[ Chapter 19 ] Time

930 154 11
                                    

"C-captain?!"

Manik obsidian tajam yang tadi seolah menguliti Kenny beralih menatapnya. Sama tajamnya, namun tidak ada kilat bengis lagi di dalam sana.

"Untuk apa aku mengembalikannya padamu? Setahuku kalian bahkan tidak pernah mengurusnya dengan benar, bukan?" Dari kalimat itu, terdengar nada ejekan yang entah kenapa membuat wajah Levi semakin menekuk kesal.

"Aku tidak menyerangmu kali ini hanya karena anak itu masih ada padamu." Suaranya sarat akan emosi. [Y/n] sendiri bersumpah, ini adalah kali pertamanya melihat sang Kapten semarah ini.

"Oh ya? Baiklah, baiklah~ Lihat, tuan putri ini akan aku turunkan dan kita bisa bertarung setelahnya." Dengan perlahan, seolah tubuh [Y/n] adalah sesuatu yang sangat rapuh, Kenny menurunkan gadis itu dari punggungnya.

Tepukan pelan kini mendarat di pucuk surai [Y/n]. Gadis itu antara mau dan tidak melepaskan genggamannya di lengan pria itu. Bukannya apa, [Y/n] sendiri masih tidak bisa menyeimbangkan dirinya. Membayangkan terjatuh dari ketinggian ini membuat wajahnya memucat pasi.

"Sebentar saja, tidak butuh waktu lama bagiku untuk membereskan masalah ini." Ucapan itu setidaknya memberi sedikit keyakinan kepada [Y/n]. Ya... Berharaplah Kenny tidak kelepasan dan melubangi wajah si manusia terkuat.

Anggukan pelan ia tunjukkan sembari perlahan melepaskan lengan si pria jakung. Namun sayang, baru saja tautan tangan itu terlepas, keseimbangan [Y/n] mendadak hilang. Salahkan saja struktur genteng yang bahkan tidak bisa ia pijak dengan benar.

Puji hampir saja ia ucapkan kala tubuhnya tidak jadi terjatuh. Namun lengan yang melingkar di pinggangnya itu malah menyeretnya pergi bahkan sebelum ia sempat menarik nafas. Saat itulah ia sadar bahwa lengan yang ada di pinggangnya itu bukanlah lengan Kenny, tapi milik Levi.

"Captain, sebentar—"

"Diam."

Suara yang pelan itu perlahan menghilang terbias angin. Dari ekor matanya, [Y/n] bisa melihat Kenny mengejar mereka dari belakang dan sesekali mengeluarkan tembakan dari alat manuver anehnya itu.

Rupanya Levi memang sudah merencanakan ini. Alih-alih menyerang Kenny, ia lebih memilih menyeret [Y/n] dan membawanya kabur.

Di suatu titik, ujung capit temali besi milik Kenny mengenai pundak Levi sehingga pria bertitel prajurit terkuat itu kehilangan keseimbangan dan terpental ke tanah. [Y/n] yang tadinya ia bawa bersama ikut terpental, menyebabkan kepala sang gadis terbentur cukup keras. Jarak mereka lumayan jauh, belum sempat Levi bangun dan [Y/n] kini kembali berada di genggaman Kenny. [Y/n] terdiam, kepalanya pusing, do'a ia panjatkan semoga dirinya tidak mengalami geger otak.

Di sisi lain, [Y/n] sejatinya tidak sampai hati melihat Levi meringis, juga memegangi pundaknya yang kian bercucuran darah. Tapi sejujurnya, ia sendiri bimbang haruskah ia kembali bersama Kenny atau tidak. Ah, dilema yang muncul kala itu rasanya membuatnya ingin mengutuk.

"Hah... Harusnya aku melakukan ini sejak awal." Moncong pistol yang tersambung dengan alat 3DMG itu terarah pada Levi. Nafas [Y/n] seketika tercekat, demi seluruh tembok yang melindungi umat manusia, sekalipun ia tidak pernah membayangkan hal ini.

Tepat ketika Kenny menarik pelatuk, [Y/n] dengan nekatnya mengubah arah sasaran peluru. Kini telapak tangan kirinya terasa seperti terbakar. Ya, salahnya, menggenggam selongsong panas itu dengan tangan kosong. Tapi setidaknya, walau hanya meleset sedikit, dahi Levi tidak jadi dilubangi.

Kedua Ackerman itu membulatkan manik mereka. Namun gadis kecil itu tidak peduli, kini kilatan nyalang dari [E/c] maniknya terarah pada Kenny.

Triangle Love? No, This Is Square! [Levi x Reader x Eren x Erwin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang