[ Chapter 39 ] Clear

583 84 15
                                    

[Y/n] sudah menyusun matang rencananya. Kali ini, ia berniat menargetkan para kaum terpelajar untuk ia jadikan poros rencananya.

"Historia sama sekali tidak terlibat seperti yang kalian tuduhkan. Ratu kalian ini bahkan tidak tahu apa-apa. Jika kalian ingin menyalahkan seseorang, salahkan saja Rod Reiss." Kalimat ini menjadi umpan baru yang dilemparkan [Y/n].

Dengan satu umpan ini, secara tidak langsung ia juga berhasil membersihkan nama Historia dari tuduhan-tuduhan tersebut. Hal ini dikarenakan, bahwa gosip tentang bagaimana Rod menelantarkan Historia menyebar begitu cepat di ruang persidangan tepat setelah [Y/n] mengucapkan kalimat tadi. Tentu saja ini membuat orang-orang berpikir bahwa seorang anak yang ditelantarkan tidak akan mungkin menciptakan konspirasi sebesar ini.

"Oh, mengenai kasusku, kupikir tidak ada lagi pembelaan yang bisa kusampaikan. Aku sendiri bahkan tidak keberatan jika kalian menjatuhiku eksekusi mati." Ujar [Y/n] dengan begitu santai. Wajahnya bahkan kini tersenyum, seolah gadis itu memang telah menunggu kematian datang padanya.

Namun raut itu berubah ketika kepalanya menoleh ke arah bangku penonton. "Tapi.... kupikir mereka tidak akan setuju."

Ucapan itu tentu saja dilontarkan kepada para masyarakat yang ada di kursi penonton. Disana, [Y/n] bisa melihat tatapan orang-orang yang kian menajam ke arah podium.

"Ya! Kami tidak akan membiarkan anak ini di eksekusi!" Seseorang dari sana berteriak lantang. Sontak, hal itu membuat seisi ruangan tergelak mendengarnya.

Suara ketukan palu terdengar. "Kalian tidak memiliki hak untuk mencampuri keputusan kami!" Satu dari empat hakim yang berada di sana berujar.

Wajah dari para hakim itu terlihat pucat. Namun tidak dengan Historia yang terlihat menekukkan alisnya. Dengan kedua tangan yang mengepal di balik podiumnya, sang Ratu kini mulai mengerti rencana seperti apa yang disusun oleh sepupunya tersebut.

"Kuharap semuanya tidak lupa bahwa ini adalah pengadilan bangsawan. Jadi, silahkan, kami memerlukan pendapat kalian untuk kami mengambil keputusan pada persidangan ini." Historia menginterupsi di tengah kalutnya suasana. Tapi, memang begini seharusnya. Entah disengaja atau tidak, tapi para hakim itu seolah tidak ingin mengungkit perihal hak para masyarakat saat ini.

Namun, ucapan itu disambut oleh tawa dari seorang [Y/n]. Gelaknya terdengar sinis, namun wajahnya begitu manis. "Sudahlah, tidak perlu membelaku. Kasihan mereka, sepertinya sudah tidak sabar ingin memenggal kepalaku." Ujarnya yang mengacu pada para hakim tersebut.

"Aku sudah melakukan kudeta, memalsukan identitasku, menyusup ke dalam organisasi militer, dan bahkan menyerang anggotanya. Itu adalah kejahatan yang berat. Oh! Jangan lupa bahwa aku juga tergabung dengan aliansi Liberio dan berniat meratakan daratan Paradis." [Y/n] lanjut mengoceh, namun kali ini ia seolah memberi penekanan pada kalimat terakhirnya. Terlebih ketika ia menyebut nama aliansi tersebut.

Bukannya kebetulan, [Y/n] memang sengaja melakukan hal itu. Ia sengaja mengungkit perihal keterlibatannya dengan aliansi asing yang berada di luar tembok dengan penekanan yang jelas. Trik psikologi kembali digunakannya, dengan melempar umpan tersebut di tengah suasana yang kian memanas. Hal ini tentu membuat para hakim terhasut, dan menggunakan ucapan [Y/n] barusan sebagai pematiknya.

"Nona [Y/n] sendiri telah mengakui perbuatannya. Jadi kami telah sepakat untuk menjatuhinya eksekusi mati." Salah satu hakim berujar lantang.

"Saya tidak setuju!"

"Ya, kami juga!"

"Jangan menjatuhinya eksekusi! Kalian para hakim sungguh tidak memiliki hati!"

Ruangan kembali riuh. Kini para masyarakat hampir seluruhnya menentang keputusan persidangan. Tapi, walau semuanya menolak, namun alasan mereka tentu berbeda.

Triangle Love? No, This Is Square! [Levi x Reader x Eren x Erwin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang