Merasa puas melihat ibu yang membelanya dan menegur Nasya, Naya tersenyum tipis "Ha-ha kena marah" ejeknya sembari mengambil secentong Nasi.

"UDAH, MAKAN!" Tegur ibu kembali.

Seketika itu pula canda tawa mereka berakhir. Nasya yang lebih dulu menghabiskan makannya pergi meninggalkan dapur, bersiap-siap untuk membersihkan dirinya. Dilanjutkan dengan Naya, yang sudah diizinkan untuk kembali bersekolah. 

Beberapa menit kemudian, terlihat dua orang gadis kecil keluar dari kamar mereka menggunakan seragam putih biru seperti biasa dengan ransel berwarna merah muda, bak pinang dibelah dua seakan tak ada yang berbeda. Namun, tiba-tiba kedua kaki Naya terasa kebas sehingga sulit membuatnya untuk melangkahkan kakinya, ia masih mencoba untuk menahannya dan terus melangkah hingga tepat di depan pintu rumah, 

BRUUK!

Naya jatuh terduduk. Nasya yang masih mengenakan sepatu spontan membantu Naya untuk kembali bangkit, dan ibu yang mendengarnya bergegas menghampiri Naya. Namun saat kembali melangkahkan kakinya ia jatuh lagi dan lagi. Hingga akhirnya ia menyerah, kakinya terasa begitu lemah hingga tak mampu menahan tubuhnya. "Bu..." Naya menatap ibunya dengan wajah yang berkaca-kaca. Tanpa menjawab dan mengatakan apapun, Ibu dan Nasya kembali membantunya berdiri dan berjalan menuju kamar. Hari itu, ia tak jadi kembali bersekolah. Terus merasa bersalah, namun tak tau apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya.

"Nasya, pergi sekolah sendiri ya. Izinin Naya, bilang belum bisa masuk" ucap ibu pada Nasya.

"Iya bu, Nasya sekolah dulu ya bu, Assalamu'alaikum" jawab Nasya sembari mencium punggung tangan ibu.

"Waalaikumsalam, hati-hati"

Tak lama setelah Nasya pergi, keadaan yang tiba-tiba hening pecah dengan tangis ibu. 

"Naya kenapa lagi sih, Nay. hiks hiks" Terdengar jelas suara ibu yang gemetar dengan suasana hati yang bercampur aduk.

"Nay juga ngga tau bu, kaki Nay dua-dua nya kebas bahkan susah buat Nay gerakin" jelas Nay dengan air mata yang mengalir lebih deras sembari menggerak-gerakkan kakinya yang masih terasa sulit dan terasa kebas.

Ibu meninggalkan Naya, mengambil minyak makan dengan irisan bawang merah, mencoba untuk mengurut kaki Naya perlahan demi perlahan. Hingga beberapa menit kemudian,

"Masih kebas, Nay?" tanya ibu.

"Masih, bu"

"Coba berdiri!"

Perlahan Naya mencoba menapakkan kakinya kembali.

"Jalan!" 

"T-tapi, bu"

"Pelan-pelan, ibu pegangin"

Rasa kebas itu membuat kakinya tak terasa seperti menapak. Perlahan ia melangkahkan kakinya dengan bantuan ibu. Setelah beberapa langkah, ibu melepaskan tangan Naya yang sedari tadi memegangnya. "Coba jalan sendiri, Nak!" pinta ibu.

Di langkah pertama ia berhasil melangkahkn kakinya, begitu pula dilangkah kedua. Namun, tepat di langkah ketiga, Naya jatuh di dekapan ibu. Kali ini, ia benar-benar merasa ada yang salah dengan dirinya.

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Pelangi after RainWhere stories live. Discover now