraturan karena Nayana ketakutan tak menentu.
Ia sudah sampai didalam kamarnya. Nayana makan diatas meja belajar yang disetiap sisinya dipenuhi oleh alat tulis sekolah nya.
“Lo uda makan?” tanya Nayana sembari mengunyah nasi putih itu. Ia meletakkan handphone itu tepat didepan piringnya.
Gavin mengangguk. “Makan yang banyak biar cepet gede”
Nayana mengangguk semangat. “Lo kok belum tidur? Gak ngantuk?” heran gadis itu.
“Nunggu lo”
Gadis itu memelankan kunyahannya. Andai saja Gavin itu orang yang dia suka pasti sangat bahagia rasanya.
Sekitar 15 menit berbincang random dengan Gavin, Nayana sudah berada di suapan terakhir nya. “Alhamdulillah kenyang”
Setelah membereskan semua alat makannya tadi Nayana kembali ketempat tidurnya. “Makasih Gav udah ditemenin” kata Nayana dengan mata sayu nya. Seperti nya sudah mengantuk.
Gavin mengangguk. “Tidur, besok kita jalan-jalan”
Nayana yang semula mengantuk menjadi bersemangat. “Jalan-jalan? Sriusan? Kok tumben?”
“Udah tidur. Besok bahasnya”
“Oke, makasih Gavin” katanya seraya tersenyum manis.
“Night”
Panggilan itu dimatikan sepihak oleh lelaki tampan diseberang sana.
Nayana memegang degup jantungnya. “Gaboleh baper plis, dia ganteng gak mungkin suka sama gue” ucap Nayana menyakinkan dirinya.
***
Pagi ini Nayana sudah berada dikelas akuntansi yang masih diisi oleh beberapa murid itu. Tak tau kenapa saat Gavin bilang mereka akan pergi Nayana sangat bersemangat sekolah. Tak lama Okta datang setelah ia duduk disana.
“Lah sakit lo? Kok tumben cepet” bingung Okta. Tak biasanya Nayana datang pagi-pagi sekali seperti ini. Dia itu manusia paling ngaret yang Okta tau.
Gadis itu hanya menunjukkan cengirannya. Ia asik bermain handphone yang tak tau sedang melakukan apa dengan benda itu. Terlalu sibuk sepertinya. Saat Okta lihat ternyata sedang bermain game Candy crush kesayangannya itu. Kalau sudah begitu, Nayana tak bisa diganggu memang.
“Wih dari mana aja lo?” tanya Nayana pada Satria yang baru datang setelah 2 hari tak bersekolah.
“Dari rumah lah” jawab Satria cepat.
Memang, memang begitu jika berbicara dengan manusia yang satu ini. Harus memerlukan tenaga ekstra. Nayana hanya menghela nafasnya sabar. Tak jadi bertanya banyak mengenai kemana saja ia selama 2 hari tak bersekolah.
Satria yang masih terkekeh melihat Nayana dengan muka kesal nya itu menjadi menetralkan wajahnya saat Gavin datang dengan senyum tipis untuk Nayana.
“Mau?” tawar Gavin kepada Nayana seraya menyodorkan sebungkus roti pandan tak lupa dengan sekotak susu vanilla kesukaan Nayana.
Nayana yang semula kesal itu menjadi sumringah melihat Gavin. Ia teringat dengan janji lelaki itu yang mengajaknya untuk berjalan-jalan sepulang sekolah nanti. “Mau. Makasih Gavin” katanya seraya tersenyum manis sampai matanya menyipit. Gavin hanya membalas dengan mengelus rambut gadis itu dan berjalan menuju bangkunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE (On Going)
Teen FictionIni tentang gadis yang menjadi pengagum rahasia seorang lelaki bertahun-tahun lamanya. Tak ada satupun orang yang tau akan perasaan nya termasuk teman dekatnya. Seorang gadis biasa yang hanya bisa memendam rasa. Nayana Refania ,gadis yang jauh dar...
Chapter 22 : A day with Gavin
Mulai dari awal
